bijaksana adalah pemimpin yang tidak pernah berhenti belajar dan cepat merasa puas.
Menurut Lao Tzu, dengan memelihara Tao dalam organisasi, maka setiap masalah akan sampai kepada jalan menuju penyelesaian. Istilah Cerdik dalam
bab ini memaksudkan sesuatu yang jahat atau buruk. Dengan memelihara Tao, maka segala yang jahat atau buruk menjadi tidak misteriusatau menjadi sesuatu
hal yang perlu dikhawatirkan. Sewaktu dalam organisasi ada oknum yang merencanakan strategi licik untuk keuntungan pribadi, kekuatan pemimpin yang
bijaksana akan menjadi nyata, sehingga mampu menyingkirkan oknum seperti itu dan Kekuatan kembali dan menumpuk atau dengan kata lain, kekuasaan akan
semakin sempurna seraya setiap hal baik terus dipupuk dan diterapkan dalam organisasi.
5.1.11 Mengayomi dan Tidak Berfokus pada Kesalahan Pekerja
“Tao adalah tempat berlindung Semua Benda. Harta dari yang baik,
Pelindung dari yang tidak baik. Kehormatan dapat dibeli dengan kata-kata manis;
Orang lain dapat digabungkan dengan sikap yang baik. Maka bila ada yang tak baik,
Mengapa menyia-nyiakannya? Dengan cara ini Kaisar diteguhkan;
Tiga pejabat dilantik. Dan meskipun piringan giok besar
Didahului oleh sekelompok kuda, Hal ini tak sebaik duduk,
Maju dalam Tao. Mengapa mereka yang tua menghargai tao?
Universitas Sumatera Utara
Apakah mereka tidak berkata: Carilah dan dapatkan;
Miliki kesalahan dan mereka dibebaskan? Maka itulah harta dunia, Wing 1994 : 128.”
Peranan pemimpin dalam organisasi adalah menolong semua anggota menemukan tempatnya dan mengarahkan mereka bersama-sama menuju kemajuan
dan penyelesaian . Meskipun beberapa orang mungkin tidak cukup atau kurang baik, Lao Tzu bertanya, Mengapa menyia-nyiakan mereka?. Pemimpin yang
bijaksana pasti menyediakan pendidikan yang diperlukan bagi setiap orang dalam organisasi. Dengan cara ini semua anggota menjadi terintegrasi dalam organisasi
dan posisi pemimpinnya lebih mantap. Untuk memelihara posisi ini, pemimpin yang bijaksana tidak mementingkan keuntungan materi dan penampilan besar
dalam kepemimpinan, karena hal ini hanya akan memisahkan dunia pemimpin dari dunia bawahannya. Kebutuhan bawahan tak dapat dipenuhi oleh pemimpin
demikian. Pemimpin yang bijak adalah mereka yang menunjukkan sikap respek
terhadap bawahan. Meskipun para bawahan terkadang melakukan kesalahan, pemimpin yang bijak tidak akan berfokus pada kekurangan mereka. Sebaliknya,
pemimpin yang bijak akan merespek segala upaya yang telah dibuat oleh para bawahannya dan berterimakasih terhadap mereka. Sebenarnya, pemimpin tidak
dapat melakukan segala sesuatu dengan baik tanpa bantuan dari para bawahan. Menurut Paulus, sikap merespek orang lain adalah sikap mulia yang harus
dimiliki para pemimpin. Menurut Beliau, pemimpin yang merespek upaya orang lain sudah sangat sulit ditemui dewasa ini. Itulah sebabnya, para pemimpin perlu
memberikan perhatian khusus terhadap sifat ini. Paulus mengakui bahwa beliau
Universitas Sumatera Utara
tidak menghargai upaya orang lain. Namun, setelah belajar untuk lebih merespek orang lain, beliau berpendapat bahwa ternyata hal itu tidak sulit dilakukan. Setiap
pemimpin hanya memerlukan kemauan untuk dapat menerapkan sifat ini dan pasti akan berhasil.
5.1.12 Kebijaksanaan dalam Menunjukkan Kemampuan Intelektual