Gambar 4.4 HandScale
H. Metode pengambilan Data
Metode pengambilan data terbagi atas dua bagian, yaitu : 1.
Pengambilan Data Primer Pengambilan data mengenai postur kerja dengan cara
mengobservasi langsung dan didokumentasikan menggunakan kamera digital, menghitung durasi faktor risiko tersebut serta mengukur besar
sudut menggunakan mistar dan busur. Total waktu observasi yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada satu siklus tahapan
per pekerjaan. Setelah menentukan total waktu pengamatan dalam satu siklus,
lalu melakukan pengukuran postur dan penilaian dari postur yang telah
diukur. Berikut
ini merupakan
penjelasan mengenai
pengumpulan data dari masing – masing tahap kerja per satu siklus :
a. Pekerja Kayu
Pada pekerja kayu proses pengerjaan yang dilakukan adalah membuat bekisting untuk pengecoran. Pengambilan
rekaman gambar diambil selama satu kali pembuatan bekisting
dimulai ketika pekerja mengambil kayu dan membuat bekisting untuk melakukan pengecoran seperti pada gambar
4.5 di bawah ini:
Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu
b. Pekerja Besi
Pada pekerja besi proses pengerjaan yang dilakukan adalah membuat rangka besi untuk bangunan seperti lantai,
tiang atau pondasi. Pengambilan rekaman gambar diambil selama satu kali pembuatan rangka besi dimulai ketika pekerja
memotong besi hingga merangkai besi sampai rangka bangunan terbentuk seperti pada gambar 4.6 di bawah ini
Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi Memotong
kayu Memaku
kayu bekisting
Memotong besi
Membuat rangka besi
Mengambil kayu
Memasang bekisting
Mengambil besi
Membawa besi
Merangkai besi
Membetulkan rangkaian besi
c. Pekerja Pengecoran
Pada pekerja pengecoran pengerjaan yang dilakukan adalah membuat bahan cor untuk mengecor rangka bangunan
seperti lantai, tiang, dan tangga. Pengambilan gambar diambil selama satu kali pengerjaan pengecoran dimulai pekerja
membuat bahan pengecoran dan melakukan pengecoran bangunan seperti pada gambar 4.7 di bawah ini:
Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran
2. Pengukuran dan Penilaian faktor risiko
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pengukuran faktor risiko menggunakan lembar penilaian Rapid Entire Body Assesment REBA yang digunakan oleh
Hignett dan McAtamney 2000. Lembar pengukuran diisi dengan memberikan skor pada setiap faktor yang dinilai untuk Rapid
Entire Body Assesment REBA. Penilaian skor metode ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu skor A punggung, leher, kaki, dan
beban, skor B lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan pegangan dan skor C skor A + Skor B + Activity score. Berikut
Menaruh semen coran
pada bekisting
Meratakan semen yang ada di
bekisting Membuat
semen coran
akan dijabarkan proses pengukuran dan penilaian metode Rapid Entire Body Assesment REBA :
1 Skor A
Penilaian skor A dibagi menjadi empat bagian yaitu : a
Posisi punggung Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung
pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.8. Setelah mendapatkan besarnya
sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau
kode posisi punggung. Hasil skor pengukuran terhadap posisi
punggung sebagai berikut: 1
Skor 1 : Lurus tegak alamiah 2
Skor 2 : 0
o
- 20
o
flexion sampai extension 3
Skor 3 : 20
o
- 60
o
flexion 4
Skor 4 : 60
o
flexion 5
Skor +1 : jika memutarmiring kesamping
Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung
b Posisi leher
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler
Gambar 4.9. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian
dengan menentukan hasil skor atau kode posisi leher. Hasil skor pengukuran terhadap posisi leher
sebagai berikut: 1
Skor 1 : 0
o
- 20
o
flexion sampai extension 2
Skor 2 : 20
o
flexion atau extension 3
Skor +1 jika leher memutar ke kanan atau ke kiri
Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher
c Posisi Kaki
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan
software MB
ruler Gambar
4.10. Setelah
mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan
hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan. Hasil skor pengukuran terhadap posisi
pergelangan tangan sebagai berikut: 1
Skor 1 : kaki tertopang, bobot tersebar merata jalan atau duduk
2 Skor 2 : kaki tidak tertopang, bobot tersebar
meratapostur tidak stabil 3
Skor +1 : jika lutut antara 30
o
- 60
o
flexion
4 Skor +2 : Jika lutut 60
o
flexion tidak ketika duduk
Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki
d Beban
Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan cara menentukan besarnya beban objek yang diangkat
atau angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau
kode beban. Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai berikut :
1 Skor 0 : beban 5 Kg
2 Skor 1 : beban antara 5 – 10 Kg
3 Skor 2 : beban 10 Kg
4 Skor +1 : Jika ada penambahan beban secara
tiba – tiba
2 Skor B
Penilaian skor B dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a
Lengan atas Pengukuran
dilakukan dengan
merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu
menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan atas pekerja pada saat bekerja dengan
bantuan software MB ruler Gambar 4.11. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada
posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi lengan atas.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan atas sebagai berikut:
1 Skor 1 : 0
o
- 20
o
flexion sampai extension 2
Skor 2 : 20
o
extension 20
o
- 45
o
flexion 3
Skor 3 : 45
o
- 90
o
flexion 4
Skor 4 : 90
o
flexion 5
Skor +1 : jika posisi lengan adducted atau rotated
6 Skor +1 : jika bahu ditinggikan
7 Skor -1 : jika bersandar, bobot lengan
ditopang atau sesuai gravitasi
Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas
b Posisi lengan bawah
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan bawah pekerja pada saat bekerja dengan bantuan
software MB
ruler Gambar
4.12. Setelah
mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan
hasil skor atau kode posisi lengan bawah. Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan
bawah sebagai berikut:
1 Skor 1 : 60
o
- 100
o
flexion sampai extension 2
Skor 2 : 20
o
flexion atau 100
o
flexion
Gambar 4.12 Posisi Lengan Bawah
c Pergelangan tangan
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan
software MB
ruler Gambar
4.13. Setelah
mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan
hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan. Hasil skor pengukuran terhadap posisi
pergelangan tangan sebagai berikut: 1
Skor 1 : 0
o
- 15
o
flexion sampai extension 2
Skor 2 : 15
o
flexion atau extension
3 Skor +1 jika tangan memutar ke kanan atau
kiri
Gambar 4.13 Posisi Pergelangan Tangan
d Pegangan
Pengukuran mengenai pegangan pada objek dilakukan dengan cara menentukan kenyamanan dalam
memegang objek yang dipakai oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan
menentukan hasil skor atau kode pegangan. Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai berikut :
1 Skor 0 Good : pegangan pas dan tepat
ditengah, genggaman kuat 2
Skor 1 Fair : pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal
3 Skor 2 Poor : pegangan tangan tidak bias
diterima walau memungkinkan 4
Skor 3 Unacceptable : dipaksakan pegangan yang tidak aman
Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur
kerja pekerja tersebut berdasarkan tabel penilaian metode REBA. Penilaian metode REBA dibagi menjadi empat tahap tahap, keempat
tahapan tersebut dijelaskan di bawah ini, yaitu :
1 Tabel skor A
Pada tahap pertama cocokkan hasil pengukuran skor A yaitu, postur punggung, postur leher, postur kaki, dan beban.
Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan tabel penilaian skor A Tabel 4.1 , pada tahap ini akan
menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel
penilaian skor A : Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A
Punggung Leher
1 2
3 Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban 1
2 +1
5 Kg 5
– 10 Kg 10 Kg
Penambahan beban secara
tiba – tiba
2 Tabel skor B
Pada tahap kedua cocokkan hasil pengukuran skor B yaitu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
pegangan. Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan tabel penilaian skor B Tabel 4.2, pada tahap ini akan
menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel
penilaian skor B :
Tabel 4.2 Tabel penilaian skor B Lengan bawah
Lengan atas 1
2 Pergelangan
1 2
3 1
2 3
1 1
2 3
1 2
3 2
1 2
3 2
3 4
3 3
4 5
4 5
5 4
4 5
5 5
6 7
5 6
7 8
7 8
8 6
7 8
8 8
9 9
Pegangan – Good
1 – Fair
2 – Poor
3 - Unacceptable pegangan pas
dan tepat ditengah,
genggaman kuat pegangan tangan
bisa diterima tapi tidak ideal
pegangan tangan tidak bias
diterima walau memungkinkan
dipaksakan pegangan yang
tidak aman
3 Tabel skor C
Pada tahap ketiga cocokkan hasil penilaian skor A dan hasil penilaian skor B dengan tabel penilaian skor C Tabel
4.3, lalu lakukan penilaian terhadap Activity score, setelah
itu lakukan penjumlahan antara hasil penilaian skor C dengan nilai pada Activity score. Pada tahap ini akan menghasilkan
satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel penilaian
skor C : Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C
Skor A 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11 12
Skor B 1
1 1
2 3
4 6
7 8
9 10 11 12
2 1
2 3
4 4
6 7
8 9
10 11 12 3
1 2
3 4
4 6
7 8
9 10 11 12
4 2
3 3
4 5
7 8
9 10 11 11 12
5 3
4 4
5 6
8 9
10 10 11 12 12 6
3 4
5 6
7 8
9 10 10 11 12 12
7 4
5 6
7 8
9 9
10 11 11 12 12 8
5 6
7 8
8 9
10 10 11 12 12 12 9
6 6
7 8
9 10 10 10 11 12 12 12
10 7
7 8
9 9
10 11 11 12 12 12 12 11
7 7
8 9
9 10 11 11 12 12 12 12
12 7
8 8
9 9
10 11 11 12 12 12 12 Activity score
+1 = jika 1 atau lebih bagian tubuh statis,
ditahan lebih dari 1 menit
+1 = jika ada pengulangan gerakan
dalam rentang waktu singkat, diulang lebih
dari 4 kali per menit tidak termasuk
berjalan +1 = jika gerakan
menyebabkan perubahan atau
pergeseran postur yang cepat dari posisi
awal
4 Tabel level risiko dan tindakan
Pada tahap keempat ini cocokkan nilai hasil dari keseluruhan tahap yang telah dilewati dengan tabel level
