B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi
Metode penilaian yang telah diperkenalkan para ahli dalam mengevaluasi ergonomi untuk menilai tingkat risiko MSDs di tempat kerja
ada banyak, , dan alat ukurnya pun cukup bervariasi. Namun demikian, dari berbagai alat ukur dan berbagai metode tentunya mempunyai kelebihan dan
keterbatasan masing masing. Untuk itu kita harus dapat secara selektif memilih dan menggunakan metode secara tepat dan sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan. sebagai berikut :
1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi
Penilaian subjektif tentang keparahan pada sistem muskuloskeletal dapat dilakukan dengan metode Nordic Body Map NBM dan checklist.
Namun Nordic Body Map NBM adalah salah satu cara evaluasi ergonomi
terhadap keluhan muskuloskeletal Nurliah, 2012.
Nordic Body Map NBM merupakan salah satu metode
pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Keluhan subjektif ini dipilih karena berdasarkan penelitian oleh The
National Institute for Occupational Safety and Health 1997 yang menyatakan bahwa keluhan subjektif menjadi pilihan yang baik untuk
melihat keluhan work-related muskuloskeletal disorder.
Dalam nordic terdapat bagian tubuh utama yaitu : a.
Leher f. Siku
b. Bahu
g. Pinggang c.
Punggung bagian atas h. Lutut
d. Pergelangan tangantangan i. Tumitkaki
e. Punggung bagian bawah
Gambar 2.1 bagian tubuh utama
Kuesioner nordic body map memiliki 28 titik atau pertanyaan dimulai dari 0 hingga 27 titik nomor yang dinilai dengan menggunakan
skala likert untuk melihat tingkatan keluhan MSDs secara objektif. Semua dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu Leher, upper limb bahu, siku,
tangan, dan pergelangan tangan, lower limb pinggul, paha, lutut, pergelangan kaki, dan kaki dan low back punggung atas dan bawah
Andersson dkk, 2007.
2. Penilaian Risiko Postur Kerja
Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ergonomi dengan metode observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti, Rapid Entire
Body Assesment REBA, Rapid Upper Limb Assesment RULA, Quick Exposure Checklist QEC, Ovako Working Posture Analysis System
OWAS, dll. beberapa metode penilaian ergonomi tersebut dijabarkan seperti di bawah ini :
a. Rapid Entire Body Assesment REBA
1 Definisi
REBA Hignett and Mc. Atamney, 2000 adalah sebuah metode yang dilakukan untuk mengetahui faktor
– faktor risiko terkait dengan postur pada saat bekerja.
REBA dikembangkan untuk mengkaji postur kerja postur statis atau dinamis, berbagai metode kajian, berdasarkan
kategori metode checklist, manual material handling, kombinasi seluruh tubuh dan computer based.
2 Pengukuran
Metode REBA Hignett and Mc. Atamney, 2000 dapat digunakan bila :
a Seluruh tubuh yang sedang digunakan
b Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan,
atau postur yang tidak stabil
c Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan
seberapa sering frekuensinya d
Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan atau perilaku pekerja.
Penilaian REBA Hignett and Mc. Atamney, 2000 dilakukan melalui enam tahapan, tahapan
– tahapan tersebut adalah :
a Observasi pekerjaan, yang meliputi :
1 Identifikasi faktor risiko ergonomi
2 Desain tempat kerja
3 Lingkungan kerja
4 Penggunaan peralatan kerja
5 Perilaku atau sikap bekerja
b Memilih postur yang akan dikaji, yang meliputi :
1 Postur yang sering dilakukan
2 Postur dimana pekerja lama dengan posisi
tersebut 3
Postur yang membutuhkan banyak tenaga atau aktivis otot
4 Postur yang menyebabkan tidak nyaman
5 Postur ekstrim, janggal, dan tidak stabil
khususnya yang menggunakan kekuatan
6 Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh
intervensi, kontrol, atau perubahan lainnya
c Penilaian postur, dengan menggunakan kertas
penilaian dan menghitung skor postur d
Penilaian menggunakan tabel e
Perhitungan nilai REBA f
Menentukan nilai tingkat aktivitas untuk melakukan
pengkajian lanjutan.
