Metode pengambilan Data METODE PENELITIAN

Gambar 4.4 HandScale

H. Metode pengambilan Data

Metode pengambilan data terbagi atas dua bagian, yaitu : 1. Pengambilan Data Primer Pengambilan data mengenai postur kerja dengan cara mengobservasi langsung dan didokumentasikan menggunakan kamera digital, menghitung durasi faktor risiko tersebut serta mengukur besar sudut menggunakan mistar dan busur. Total waktu observasi yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada satu siklus tahapan per pekerjaan. Setelah menentukan total waktu pengamatan dalam satu siklus, lalu melakukan pengukuran postur dan penilaian dari postur yang telah diukur. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai pengumpulan data dari masing – masing tahap kerja per satu siklus : a. Pekerja Kayu Pada pekerja kayu proses pengerjaan yang dilakukan adalah membuat bekisting untuk pengecoran. Pengambilan rekaman gambar diambil selama satu kali pembuatan bekisting dimulai ketika pekerja mengambil kayu dan membuat bekisting untuk melakukan pengecoran seperti pada gambar 4.5 di bawah ini: Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu b. Pekerja Besi Pada pekerja besi proses pengerjaan yang dilakukan adalah membuat rangka besi untuk bangunan seperti lantai, tiang atau pondasi. Pengambilan rekaman gambar diambil selama satu kali pembuatan rangka besi dimulai ketika pekerja memotong besi hingga merangkai besi sampai rangka bangunan terbentuk seperti pada gambar 4.6 di bawah ini Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi Memotong kayu Memaku kayu bekisting Memotong besi Membuat rangka besi Mengambil kayu Memasang bekisting Mengambil besi Membawa besi Merangkai besi Membetulkan rangkaian besi c. Pekerja Pengecoran Pada pekerja pengecoran pengerjaan yang dilakukan adalah membuat bahan cor untuk mengecor rangka bangunan seperti lantai, tiang, dan tangga. Pengambilan gambar diambil selama satu kali pengerjaan pengecoran dimulai pekerja membuat bahan pengecoran dan melakukan pengecoran bangunan seperti pada gambar 4.7 di bawah ini: Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran 2. Pengukuran dan Penilaian faktor risiko a. Metode Penilaian Risiko REBA Pengukuran faktor risiko menggunakan lembar penilaian Rapid Entire Body Assesment REBA yang digunakan oleh Hignett dan McAtamney 2000. Lembar pengukuran diisi dengan memberikan skor pada setiap faktor yang dinilai untuk Rapid Entire Body Assesment REBA. Penilaian skor metode ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu skor A punggung, leher, kaki, dan beban, skor B lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan pegangan dan skor C skor A + Skor B + Activity score. Berikut Menaruh semen coran pada bekisting Meratakan semen yang ada di bekisting Membuat semen coran akan dijabarkan proses pengukuran dan penilaian metode Rapid Entire Body Assesment REBA : 1 Skor A Penilaian skor A dibagi menjadi empat bagian yaitu : a Posisi punggung Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.8. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi punggung. Hasil skor pengukuran terhadap posisi punggung sebagai berikut: 1 Skor 1 : Lurus tegak alamiah 2 Skor 2 : 0 o - 20 o flexion sampai extension 3 Skor 3 : 20 o - 60 o flexion 4 Skor 4 : 60 o flexion 5 Skor +1 : jika memutarmiring kesamping Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung b Posisi leher Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.9. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi leher. Hasil skor pengukuran terhadap posisi leher sebagai berikut: 1 Skor 1 : 0 o - 20 o flexion sampai extension 2 Skor 2 : 20 o flexion atau extension 3 Skor +1 jika leher memutar ke kanan atau ke kiri Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher c Posisi Kaki Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.10. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan. Hasil skor pengukuran terhadap posisi pergelangan tangan sebagai berikut: 1 Skor 1 : kaki tertopang, bobot tersebar merata jalan atau duduk 2 Skor 2 : kaki tidak tertopang, bobot tersebar meratapostur tidak stabil 3 Skor +1 : jika lutut antara 30 o - 60 o flexion 4 Skor +2 : Jika lutut 60 o flexion tidak ketika duduk Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki d Beban Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan cara menentukan besarnya beban objek yang diangkat atau angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode beban. Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai berikut : 1 Skor 0 : beban 5 Kg 2 Skor 1 : beban antara 5 – 10 Kg 3 Skor 2 : beban 10 Kg 4 Skor +1 : Jika ada penambahan beban secara tiba – tiba 2 Skor B Penilaian skor B dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a Lengan atas Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan atas pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.11. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi lengan atas. Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan atas sebagai berikut: 1 Skor 1 : 0 o - 20 o flexion sampai extension 2 Skor 2 : 20 o extension 20 o - 45 o flexion 3 Skor 3 : 45 o - 90 o flexion 4 Skor 4 : 90 o flexion 5 Skor +1 : jika posisi lengan adducted atau rotated 6 Skor +1 : jika bahu ditinggikan 7 Skor -1 : jika bersandar, bobot lengan ditopang atau sesuai gravitasi Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas b Posisi lengan bawah Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan bawah pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.12. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi lengan bawah. Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan bawah sebagai berikut: 1 Skor 1 : 60 o - 100 o flexion sampai extension 2 Skor 2 : 20 o flexion atau 100 o flexion Gambar 4.12 Posisi Lengan Bawah c Pergelangan tangan Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.13. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan. Hasil skor pengukuran terhadap posisi pergelangan tangan sebagai berikut: 1 Skor 1 : 0 o - 15 o flexion sampai extension 2 Skor 2 : 15 o flexion atau extension 3 Skor +1 jika tangan memutar ke kanan atau kiri Gambar 4.13 Posisi Pergelangan Tangan d Pegangan Pengukuran mengenai pegangan pada objek dilakukan dengan cara menentukan kenyamanan dalam memegang objek yang dipakai oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode pegangan. Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai berikut : 1 Skor 0 Good : pegangan pas dan tepat ditengah, genggaman kuat 2 Skor 1 Fair : pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal 3 Skor 2 Poor : pegangan tangan tidak bias diterima walau memungkinkan 4 Skor 3 Unacceptable : dipaksakan pegangan yang tidak aman Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur kerja pekerja tersebut berdasarkan tabel penilaian metode REBA. Penilaian metode REBA dibagi menjadi empat tahap tahap, keempat tahapan tersebut dijelaskan di bawah ini, yaitu : 1 Tabel skor A Pada tahap pertama cocokkan hasil pengukuran skor A yaitu, postur punggung, postur leher, postur kaki, dan beban. Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan tabel penilaian skor A Tabel 4.1 , pada tahap ini akan menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel penilaian skor A : Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A Punggung Leher 1 2 3 Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9 Beban 1 2 +1 5 Kg 5 – 10 Kg 10 Kg Penambahan beban secara tiba – tiba 2 Tabel skor B Pada tahap kedua cocokkan hasil pengukuran skor B yaitu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan pegangan. Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan tabel penilaian skor B Tabel 4.2, pada tahap ini akan menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel penilaian skor B : Tabel 4.2 Tabel penilaian skor B Lengan bawah Lengan atas 1 2 Pergelangan 1 2 3 1 2 3 1 1 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 6 7 8 8 8 9 9 Pegangan – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable pegangan pas dan tepat ditengah, genggaman kuat pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal pegangan tangan tidak bias diterima walau memungkinkan dipaksakan pegangan yang tidak aman 3 Tabel skor C Pada tahap ketiga cocokkan hasil penilaian skor A dan hasil penilaian skor B dengan tabel penilaian skor C Tabel 4.3, lalu lakukan penilaian terhadap Activity score, setelah itu lakukan penjumlahan antara hasil penilaian skor C dengan nilai pada Activity score. Pada tahap ini akan menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel penilaian skor C : Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C Skor A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Skor B 1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12 5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 Activity score +1 = jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit +1 = jika ada pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit tidak termasuk berjalan +1 = jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal 4 Tabel level risiko