4. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian, akan timbul keinginan penulis untuk melanjutkan riset lapangan dengan melakukan
wawancara terhadap berbagai narasumber di hari yang berbeda. 5. Selama melakukan wawancara, penulis mencatat segala informasi yang
disampaikan oleh narasumber. 6. Setelah catatan wawancara dikumpulkan, penulis membaca seluruh catatan
wawancara tersebut.
1.8.3.3 Teknik Pengolahan Data
1. Semua data yang bersumber dari kepustakaan serta lapangan dikumpulkan menjadi satu.
2. Data disusun dan diklasifikasikan berdasarkan konsep atau struktur yang telah ditentukan penulis.
3. Data dibagi berdasarkan berbagai aspek dalam nilai-nilai kepemimpinan, Taoisme serta masyarakat Tionghoa.
1.8.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori dekonstruksi. Sebagai contoh, penulis akan menerapkan teori
dekonstruksi untuk menganalisis sepenggal kalimat dalam bab ke-3 dari buku Tao Te Ching yang mengatakan : Karena itu, Orang Bijaksana memimpin yang lain
Universitas Sumatera Utara
dengan membuka pikirannya,............. Dalam penerapannya, kata membuka pikiran dapat memaksudkan bahwa pemimpin harus memiliki kemampuan untuk
menerapkan segala potensi yang ada dalam pikirannya. Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di
dunia bisnis maupun dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, sosial, politik dan pemerintahan negara, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan
lembaga dan organisasi yang dipimpin. Itulah sebabnya, pemimpin harus cermat dan teliti dalam menjalankan urusannya. Sebab pemimpin yang sukses mampu
mengelola organisasi, bisa mempengaruhi orang lain secara konstruktif dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama,
Kartono 1998 : v.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Masyarakat Tionghoa di Medan
Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia. Dalam bahasa Mandarin, mereka disebut tangren atau orang Tang. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa masyarakat Tionghoa di Indonesia mayoritas berasal dari Cina Selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara
masyarakat Cina Utara menyebut diri mereka sebagai hanren atau orang Han. Leluhur masyarakat Tionghoa di Indonesia berimigrasi secara
bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Mereka memasuki Indonesia melalui gelombang-gelombang migrasi yang besar dari
Malaysia dan Daratan Cina. Mereka di datangkan karena tenaga mereka dibutuhkan di perkebunan-perkebunan tembakau yang telah dibuka oleh
pemerintah Kolonial Belanda, Suryadinata dalam Revida 2006 : 23. Setelah Indonesia merdeka, setiap keturunan Tionghoa kemudian di integrasikan serta di
berbaurkan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia berdasarkan asas-asas Pancasila. Sejak saat itu juga, etnik Tionghoa menyebar ke seluruh
daerah di Indonesia, termasuk ke daerah Sumatera. Pemerintahan Pantai Timur Sumatera dibagi ke dalam lima wilayah, yaitu Deli dan Serdang, Langkat, Asahan,
Bengkalis, Simalungun dan Karo.
Universitas Sumatera Utara