Penentuan tingkatan aktivitas berdasarkan kriteria Tabel 2.3
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Grand Score REBA Skor
Action Level 1
Risiko dapat ditiadakan 2-3
Risiko rendah, perubahan mungkin dibutuhkan
4-7 Risiko menegah, investigasi lebih lanjut,
perubahan segera 8-10
Risiko tinggi, investigasi dan lakukan perubahan
11+ Risiko sangat tinggi dan lakukan perubahan
Sumber : Hignett and Mc. Atamney, 2000
b. Rapid Upper Limb Assesment RULA
1 Definisi
RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan garakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan
dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas upper limb.
Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam
melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas upper limb.
Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap
faktor risiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor risiko yang diselidiki dalam ini adalah yang telah di
deskripsikan oleh Mc Pheasant dalam santon 2005 sebagai faktor beban eksternal yang meliputi:
a Jumlah gerakan
b Kerja otot statis
c Gaya
d Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan
perabotan e
Waktu kerja tanpa istirahat
2 Pengukuran
a Tahap 1
Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-
segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B. grup A meliputi bagian lengan atas dan
bawah serta pergelangan tangan. Sementara gurp B meliputi leher, punggung, dan kaki.
Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atas atau
batas postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh
bagian atas dapat tercakup dalam penilaian. b
Tahap 2 Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A
dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari
sistem muskuloskeletal
kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur grup A yang meliputi lengan
atas, lengan bawahm pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk
masing masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.
c Tahap 3
Berdasarkan tabel grand score, tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level,
seperti berikut ini:
Tabel 2.3 Grand Score RULA Level
Skor Action Level
Low 1-2
Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.
Medium 3-4
Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.
High 5-6
Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera Very
High 7
Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin mendesak.
Sumber : Handbook of Human Faktor and Ergonomics Methods. Santon dkk 2005
c. Quick Exposure Checklist QEC
1 Definisi
QEC adalah metode yang secara cepat menilai pajanan risiko dari Muskuloskeletal Disorders WMSDs.
QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC dapat
diaplikasikan untuk pekerjaan yang lebih luas. Dengan waktu pelatihan yang singkat, penilaian dapat dilengkapi
secara cepat untuk setiap tugas atau pekerjaan Li dan Buckle, 1999.
2 Pengukuran
Metode quick exposure checklist QEC ini memiliki beberapa tahapan, tahapan dalam penggunaan QEC adalah
sebagai berikut :
a Pengukuran oleh peneliti Observer’s Assessment
Penelitii memiliki form isian tersendiri yang dapat diisi melalu pengamatan kerja dilapangan.
Sebagai alat bantu, dapat menggunakan stopwatch guna menghitung durasi dan frekuensi kerja.
b Pengukuran oleh pekerja Worker’s Assessment
Seperti halnya peneliti, pekerja pun memiliki form isian tersendiri, yang berisi pertanyaan
seputar pekerjaan yang dilakukan. c
Mengkalkulasi skor pajanan Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui dua
cara, yakni manual dengan menjumlahkan skor pada lembar isian, ataupun dengan program
computer.