risiko dan tindakan Tabel 4.4. Berikut di bawah ini merupakan tabel level risiko dan tindakan :
Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA Level action Skor REBA
Level Risiko Tindakan
Perbaikan 1
Bisa diabaikan
Tidak perlu 1
2-3 Rendah
Mungkin perlu
2 4-7
Sedang Perlu
3 8-10
Tinggi Perlu segera
4 11-15
Sangat Tinggi Perlu saat ini juga
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pengukuran metode penilaian Ovako Working Posture Analysis System OWAS meliputi 2 faktor yaitu, postur kerja dan
beban. Untuk postur kerja terbagi menjadi 3 bagian, yaitu punggung, lenganbahu dan kaki. Berikut akan dijabarkan proses
pengukuran dan penilaian metode penilaian risiko OWAS, yaitu Karhu dkk, 1977 :
1 Postur kerja Metode OWAS pada pengukuran postur kerja terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
a Punggung
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung
pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler Gambar 4.14. Setelah mendapatkan besarnya
sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi
punggung. Hasil skor pengukuran terhadap posisi
punggung sebagai berikut: 1
Posisi 1 : Lurus tegak 20
o
2 Posisi 2 : Bungkuk ke depan 20
o
3 Posisi 3 : Miring ke samping miring 20
o
4 Posisi 4 : Bungkuk ke depan miring ke
samping miring bungkuk 20
o
Grzybowska, 2010
b LenganBahu
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lenganbahu pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB
ruler Gambar 4.14. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan, lalu lakukan
penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi lengan.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi punggung sebagai berikut:
1 posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu
2 posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu
3 posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu
c Kaki
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
bagaimana posisi kaki pekerja pada saat bekerja dengan observasi
Gambar 4.14.
Setelah mendapatkan
bagaimana posisi kaki pekerja, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi kaki.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi kaki sebagai berikut:
1 posisi 1 : Duduk
2 posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus
dengan sudut lutut 150
o
3 posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu
kaki lurus dan sudut satu kaki lainnya 150
o
4 posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua
lutut dengan sudut ≤150
o
5 posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan
sudut ≤150
o
6 posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang
berada di tanah lantai 7
posisi 7 : Berjalan atau bergerak
Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS
2 Beban
Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan cara menentukan besarnya beban objek yang diangkat atau
angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode beban.
Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai berikut :
a Skor 1 = apabila berat beban 10 kg 0 kg - 9,9kg
b Skor 2 = apabila berat beban 20kg 10kg -19,9kg
c Skor 3 = apabila berat beban 20 kg
Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur
kerja pekerja tersebut dengan mengkalkulasikan masing-masing posisi punggung, lengan, kaki dan beban, berdasarkan tabel
penilaian metode risiko OWAS. Cara penilaian berdasarkan tabel metode risiko OWAS
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu berdasarkan tabel 4.5 kombinasi posisi postur kerja dan tabel 4.6 tingkat risiko dan tindakan
perbaikan. Selanjutnya, agar lebih jelas akan dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.5 Tabel Frekuensi Relatif OWAS
Punggung Punggung
lurustegak 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
Punggung membungkuk
2 1
1 1
2 2
2 2
2 3
3 Punggung
memuntir 3
1 1
2 2
2 3
3 3
3 3
Punggung membungkuk
memuntir 4
1 2
2 3
3 3
3 4
4 4
Lengan Kedua lengan di
bawah bahu 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
Satu lengan diatas bahu
2 1
1 1
2 2
2 2
2 3
3 Kedua lengan
diatas bahu 3
1 1
2 2
2 2
2 3
3 3
Kaki Duduk
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
2 Berdiri kedua
kaki lurus 2
1 1
1 1
1 1
1 1
2 2
Berdiri dengan satu kaki
ditekuk 3
1 1
1 2
2 2
2 2
3 3
Berdiri atau jongkok dengan
kedua lutut 4
1 2
2 3
3 3
3 4
4 4
Berdiri atau jongkok dengan
satu lutut 5
1 2
2 3
3 3
3 4
4 4
Berlutut dengan satu atau dua
lutut menyentuh lantai
6 1
1 2
2 2
3 3
3 3
3
Berjalanbergera k
7 1
1 1
1 1
1 1
1 2
2 Frekuensi Relatif
≤ 10
≤ 20
≤ 30
≤ 40
≤ 50
≤ 60
≤ 70
≤ 80
≤ 90
≤ 100
Penilaian frekuensi relatif dilakukan setelah merekam gambar selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan
perekaman, lakukan perhitungan terhadap jumlah repetitive dari setiap posisi yang dominan terjadi pada punggung, lengan dan kaki
dalam kaitannya dengan posisi lainnya selama total waktu pengamatan. Setelah perhitungan ini maka sebagai langkah
terakhir dari metode ini, adalah menentukan kategori risiko yang mencakup setiap posisi.
