Ketekunan dalam Mempelajari Segala Sesuatu

tidak ingin dibohongi atau ditipu. Dari semua kualitas yang dicari dan dikagumi orang dari seorang pemimpin, kejujuran adalah yang paling bersifat pribadi. Kejujuran adalah kualitas yang paing dapat meningkatkan maupun paling dapat menghancurkan reputasi pribadi setiap orang. Kejujuran berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika. Pemimpin yang bertahan pada prinsip-prinsip utama akan sangat direspek oleh bawahannya. Pemimpin yang kurang percaya diri terhadap kepercayaannya sendiri akan ditolak oleh orang lain. Kebingungan pada apa yang ada dalam diri pemimpin akan menimbulkan stres; ketidaktahuan terhadap apa yang diyakini oleh pemimpin akan memicu konflik, ketidakpastian dan persaingan politik. Pemimpin yang sejati akan dengan terbuka untuk memberitahu nilai-nilai, etika dan standar mereka kepada orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya, Kouzes dan Posner 2004 : 30.

5.1.10 Ketekunan dalam Mempelajari Segala Sesuatu

“Memimpin organisasi besar seperti memasak ikan kecil. Bila Tao hadir di dunia, Yang cerdik tidak misterius. Tidak hanya yang cerdik tidak misterius, Misteri mereka tidak membahayakan orang lain. Tidak hanya misteri mereka tidak mengganggu orang lain, Yang Berkembang juga tidak mengganggu orang lain, Karena mereka bersama-sama tidak membahayakan, Kekuatan kembali dan menumpuk, Wing 1994 : 125.” Dalam bab ini Lao Tzu mengilustrasikan cara kepemimpinan Seperti memasak ikan kecil. Memimpin organisasi disamakan dengan memasak ikan Universitas Sumatera Utara yang kecil. Meskipun hanya sekedar memasak ikan yang kecil, hasilnya akan berbeda-beda tergantung siapa yang memasaknya. Bila ikan itu dimasak oleh seorang koki yang handal dan berpengalaman, sajian ikan tersebut pasti akan sangat bermutu dan lezat rasanya. Namun, bila ikan kecil itu ditangani oleh seseorang yang belum pernah memasak, hasilnya akan sangat diragukan. Kepemimpinan yang dimiliki para pemimpin juga demikian. Seorang pemimpin harus terampil dalam menjalankan tugas atau kekuasaan. Mereka harus seperti koki yang sudah mengerti mana yang dapat dikerjakan dan mana yang tidak. Itulah sebabnya, para pemimpin harus belajar menciptakan berbagai hal yang membangun organisasi. Mereka akan menjadikan segala hal yang baik sebagai pengalaman yang berharga dan layak untuk dipertahankan. Itulah sebabnya, pemimpin yang bijak akan bertekun dalam mempelajari segala sesuatu. Mereka tidak akan pernah berhenti untuk mengasah kemampuan memimpin mereka. Pemimpin yang bijak akan dengan giat mencari hal-hal baru yang positif demi kemajuan organisasinya. Menurut Santi, belajar untuk menjadi pemimpin yang lebih baik setiap hari tidaklah mudah. Hal itu sering kali menimbulkan perasaan jenuh dan bosan. Namun, bila hal itu dilakukan tanpa henti, akan diperoleh hasil yang memuaskan. Itulah sebanya, Santi yakin bahwa mengumpulkan segala pengalaman yang berharga dan tetap mempertahankannya dalam dunia kerja akan menghasilkan keuntungan bagi dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya. Santi telah merasakan sendiri manfaatnya. Beliau berpendapat bahwa pemimpin yang Universitas Sumatera Utara bijaksana adalah pemimpin yang tidak pernah berhenti belajar dan cepat merasa puas. Menurut Lao Tzu, dengan memelihara Tao dalam organisasi, maka setiap masalah akan sampai kepada jalan menuju penyelesaian. Istilah Cerdik dalam bab ini memaksudkan sesuatu yang jahat atau buruk. Dengan memelihara Tao, maka segala yang jahat atau buruk menjadi tidak misteriusatau menjadi sesuatu hal yang perlu dikhawatirkan. Sewaktu dalam organisasi ada oknum yang merencanakan strategi licik untuk keuntungan pribadi, kekuatan pemimpin yang bijaksana akan menjadi nyata, sehingga mampu menyingkirkan oknum seperti itu dan Kekuatan kembali dan menumpuk atau dengan kata lain, kekuasaan akan semakin sempurna seraya setiap hal baik terus dipupuk dan diterapkan dalam organisasi.

5.1.11 Mengayomi dan Tidak Berfokus pada Kesalahan Pekerja