26 dan J.G Erichorn, dengan mengemukakan teori dua sumber J Jehovah dan E Elohim . Teori ini
mencapai kejayaannya melalui K.H. Graf dan Julius Wellhausen. Dalam penelitian selanjutnya maka kritik historis berkembang pesat sehingga menjadi beberapa
bentuk kritik, yaitu kritik bentuk, yang mencoba meneliti bentuk - bentuk tradisi oral sebelum menjadi tulisan; kritik tradisi yang menyelidiki bagaimana tradisi lama berkembang ke dalam situasi baru pada
saat penulisan ; kritik redaksi yang menyelidiki bagaimana tradisi yang berkembang itu diolah oleh redaktur dalam bentuk tulisan; kritik teks, yang menyelidiki bermacam - macam teks yang digunakan
sebagai sumber penerjemahan Alkitab dan kritik kanon yang menyelidiki bagaimana proses berkumpulnya kitab - kitab dan ukuran pengumpulan menjadi Alkitab Perjanjian Lama dan Baru.
Kritik - kritik Alkitab ini dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu kritik historis, bentuk dan tradisi adalah tergolong kritik yang lebih tinggi Higher Criticism, sedangkan kritik teks, tergolong kritik lebih
rendah Lower Criticism. Kitab Perjanjian Baru pun tidak diabaikan oleh para ahli historis kritis untuk dikritik dengan menggunakan metode kritik historis yang sama. Masalah yang paling banyak
disoroti ialah keempat injil, kehidupan Yesus dan tulisan - tulisan Rasul Paulus. Banyak ahli dengan menggunakan kritik sumber menganggap bahwa sulit untuk memadukan cerita kehidupan Yesus dari
keempat injil itu. Misalnya David F Strauss dalam bukunya “Life of Jesus”, Adolf Harnack dalam bukunya “What is Chiristianity?”. Ia melihat Yesus hanya sebagai manusia biasa yang bermoral
tinggi, dan dalam bukunya “In his Sayings of Jesus” merekontruksi teks dari sumber Q, Albert Ritschel memandang Yesus hanya dalam aspek manfaatnya bagi manusia dan etika moral, juga menekankan
natur kemanusiaan Yesus, sambil membuang natur keIlahianNya yang supranatural,dan memuncak pada tulisan “ The Quest of the Historical Jesus “, karya Albert Schweltzer. Tulisan - tulisan inilah
yang akhirnya semakin berkembang dan menjadi dasar berpijak dari doktrin bibliologi kaum Pluralis.
1. Penolakan Terhadap Inspirasi dan Wahyu Khusus Allah
Dalam pandangan kaum Pluralis, kaum eksklusif terutama kelompok Fundamentalisme belum mempertimbangkan dengan teliti keabsahaan agama -agama lain, bahkan belum meneliti dengan serius
mengenai klaimnya sendiri tentang finalitas Yesus. Menurut mereka bahwa para ahli kitab sendiri pun tidak mengabsolutkan Alkitab, oleh karena itu tidaklah benar apabila kekristenan mengabsolutkan
agama dan kebenarannya. Kemudian, di dalam preposisinya pun kaum Pluralis menolak teologi yang tradisional dan orthodoks. Mereka menuduh bahwa kekristenan yang tradisional dan orthodok, telah
menjadi tradisi barat dalam manifestasi historisnya dan telah mendemonstrasikan sikap yang agresif superior, kolonial dan imperialistik. Mereka juga menolak klaim teologi tradisional mengenai pernyataan
Khusus Allah didalam dan melalui Tuhan Yesus, juga menolak keselamatan yang berpusat pada pribadi Kristus, yang bermuara hanya kepada orang Kristen saja.
a. Penolakan terhadap Inspirasi Alkitab.
