5.1.14 Mengasihi dan Menyayangi para Bawahan
“Seluruh dunia berpikir bahwa Taoku Agung Tapi ia tampaknya tak bisa dipahami.
Hanya kebesaran yang membuatnya tak bisa dipahami. Bila ia bisa dipahami,
Ia akan menjadi tak berarti sejak lama. Aku memiliki Tiga Harta yang mendukung dan melindungi
Yang pertama adalah kasih sayang. Yang kedua adalah kesederhanaan.
Yang ketiga adalah berani untuk tidak menjadi nomor satu di dunia.
Dengan kasih sayang orang menjadi berani; Dengan kesederhanaan orang menjadi berkembang.
Dalam keberanian untuk tidak menjadi nomor satu di dunia, Orang menjadi alat kepemimpinan.
Sekarang bila seseorang berani tanpa kasih sayang, Atau berkembang tanpa kesederhanaan,
Atau menjadi yang pertama tanpa menahannya, Dialah orang yang harus dihukum
Kasih sayang selalu menang bila diserang; Ia membawa keamanan bila dipelihara.
Alam membantu pemimpinnya Dengan mempersenjatai mereka dengan kasih sayang, Wing 1994 : 138.”
Dasar emosional dari metode Lao Tzu dalam bab ini terlihat dalam ungkapan Tiga Harta yang mendukung dan melindungi, yaitu Kasih sayang,
kesederhanaan dan berani untuk tidak menjadi nomor satu di dunia. Pemimpin yang dapat bertahan dalam posisinya adalah pemimpin yang mampu untuk
menunjukkan Kasih sayang. Kasih sayang merupakan ekspresi luar biasa melalui sebuah tindakan yang layak dimiliki oleh setiap pemimpin.
Kasih sayang membantu pemimpin untuk merubah sudut pandang mereka terhadap segala sesuatu, khususnya terhadap orang-orang yang berada di bawah
kepemimpinannya. Nilai dari kasih sayang terlihat ketika seorang pemimpin
Universitas Sumatera Utara
berniat tulus untuk membantu para bawahannya ketika mereka mengalami kesulitan. Rasa kasih sayang akan mendorong seorang pemimpin untuk bertindak
di saat yang dibutuhkan dan menjadi pribadi penolong yang dinanti-nantikan. Perasaan kasih sayang bukanlah hanya persoalan materi. Kasih sayang mencakup
seluruh aspek moral yang dimiliki setiap orang. Perasaan itu mencakup Pemimpin yang penuh kasih sayang mampu membuat keputusan dengan perencanaan masa
depan dan visi. Alinea terakhir bab ini mengatakan bahwa kasih sayang Akan menang
bila diserang. Ini merupakan pengingat bahwa kekuatan kasih sayang dapat mengalahkan segalanya. Sewaktu seorang pemimpin dapat memancarkan dirinya
dengan kasih sayang yang tulus, maka hal itu akan sangat bernilai besar dihadapan orang-orang yang berada di bawah kekuasannya. Dan secara tidak langsung,
pemimpin demikian telah menembakkan Peluru kasih sayang akan tertanam begitu dalam di jantung para bawahannya dan akan tetap tinggal bersama jiwa
mereka. Hal itu menunjukkan bahwa kasih sayang adalah sifat luhur tertinggi yang mampu meruntuhkan segala niat buruk, dan menggantinya dengan niat baik.
Kemudian, sifat kasih sayang harus diikuti oleh sifat kesederhanaan. Pemimpin yang sederhana akan mampu untuk membawakan diri dengan cara yang
bermartabat dan tidak berlebihan. Sifat kesederhanaan akan mendorong pemimpin untuk tidak berpikir secara muluk-muluk, namun menetapkan rencananya dengan
sederhana namun terpola dengan sangat rapi dan aman. Selanjutnya, pemimpin yang bijaksana memiliki keberanian untuk tidak
menjadi nomor satu di dunia. Ketika seorang pemimpin memulai kekuasaanya
Universitas Sumatera Utara
dengan misi untuk menjadi orang nomor satu di dunia, maka selama kekuasaan itu dijalankan, pemimpin demikian akan bekerja bukan untuk kepentingan orang-
orang yang berada dibawah kekuasannya, namun bagi dirinya dan harga dirinya. Sedangkan, pemimpin yang memiliki keberanian untuk tidak menjadi orang nomor
satu di dunia, tidak akan memedulikan tingkat kekuasaan yang dimilikinya atau sampai kapan kekuasaan itu tetap berada dalam genggamannya, sebaliknya
penguasa yang memiliki keberanian untuk tidak menjadi orang nomor satu di dunia akan bekerja sekuat tenaga tanpa ingin diperhatikan orang lain, untuk
menghasilkan manfaat yang besar demi tujuan bersama, dan tidak takut untuk mengorbankan kenyamanan pribadi untuk memperkuat organisasi yang
dibangunnya. Ketika pemimpin mampu untuk menyimpan Ketiga harta berharga di atas, yaitu kasih sayang, kesederhanaan dan memiliki keberanian untuk tidak
menjadi orang nomor satu di dunia, maka pemimpin demikian telah melakukan bagiannya dengan sangat baik dan tidak dapat dinilai dengan uang dan harta
materi. Ungkapan Seluruh dunia berpikir bahwa Taoku agung, tapi ia tampaknya
tak bisa dipahami memaksudkan ide di mana sesuatu dapat begitu besar, selalu ada dan begitu dalam sehingga tidak dapat dipahami. Kemudian dilanjutkan
dengan ungkapan Hanya kebesaran yang membuatnya tak dapat dipahami memaksudkan bahwa para pemimpin hendaknya memiliki kekuatan sejati yang
muncul dari memperluas pikiran dengan memahami yang tak dipahami dalam membangun organisasinya. Lao Tzu memastikan bahwa Kasih sayang selalu
menang bila di serang; membawa keamanan bila dipelihara. Ini berarti kekuatan
Universitas Sumatera Utara
dari kasih sayang begitu besar dalam suatu organisasi untuk memperoleh kemuliaan besar dan tak terkalahkan. Itulah sebabnya, para pemimpin akan
bertindak dengan semangat kasih sayang dalam menjalankan urusan mereka dan dalam menghadapi orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya.
Masyarakat Tionghoa di Jalan S.Parman adalah orang-orang yang mengasihi dan menyayangi para bawahan mereka. Mereka peduli terhadap
kesejahteraan para pekerja mereka. Mereka berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi para pekerja mereka dengan tulus dan ikhlas. Mereka berupaya
menjadi pemimpin yang menyenangkan bagi para pekerja mereka, meskipun terkadang bisa saja gagal. Namun, kemajuan masyarakat Tionghoa di Jalan
S.Parman dalam menjalankan usaha menunjukkan bahwa mereka berhasil dalam mempraktekkan sifat saling mengasihi dan menyayangi.
5.1.15 Kesabaran dalam Menghadapi Orang Lain