dan tindakan Pada tahap keempat ini cocokkan nilai hasil dari keseluruhan tahap yang telah dilewati dengan tabel level risiko dan tindakan Tabel 4.4. Berikut di bawah ini merupakan tabel level risiko dan tindakan : Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA Level action Skor REBA Level Risiko Tindakan Perbaikan 1 Bisa diabaikan Tidak perlu 1 2-3 Rendah Mungkin perlu 2 4-7 Sedang Perlu 3 8-10 Tinggi Perlu segera 4 11-15 Sangat Tinggi Perlu saat ini juga b. Metode Penilaian Risiko OWAS Pengukuran metode penilaian Ovako Working Posture Analysis System OWAS meliputi 2 faktor yaitu, postur kerja dan beban. Untuk postur kerja terbagi menjadi 3 bagian, yaitu punggung, lenganbahu dan kaki. Berikut akan dijabarkan proses pengukuran dan penilaian metode penilaian risiko OWAS, yaitu Karhu dkk, 1977 : 1 Postur kerja Metode OWAS pada pengukuran postur kerja terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : a Punggung Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.14. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi punggung. Hasil skor pengukuran terhadap posisi punggung sebagai berikut: 1 Posisi 1 : Lurus tegak 20 o 2 Posisi 2 : Bungkuk ke depan 20 o 3 Posisi 3 : Miring ke samping miring 20 o 4 Posisi 4 : Bungkuk ke depan miring ke samping miring bungkuk 20 o Grzybowska, 2010 b LenganBahu Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lenganbahu pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.14. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi lengan. Hasil skor pengukuran terhadap posisi punggung sebagai berikut: 1 posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu 2 posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu 3 posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu c Kaki Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan bagaimana posisi kaki pekerja pada saat bekerja dengan observasi Gambar 4.14. Setelah mendapatkan bagaimana posisi kaki pekerja, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi kaki. Hasil skor pengukuran terhadap posisi kaki sebagai berikut: 1 posisi 1 : Duduk 2 posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut 150 o 3 posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut satu kaki lainnya 150 o 4 posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dengan sudut ≤150 o 5 posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤150 o 6 posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang berada di tanah lantai 7 posisi 7 : Berjalan atau bergerak Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS 2 Beban Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan cara menentukan besarnya beban objek yang diangkat atau angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode beban. Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai berikut : a Skor 1 = apabila berat beban 10 kg 0 kg - 9,9kg b Skor 2 = apabila berat beban 20kg 10kg -19,9kg c Skor 3 = apabila berat beban 20 kg Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur kerja pekerja tersebut dengan mengkalkulasikan masing-masing posisi punggung, lengan, kaki dan beban, berdasarkan tabel penilaian metode risiko OWAS. Cara penilaian berdasarkan tabel metode risiko OWAS terbagi menjadi 2 bagian, yaitu berdasarkan tabel 4.5 kombinasi posisi postur kerja dan tabel 4.6 tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Selanjutnya, agar lebih jelas akan dijabarkan sebagai berikut : Tabel 4.5 Tabel Frekuensi Relatif OWAS Punggung Punggung lurustegak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Punggung membungkuk 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 Punggung memuntir 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 Punggung membungkuk memuntir 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4 Lengan Kedua lengan di bawah bahu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Satu lengan diatas bahu 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 Kedua lengan diatas bahu 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 Kaki Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Berdiri kedua kaki lurus 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 Berdiri dengan satu kaki ditekuk 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4 Berdiri atau jongkok dengan satu lutut 5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4 Berlutut dengan satu atau dua lutut menyentuh lantai 6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 Berjalanbergera k 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 Frekuensi