Adanya persamaan hasil dari ketiga metode tersebut diakibatkan adanya hasil penilaian yang serupa pada beberapa
postur. Pada postur lengan metode REBA, OWAS, dan QEC sama
– sama mendapatkan nilai risiko yang rendah. Pada postur punggung hanya metode REBA dan OWAS yang mendapatkan
skor 1. Pada postur pergelangan tangan metode REBA mendapatkan skor 1 dan pada metode QEC postur pergelangan
tangan mendapatkan skor yang berada dalam kategori rendah. Adanya persamaan penilaian ini yang mengakibatkan ketiga
metode tersebut memiliki skor akhir yang sama yaitu memiliki tingkat risiko yang rendah.
Penilaian tingkat risiko postur mengambil kayu ini ketiga metode menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu tingkat
risikonya rendah. Sehingga tidak diperlukan lagi tindakan perbaikan pada postur aktivitas tersebut.
2. Memotong Kayu
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu, didapatkan
penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan untuk sampel I dan total skor sembilan untuk sampel II. Hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut
McAtamney dan Hignett 1995 jika suatu aktivitas postur
mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan postur pada aktivitas tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu, didapatkan
penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga untuk sampel I dan II. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang
dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk 1977
jika suatu aktivitas postur mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas memotong
kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level exposure 69 untuk sampel I dan II, sehingga menurut Li dan
Bukle 1999 aktivitas tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan.
Pada sampel I dan II hasil penilaian metode OWAS hanya postur kaki yang mendapatkan skor tinggi, dan pada metode
QEC kedua sampel mendapatkan hasil penilaian dan tingkat risiko yang sama akan tetapi terdapat perbedaan skor yang didapat
pada bagian pergelangan tangan. Pada sampel I skor yang didapatkan yaitu dalam katagori sedang, sedangkan pada sampel
II skor yang didapat yaitu dalam kategori tinggi.
Pada sampel I dan II terdapat perbedaan skor akhir yang dinilai berdasarkan metode REBA, yaitu sampel I mendapatkan
skor akhir delapan dan sampel II mendapatkan skor akhir sembilan. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan terdapat
penilaian yang berbeda pada postur pergelangan tangan, yaitu sampel I mendapatkan skor satu dan sampel II mendapatkan skor
dua. Perbedaan skor penilaian pada pergelangan tangan ini diakibatkan dari adanya perbedaan sudut ekstensi postur yang
berbeda. Adanya perbedaan penilaian sudut ekstensi postur
pergelangan tangan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan skor. Karena semakin ekstensi 15
o
pergelangan tangan semakin tinggi nilai yang didapat. Jika dilihat dari observasi,
pergelangan tangan yang menekuk ini diakibatkan karena tubuh yang membungkuk ke depan. Pekerja kayu dalam menjalankan
aktivitas memotong kayu ini, dilakukan dengan berjongkok dari awal kerja sampai akhir kerja. Landasan kerja yang tidak sesuai
membuat pekerja harus berjongkok dan membungkukan badannya.
Sehingga saran dari peneliti yaitu dengan menstabilkan kayu supaya tidak bergerak dan memotong kayu dengan
menggunakan alat bantu gergaji kayu listrik yang dapat mempermudah dan lebih efisien dibandingkan dengan gergaji
kayu manual. Karena penggunaan alat bantu mekanik dapat
mempermudah pekerjaan dan lebih mempercepat pengerjaan pekerjaan pekerja Tarwaka, 2011.
3. Membuat Bekisting