Pada aktivitas kali ini ketiga metode mendapatkan penilaian tingkat risiko yang sama, yaitu sedang. Pada metode
REBA postur punggung dan lengan yang memiliki nilai skor yang tinggi. Pada metode OWAS hanya postur punggung yang
memiliki nilai risiko yang tinggi. Sedangkan pada metode QEC penilaian postur tubuh hanya mendapatkan nilai yang rendah
tetapi pada variabel kecepatan bekerja dan stress memiliki nilai yang tinggi sehingga membuat nilai skor akhir dari metode QEC
menjadi tingkat risiko sedang. Pada aktivitas membentuk rangka besi ini terdapat postur
janggal membungkuk dalam pengerjaannya. Menurut Anies 2005 semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap
duduk atau sikap berdiri secara bergantian, semua sikap yang tidak alami seharusnya dihindarkan. Sehingga saran dari peneliti
adalah dengan meninggikan landasan kerja menjadi 10 – 15 cm di
bawah di bawah tinggi siku pada saat berdiri, sehingga terhindar dari postur janggal membungkuk. Karena menurut Grandjean
1993 untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah 10 -15 cm di bawah tinggi siku
berdiri.
5. Merangkai Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang
tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett 1995 jika suatu aktivitas postur mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,
maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk 1977 jika
suatu aktivitas postur mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil
kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level exposure 51 , sehingga menurut Li dan Bukle 1999
postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan.
Pada aktivitas merangkai besi ini, jika dibandingkan analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai
menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu aktivitas merangkai besi memiliki tingkat risiko yang tinggi.
Pada metode REBA postur punggung, kaki dan lengan yang
mendapatkan skor
tiga. Skor
tersebut cukup
mempengaruhi nilai skor akhir REBA menjadi tingkat risiko tinggi. Pada metode OWAS postur kaki dan punggung yang
memiliki skor yang tinggi. Walaupun skor lengan pada metode OWAS tidak tinggi namun tidak terlalu mempengaruhi nilai
skor akhir OWAS. Sedangkan Pada metode QEC postur leher dan variabel stress yang mendapatkan skor yang tinggi serta
postur punggung dan lengan mendapatkan skor yang sedang. Walaupun skor punggung dan kaki di metode QEC tidak
mendapatkan skor yang tinggi dan di dua metode lainnya medapatkan skor yang tinggi, hal tersebut tidak mempengaruhi
nilai skor akhir metode QEC. Aktivitas merangkai besi ini dilakukan dengan berjongkok
dan membungkukan badan, menurut Anies 2005 semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau
sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap yang tidak alami seharusnya dihindarkan, sehingga saran dari peneliti adalah
adalah merubah stasiun kerja yang sebelumnya dilakukan dengan berjongkok dirubah menjadi berdiri. Hal tersebut dilakukan
dengan menurunkan pijakan kaki sampai landasan kerja sedikit lebih rendah dari tinggi siku berdiri sehingga pekerjaan dapat
dikerjakan secara leluasa dan nyaman. Karena menurut Grandjean 1993 selama kerja manual dengan tidak ada
penekanan dan ketelitian tinggi landasan kerja sedikit lebih rendah dari tinggi siku berdiri.
6. Membetulkan Rangkaian Besi