QEC secara cepat dapat mengidentifikasi tingkat pajanan dari punggung, bahulengan, tangan, pergelangan
tangan dan
leher. Hasil
dari metode
ini juga
merekomendasikan intervensi ergonomi yang efektif untuk mengurangi tingkat pajanan. Metode QEC memilki kelebihan
dan kekurangan, yakni sebagai berikut:
3 Kelebihan Metode QEC
a Mencakup beberapa faktor risiko terbesar terkait MSDs
b Mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat
digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman c
Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai macam faktor risiko di tempat kerja
d Menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang
baik e
Mudah dipelajari dan cepat digunakan 4
Kekurangan Metode QEC a
Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja
b Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action
level membutuhkan validasi. c
Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh pengguna
yang belum
berpengalaman untuk
pengembangan reabilitas pengukuran.
d. Ovako Working Posture Analysis Sistem OWAS
1 Definisi
OWAS merupakan sebuah prosedur untuk menilai kualitas sebuah postur terutama ketika sedang menerapkan
kekuatan. OWAS mengidentifikasi postur, kekuatan, siklus kerja dan postur kerja dimana postur kekuatan
meningkatkan risiko injuri Tarwaka, 2011.
2 Pengukuran
Metode OWAS dalam melakukan penilaian terhadap postur melakukan identifikasi pada bagian
– bagian tubuh, seperti :
a Tulang belakang 4 Postur
1 Punggung lurus
2 Punggung membungkuk
3 Punggung memuntir
4 Punggung ditekuk memutar
b Lengan 3 Postur, dan
1 Kedua lengan di bawah bahu
2 Satu lengah di bawah dan satu lengan diatas
bahu 3
Kedua lengan diatas bahu c
Kaki 7 Postur 1
Posisi duduk 2
Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan berat badan seimbang antara dua kaki
3 Berdiri dengan satu kaki lurus dan kaki
lainnya menekuk
dengan berat
badan seimbang antara kedua kaki
4 Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki agak
ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki 5
Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki
6 Kaki dengan posisi berlutut
7 Berjalan
Metode OWAS pun memperhitungkan juga berat beban yang ditangani oleh pekerja yang dibagi menjadi 3
kategori, yaitu kurang dari 10 Kg, antara 10-20 Kg dan lebih dari 20 Kg. Hasil pengamatan melalui metode
OWAS dikategorikan kedalam empat kategori, yaitu :
Tabel 2.4 Grand Score OWAS Kategori
Action Level 1
Tidak perlu perbaikan 2
Tindakan koreksi dalam waktu dekat
3 Tindakan koreksi sesegera
mungkin 4
Segera lakukan tindakan perbaikan
Sumber : Tarwaka, 2011
e. Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors BRIEF
1 Definisi
BRIEF adalah alat penyaring awal menggunakan struktur
dan bentuk
sistem tingkatan
untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu
pekerjaan Humantech, 1989.
2 Pengukuran
Metode BRIEF dalam melakukan penilaian terhadap postur melakukan identifikasi pada bagian
– bagian tubuh, seperti :
a Tangan dan pergelangan tangan kiri
b Siku kiri
c Bahu kiri
d Leher
e Punggung
f Tangan dan pergelangan tangan kanan
g Siku kanan
h Bahu kanan
i Kaki
Metode BRIEF pun melakukan penilaian pekerjaan menggambarkan
tinjauan ulang
ergonomi secara
mendalam dari ketiga penetapan data sederhana, mudah dipahami, dan dapat dipercaya dan juga yang paling
penting yang paling memberikan beban paling berat Humantech, 1995.
30 Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko Ergonomi
No. Metode Penilaian
Kelebihan Kekurangan
1. Rapid Entire Body
Assesment REBA a.
Merupakan metode yang cepat untuk menganalisa
postur kerja
yang menyebabkan risiko ergonomi
b. Dapat mengidentifikasi faktor – faktor
risiko dalam pekerjaan c.
Dapat digunakan untuk postur tubuh yang stabil maupun tidak stabil
d. Skor akhir dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah, menentukan priotitas dan perubahan yang dilakukan
a. Hanya menilai aspek postur dari
pekerja b.
Tidak mempertimbangkan
kondisi yang
dialami oleh
pekerja terutama yang berkaitan dengan faktor psikososial
c. Tidak
menilai kondisi
lingkungan kerja terutama yang berkaitan
dengan vibrasi,
temperatur dan jarak pandang 2.
