61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berumur 2-3 bulan dengan kisaran berat 150-200 gram. Membran yang digunakan diseleksi dengan ketebalan 0,6 ± 0,1 mm dan luas membran 3,14 cm
2
disesuaikan dengan alat uji difusi. Kulit tikus ini dipilih sebagai membran difusi karena cukup
mudah didapatkan dan permeabilitas kulit tikus yang telah dicukur bulunya mirip dengan permeabilitas kulit manusia.
Kulit manusia memiliki koefisien
permeabilitas sebesar 93 cmjam x 10
5
, sedangkan kulit tikus yang telah dicukur bulunya memiliki koefisien permeabilitas sebesar 103 cmjam 10
5
Kielhorn, Kollmuβ, Mangelsdorf, 2006. Akan tetapi, penggunaan kulit tikus ini juga
memiliki kekurangan lainnya yaitu memiliki luas penampang yang kecil. Untuk mengatasinya, kulit diambil pada daerah yang sama sehingga memperkecil variasi
tempat yang akan digunakan untuk uji penetrasi Hadyanti, 2008. Tikus yang sehat dibius dengan eter hingga mati, kemudian kulit bagian
abdomen dicukur bulunya secara hati-hati. Pencukuran bulu pada kulit dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi luka pada kulit yang dapat berpengaruh
terhadap laju penetrasi suatu obat. Kulit bagian abdomen yang telah dicukur kemudian dipotong dan dibersihkan dari lemak subkutan yang menempel. Lemak
subkutan yang masih menempel pada kulit dapat mengganggu penetrasi etil p- metoksisinamat ke dalam kulit Ramadon, 2012. Kulit yang telah dibersihkan
dengan air kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, lalu disimpan di dalam botol yang berisi NaCL 0,9 fisiologis pada suhu -20°C.
Penyimpanan kulit segar dapat bertahan selama 1 bulan jika disimpan pada suhu -20°C dan tidak memiliki efek relevan pada permeabilitas in vitro baik kulit
manusia maupun kulit hewan Bartosova, Bajgar, 2012.
4.5.3 Pengujian Penetrasi Etil p-Metoksisinamat
Pada pengujian ini dilakukan uji penetrasi etil p-Metoksisinamat secara in vitro menggunakan sel difusi franz. Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah
etil p-metoksisinamat terpenetrasi melalui kulit selama interval waktu tertentu dari sediaan salep, krim dan gel yang telah dibuat Bartosova, Bajgar, 2012.
Hal yang harus diperhatikan pada uji penetrasi secara in vitro adalah kelarutan zat aktif. Pada pengujian ini etil p-metoksisinamat harus larut dalam
cairan kompartemen reseptor yang digunakan. Berdasarkan struktur kimia etil p-
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
metoksisinamat diketahui bahwa etil p-metoksisinamat bersifat hidrofobik, sehingga akan sulit larut dalam medium kompartemen reseptor jika medium yang
digunakan air atau dapar fosfat pH 7,4. Untuk mengatasi masalah kelarutan obat hidrofobik, maka diperbolehkan untuk menambahkan bahan pensolubilisasi ke
dalam kompartemen reseptor Ramadon, 2012. Medium kompartemen reseptor yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran yang terdiri dari etanol 96
dan dapar fosfat pH 7,4 dengan perbandingan 1:1 Larutan EDP. Dapar fosfat pH 7,4 dipilih untuk medium reseptor sebagai simulasi cairan biologis tubuh.
Penambahan etanol 96 pada medium reseptor digunakan sebagai bahan pensolubilisasi.
Sebelum dilakukan uji penetrasi, membran kulit yang disimpan pada suhu -20°C diambil kemudian direndam pada medium kompartemen reseptor selama
10-30 menit. Perendaman ini dilakukan untuk mengkondisikan kulit seperti sebelum dilakukan penyimpanan Bartosova, Bajgar, 2012. Sediaan ditimbang
sebanyak 200 mg dan diratakan di atas membran yang telah diletakkan diatas alat uji difusi. Penentuan bobot sediaan yang diaplikasikan berdasarkan luas membran
dan penyebaran sediaan yang merata. Pengaplikasian sediaan dengan bobot yang terlalu besar pada luas membran yang kecil akan menyebabkan terjadinya
penumpukan sediaan pada lapisan atas membran. Sehingga zat aktif tidak sepenuhnya terlepas dari sediaan dan hanya tertinggal di permukaan kulit
Simanjuntak, 2006. Pengujian dilakukan selama 8 jam, dengan suhu medium kompartemen
reseptor 37 ± 0,5°C disesuaikan dengan kondisi suhu tubuh. Total volume cairan reseptor yaitu 21 mL dengan kecepatan pengadukan 500 rpm. Pencuplikan
dilakukan pada menit ke 10, 30, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360, 420 dan 480 Anggraeni, 2008. Pencuplikan sebanyak 1 ml dan digantikan dengan medium
kompartemen reseptor yang baru dengan volume yang sama untuk mempertahankan sink condition Lachman et al.,1994. Hasil cuplikan kemudian
dilakukan pengenceran dan di ukur serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 310,2 nm.
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.5.4 Jumlah Kumulatif Zat Terpenetrasi Per Luas Area