Relatif ≤ 10 ≤ 20 ≤ 30 ≤ 40 ≤ 50 ≤ 60 ≤ 70 ≤ 80 ≤ 90 ≤ 100 Penilaian frekuensi relatif dilakukan setelah merekam gambar selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman, lakukan perhitungan terhadap jumlah repetitive dari setiap posisi yang dominan terjadi pada punggung, lengan dan kaki dalam kaitannya dengan posisi lainnya selama total waktu pengamatan. Setelah perhitungan ini maka sebagai langkah terakhir dari metode ini, adalah menentukan kategori risiko yang mencakup setiap posisi. Hasil penilaian tabel frekuensi relatif adalah sebagai berikut ini : 1 Skor 1 Normal Postur : Posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal risiko rendah - tidak diperlukan tindakan perbaikan. 2 Skor 2 Slightly Harmful : Posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal risiko sedang - Tindakan perbaikan mungkin diperlukan. 3 Skor 3 Distincly Harmful : Posisi dengan efek berbahaya pada sistem musculoskeletal risiko tinggi - Tindakan korektif diperlukan segera. 4 Skor 4 Extremely Harmful : Posisi dengan efek sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal risiko sangat tinggi - Tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin. Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur kerja Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem muskuloskeletal sikap kerja ini mengakibatkan risiko yang jelas. Perlu perbaikan secara langsungsaat ini. Hal tersebut dapat diketahui setelah melihat tabel 4.7 tingkat risiko dan tindakan perbaikan, berdasarkan contoh dapat diketahui bahwa perlu adanya perbaikan secara langsung yang dilakukan terhadap postur kerja tersebut. Tabel 4.7 Tabel Tingkat Risiko dan Tindakan Perbaikan OWAS Kategori Risiko Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan Skor 1 Normal Posture Posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal risiko rendah Tidak diperlukan perbaikan Skor 2 Slightly Harmful Posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal risiko sedang Tindakan perbaikan mungkin diperlukan Skor 3 Distincly Harmful Posisi dengan efek berbahaya pada sistem musculoskeletal risiko tinggi Tindakan korektif diperlukan segera Skor 4 Extremely Harmful Posisi dengan efek sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal risiko sangat tinggi Tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin c. Metode Penilaian Risiko QEC Pengukuran metode penilaian Quick Exposure Chechklist QEC merupakan metode penilaian risiko yang menilai tingkat risiko dengan 3 tahapan, yaitu pengamatan oleh peneliti, pengisian kuesioner oleh pekerja itu sendiri dan kalkulasi skor pajanan. Ketiga tahapan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut : 1 Pengamatan oleh peneliti Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti yang dilakukan dengan observasi pekerja dengan mengamati postur dan mencocokkan dengan form pengamatan. 2 Pengisian kuesioner pekerja Pengisian kuesioner pekerja ini dilakukan untuk melakukan penilaian yang memerlukan pekerja untuk menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada kuesioner pekerja. 3 Kalkulasi Skor Pajanan Pengkalkulasian skor pajanan ini dengan membandingkan hasil kuesioner yang telah diisi dengan tabel kalkulasi skor pajanan. Cara mengkalkulasikannya adalah dengan membandingkan hasil jawaban hasil jawaban dengan lembar skor QEC. Lembar skor QEC ini dapat dilihat pada lampiran. Setelah itu membandingkan hasil olahan kuesioner dengan tabel skor per bagian postur tubuh. Tabel skor per bagian tubuh tersebut yang dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Tabel Skor Per-bagian Tubuh Tahap terakhir yaitu dengan menghitung exposure yang didapat dan dibandingkan dengan tingkat risiko yang diterima pekerja tersebut. Cara menghitung exposure tersebut dengan menggunakan rumus di bawah ini : X = Total skor yang didapat untuk paparan risiko cedera untuk punggung, bahulengan, pergelangan tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan kuesioner. Xmax = Total maksimum skor untuk paparan yang mungkin terjadi untuk punggung, bahulengan, pergelangan tangan, dan leher. Tahap terakhir adalah melihat rekapitulasi untuk Action level setiap posisi kerja beserta tindakannya. Rekapitulasi action level dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Tabel Action level QEC Total Exposure Level Action 40 Aman 40 - 49 Perlu penelitian lebih lanjut 50 – 69 Perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan 69 Dilakukan penelitian dan tindakan secepatnya Sumber : Ilman dkk, 2013

F. Teknik dan Analisis Data