penekanan dan ketelitian tinggi landasan kerja sedikit lebih rendah dari tinggi siku berdiri.
6. Membetulkan Rangkaian Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor sembilan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian
besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan
Hignett 1995 jika suatu aktivitas postur mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka perlu segera dilakukan tindakan
perbaikan postur pada aktivitas tersebut. Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas membetulkan rangkaian besi didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya
ergonomi yang tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk 1977 jika suatu aktivitas postur mendapatkan
tingkat risiko yang tinggi, maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membetulkan
rangkaian besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada
pada level exposure 49, sehingga menurut Li dan Bukle 1999 postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan
tindakan perbaikan. Pada aktivitas membetulkan rangkaian besi ini, jika
dibandingkan analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai menunjukkan tingkat risiko yang berbeda, yaitu pada
metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko sedang, sedangkan metode OWAS menunjukkan tingkat risiko tinggi.
Adanya perbedaan ini dikarenakan hasil skor yang didapatkan oleh metode QEC dan REBA tidak dapat melihat dan
menilai secara sensitif bagian postur yang menurut metode OWAS memiliki nilai yang tinggi sehingga mempengaruhi nilai
skor akhir OWAS. Postur itu adalah bagian kaki, karena pada metode REBA bagian kaki memiliki nilai skor dua dan pada
metode QEC postur kaki tidak dilihat. Sedangkan menurut metode OWAS postur kaki mendapatkan nilai yang tinggi, hal
tersebut dapat terjadi karena metode OWAS dapat secara sensitif menilai postur kaki. Adanya perbedaan dalam penilaian skor
postur kaki ini berakibat pada hasil skor yang didapatkan masing – masing metode.
Pada aktivitas ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan tindakan perbaikan dengan segera, tindakan perbaikan yang
dilakukan adalah tidak melakukan postur janggal seperti membungkuk dan menekukan kaki yang dilakukan pekerja serta
menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang. Karena menurut Grandjean 1993 pengaturan waktu
kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan
yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
D. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran