49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
satu konsentrasi. Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, masing- masing seri larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal
tersebut. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian dibuat kurva regresi linier dan diperoleh nilai persamaan yang akan digunakan untuk perhitungan kadar etil p-
metoksisinamat terpenetrasi.
3.7.4 Uji Penetrasi Sediaan
Sediaan ditimbang 200 mg dan diratakan di atas membran. Suhu media adalah 37 ± 0,5 ºC dengan total volume cairan reseptor 21 mL serta diaduk
dengan pengaduk magnetik dengan kecepatan 500 rpm. Proses dilakukan selama 8 jam. Cuplikan diambil dari media kompartemen reseptor pada menit ke 10, 30, 60,
90, 120, 180, 240, 300, 360, 420, dan 480 sebanyak 1 ml dan segera digantikan dengan larutan EDP sejumlah volume yang sama Lachman et al.,1994. Cuplikan
yang diperoleh kemudian dilakukan pengenceran dan diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal yang
telah didapatkan sebelumnya. Proses yang sama dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan terhadap ketiga sediaan.
3.7.5 Perhitungan Jumlah Kumulatif dan Kecepatan Penetrasi Zat Aktif
Jumlah kumulatif zat aktif yang terpenetrasi per luas area difusi µgcm
2
dapat dihitung dengan rumus : =
+ .
Keterangan : Q
= jumlah kumulatif zat per luas area difusi µgcm
2
Cn = konsentrasi zat µgmL pada sampling ke-n
. = jumlah konsentrasi zat µgmL pada sampling
pertama menit ke-10 hingga sebelum menit ke –n V
= volume medium reseptor difusi franz mL S
= volume sampling 500 mL A
= luas area membran cm
2
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kemudian dilakukan perhitungan fluks kecepatan penetrasi tiap satuan waktu obat berdasarkan hukum Fick I :
= Keterangan :
J = fluks µg cm
-2
jam
-1
S = luas area difusi cm
2
M = jumlah kumulatif zat yang melalui membran µg
T = waktu jam
Setelah itu dibuat grafik jumlah kumulatif yang terpenetrasi µg perluas area difusi cm
2
terhadap waktu jam Ramadon, 2012.
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Kristal Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Kencur
4.1.1 Pembuatan Ekstrak Kencur
Rimpang kencur segar yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 kg, setelah melalui serangkaian proses pembuatan simplisia diperoleh serbuk
simplisia rimpang kencur sebanyak 4,2 kg. Serbuk simplisia yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan. Pembuatan serbuk simplisia bertujuan untuk
memperkecil ukuran partikel simplisia dan memperluas permukaan simplisia, sehingga simplisia akan lebih banyak kontak dengan pelarut ketika diekstrasi dan
menghasilkan banyak senyawa yang tersari ke dalam pelarut. Gambar sebuk simplisia dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Serbuk simplisia rimpang kencur
[Sumber : koleksi pribadi]
Serbuk simplisia sebanyak 3,5 kg diekstraksi menggunakan cara dingin yaitu dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksan teknis yang telah
didestilasi. Metode maserasi dipilih karena pengerjaannya mudah dan peralatan yang digunakan sederhana, selain itu metode ini juga cocok untuk senyawa yang
termolabil Tiwari et al., 2011. Penggunaan pelarut n-heksan sebagai penyari berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Taufikurohmah, Rusmini dan
Nurhayati tahun 2008 yang menyatakan bahwa kepolaran etil p-metoksisinamat lebih mendekati heksan karena dalam etil p-metoksisinamat terdapat dua gugus