Rapid Upper Limb Assesment RULA
a. Menilai sebuah angka perbedaan
postur selama putaran dalam bekerja untuk menyiapkan sebuah profil dari
beban otot. a.
Hanya untuk pekerjaan dengan postur statis atau duduk atau
berdiri terus menerus, kurang cocok untuk pekerjaan dengan
gerakan dinamis
31 Tabel 2.4 Lanjutan
No. Metode Penilaian
Kelebihan Kekurangan
b. Dapat dijadikan tindakan lebih kanjut dari
investigasi dan
tindakan perbaikan.
c. Pemberian skor pada RULA lebih rinci
d. Mudah digunakan, cepat dam praktis b.
Tidak ada tinjauan rekam medis c.
Metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan menggenggam,
meluruskan, memutar
dan memerlukan
tekanan pada
telapak tangan, dan d.
Metode ini tidak bisa mengukur antropometri tempat kerja yang
dapat menyebabkan terjadinya postur janggal
3. Quick
Exposure Checklist QEC
a. Mencakup beberapa faktor risiko
terbesar terkait MSDs b.
Mempertimbangkan kebutuhan
pengguna dan dapat digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman
a. Metode hanya berfokus pada
faktor fisik di tempat kerja b.
Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action level
membutuhkan validasi.
32 Tabel 2.5 Lanjutan
No. Metode Penilaian
Kelebihan Kekurangan
c. Mempertimbangkan kombinasi dan
interaksi berbagai macam faktor risiko di tempat kerja
d. Menyediakan tingkat sensitivitas dan
kegunaan yang baik e.
Mudah dipelajari dan cepat digunakan c.
Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh pengguna yang
belum berpengalaman untuk pengembangan
reabilitas pengukuran.
4. Ovako
Working Posture
Analysis System OWAS
a. Mudah digunakan
b. Hasil observasi bisa dibandingkan
dengan benchmarks
untuk menentukan prioritas intervensi
c. Angka pada tiap bagian tubuh bisa
digunakan untuk
perbandingan sebelum dan sesudah intervensi untuk
mengevaluasi keefektifitasnya d.
Angka pada tiap bagian tubuh bisa digunakan untuk studi epidemiologi
a. Tidak
adanya informasi
mengenai durasi waktu kerja dari postur kombinasi
b. Tidak ada perbedaan klasifikasi
antara lengan kiri dan kanan c.
Tidak memperhitungkan
mengenai posisi
siku, pergelangan tangan atau tangan
33 Tabel 2.5 Lanjutan
No. Metode penilaian
Kelebihan Kekurangan
5. Baseline
Risk Identifiation
of Ergonomics
Factors a.
Dapat mengkaji hampir seluruh bagian tubuh sembilan bagian
b. Dapat menentukan bagian mana yang
memiliki beban paling berat c.
Dapat mengidentifikasi penyebab awal MSDs
d. Tidak membutuhkan seorang ahli
ergonomi untuk melakukan penilaian pekerjaan menggunakan BRIEF
a. Tidak dapat mengetahui total
skor secara menyeluruh dari suatu pekerjaan
b. Banyak faktor yang harus
diuji c.
Membutuhkan waktu pengamatan yang lebih lama
d. Tidak dapat digunakan untuk
manual handling 6.
Nordic Body Map a.
Mengkaji seluruh tubuh yang dibagi kedalam sembilan bagian tubuh.
b. Dapat digunakan untuk mengevaluasi
keluhan MSDs c.
Menggunakan 28 titik atau pertanyaan bagian tubuh
a. Hanya melihat keluhan
secara subyektif b.
Tidak dapat mengetahui total skor secara menyeluruh dari
suatu pekerjaan c.
Tidak terlalu milhat faktor fisik di tempat kerja
C. Kerangka Teori