Penolakan Pluralisme terhadap finalitas Yesus adalah bertolak dari hasil studi kritik Alkitab para teolog historis kritis, yang menghasilkan kesimpulan - kesimpulan yang sifatnya mengoreksi Alkitab,
dan yang menyatakan bahwa Alkitab bukanlah firman Allah, tulisan Injil - injil bukanlah laporan tentang Yesus yang historis, melainkan Yesus yang imani. Artinya para penulis Injil tidak menulis Yesus yang
sesungguhnya, Yesus yang historis, Yesus yang benar - benar pernah ada, melainkan mereka menulis Yesus berdasarkan apa yang mereka tangkap dengan iman, dan yang dipikirkan, serta dirumuskan
menjadi tulisan Injil. Mereka mempersoalkan mengenai peristiwa Yesus dengan waktu penulisan yang bagi mereka tidak mungkin dijembatani. Karena ada kurang lebih lima belas atau dua puluhan tahun
antara peristiwa Yesus dan waktu penulisan. Bagi mereka adalah mustahil bagi murid - murid mengingat apa yang mereka dengar dan mereka lihat langsung dari Yesus. Jadi antara peristiwa Yesus dan waktu
27 penulisan ada diskontinuitas. Para penulis Injil menulis hanya berdasarkan berita - berita yang mereka
kumpulkan dan berdasarkan iman mereka, dan sangat diragukan otentitas dan historitas kebenaran tersebut. Karena itu tulisan - tulisan Injil adalah berisi mitos -mitos dari para penuilis Injil. Oleh sebab
itu mereka menganjurkan dalam penafsiran Alkitab, para penafsir harus menyingkirkan mitos -mitos, khususnya berkenaan dengan hal - hal yang tidak masuk akal yang dilakukan dan dikatakan Yesus.
Kaum Liberal dengan asumsi dasar dari kritik bentuknya yang menyatakan bahwa Injil - injil tidak dapat diterima sebagi laporan historis tentang masyarakat Kristen mula - mula dan Injil - injil
merupakan hasil peredaksian para penulis Injil, karena fakta sejarah Yesus telah diubah menjadi cerita mistis maka mereka menolak penafsiran harafiahnya Fundamentalis. Dari hasil penafsiran tokoh -
tokoh Liberal tersebut telah memberikan angin yang segar bagi kaum Pluralis. John Hick dan Knitter misalnya berusaha membuktikan bahwa Tuhan Yesus bukanlah Anak Allah, Mesias, karena pengakuan
tersebut tidak keluar dari mulut Tuhan Yesus secara langsung. dan mengapa orang Kristen sekarang ini mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, Kristus dan pribadi kedua Allah Tritunggal? Mereka
menjawabnya dengan menyatakan bahwa orang Kristen mula - mula temasuk para penulis Injil telah menambahkannya karena perkembangan pemikiran dan iman mereka. Jadi hal itu bukanlah Yesus
yang sesungguhnya, melainkan mitos para penulis Injil. Sementara itu Song dengan tegas menyatakan bahwa orang Kristen yang sekarang ini, yang menyembah Yesus sebagai Allah adalah hidup dalam
penyembahan berhala. Karena Yesus sendiri tidak pernah memahami diriNya sebagai Allah, justru Yesus memberitakan tentang Allah Bapa, bukan diriNya . Begitu juga dengan Willfred Cantwell
Smith, beliau mengatakan bahwa semua ajaran adalah hasil pemikiran manusia, maka itu adalah keliru apabila pikiran manusia memutlakkan hasil karya mereka sendiri, memutlakkan gambaran mereka
tentang kekristenan adalah berhala. Lebih jauh ia menambahkan bahwa orang Kristen yang berpikir kekristenan adalah benar, final dan yang menyelamatkan, adalah suatu bentuk penyembahan berhala.
Bagi orang Kristen, membayangkan bahwa Allah yang telah mendirikan agama Kristen...lebih daripada Dia yang telah menginspirasikan kepada kita, maka itu adalah berhala.
Pada dasarnya kaum Pluralis dari sikap dan pernyataannya, mereka sama sekali menolak doktrin Inspirasi Alkitab yang verbal planery.Dengan demikian mereka juga menolak finalitas kebenaran
Alkitab dan semua yang tercatat didalamnya termasuk finalitas Yesus Kristus.
b. Penolakan terhadap Wahyu Khusus