Hasil penilaian tabel frekuensi relatif adalah sebagai berikut ini :
1 Skor 1 Normal Postur : Posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal risiko rendah - tidak diperlukan tindakan perbaikan.
2 Skor 2 Slightly Harmful : Posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal risiko sedang - Tindakan perbaikan mungkin
diperlukan. 3
Skor 3 Distincly Harmful : Posisi dengan efek berbahaya pada sistem musculoskeletal risiko tinggi -
Tindakan korektif diperlukan segera. 4
Skor 4 Extremely Harmful : Posisi dengan efek sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal risiko
sangat tinggi - Tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin.
Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur kerja
Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur
kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4,
yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem muskuloskeletal sikap kerja ini mengakibatkan risiko yang jelas. Perlu
perbaikan secara langsungsaat ini. Hal tersebut dapat diketahui setelah melihat tabel 4.7
tingkat risiko dan tindakan perbaikan, berdasarkan contoh dapat diketahui bahwa perlu adanya perbaikan secara langsung yang
dilakukan terhadap postur kerja tersebut.
Tabel 4.7 Tabel Tingkat Risiko dan Tindakan Perbaikan OWAS
Kategori Risiko
Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan Skor 1
Normal Posture
Posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem
musculoskeletal risiko rendah Tidak
diperlukan perbaikan
Skor 2 Slightly
Harmful Posisi
yang berpotensi
menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal risiko
sedang Tindakan perbaikan
mungkin diperlukan
Skor 3 Distincly
Harmful Posisi dengan efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal risiko tinggi
Tindakan korektif
diperlukan segera Skor 4
Extremely Harmful
Posisi dengan efek sangat berbahaya
pada sistem
musculoskeletal risiko sangat tinggi
Tindakan korektif
diperlukan sesegera mungkin
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Pengukuran metode penilaian Quick Exposure Chechklist QEC merupakan metode penilaian risiko yang menilai tingkat
risiko dengan 3 tahapan, yaitu pengamatan oleh peneliti, pengisian kuesioner oleh pekerja itu sendiri dan kalkulasi skor pajanan.
Ketiga tahapan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
1 Pengamatan oleh peneliti
Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti yang dilakukan dengan observasi pekerja dengan mengamati
postur dan mencocokkan dengan form pengamatan.
2 Pengisian kuesioner pekerja
Pengisian kuesioner pekerja ini dilakukan untuk melakukan penilaian yang memerlukan pekerja untuk
menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada kuesioner pekerja.
3 Kalkulasi Skor Pajanan
Pengkalkulasian skor
pajanan ini
dengan membandingkan hasil kuesioner yang telah diisi dengan
tabel kalkulasi skor pajanan. Cara mengkalkulasikannya adalah dengan membandingkan hasil jawaban hasil jawaban
dengan lembar skor QEC. Lembar skor QEC ini dapat dilihat pada lampiran.
Setelah itu membandingkan hasil olahan kuesioner dengan tabel skor per bagian postur tubuh. Tabel skor per
bagian tubuh tersebut yang dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Tabel Skor Per-bagian Tubuh
Tahap terakhir yaitu dengan menghitung exposure yang didapat dan dibandingkan dengan tingkat risiko yang
diterima pekerja tersebut. Cara menghitung exposure tersebut dengan menggunakan rumus di bawah ini :
X = Total skor yang didapat untuk paparan risiko cedera untuk punggung, bahulengan, pergelangan
tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan kuesioner.
Xmax = Total maksimum skor untuk paparan yang mungkin terjadi untuk punggung, bahulengan,
pergelangan tangan, dan leher. Tahap terakhir adalah melihat rekapitulasi untuk
Action level setiap posisi kerja beserta tindakannya. Rekapitulasi action level dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Tabel Action level QEC
Total Exposure Level
Action 40
Aman 40 - 49
Perlu penelitian lebih lanjut 50
– 69 Perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan
69 Dilakukan penelitian dan tindakan secepatnya
Sumber : Ilman dkk, 2013
F. Teknik dan Analisis Data