Keesaan Allah Pada Zaman Mula - Mula Keesaan Allah Pada Zaman Bapa - Bapa Leluhur

61 diatas rak-rak perpustakaan umum kota itu. Banyak karya tulis, dari hampir semua penulis telah dipengaruhi oleh Alkitab.” Hal lain yang dapat dilihat dari keunikan Alkitab adalah ia merupakan buku kerohanian yang dibawa keruang angkasa dalam bentuk mikro Film. Ia juga merupakan salah satu buku yang paling mahal. Alkitab versi bahasa latin Gutterberg laku seharga 1.000.000,- orang Rusia menjual kodeks Sinaitikus kepada Inggris seharga 510.000. Dan Telegram terpanjang di dunia adalah versi PB yang diperbaharui yang dikirim dari New York ke Chicago.

C. Keesaan Allah Sepanjang Sejarah Manusia

Kemajemukan agama bukanlah sesuatu yang baru dan bukan pula suatu tantangan baru bagi kebenaran Allah. Alkitab sebagai firman Allah sudah jauh - jauh sebelumnya menegaskan hal ini, bahwa manusia itu sarat dengan berbagai kepercayaan tetapi keesaan Allah itu sendiri sudah dinyatakan dan dipertahankan keberadaannya dalam sepanjang sejarah umat manusia.

1. Keesaan Allah dalam Perjanjian Lama

Secara umum manusia mempunyai sebuah kesadaran bahwa di luar dirinya ada suatu pribadi yang lebih tinggi, menyadari dirinya yang terbatas dan kesadaran mengenai kelebihan sesuatu di luar dirinya sendiri. Kesadaran inilah yang membuat manusia mempunyai sisi religius dan keinginan untuk menyembah yang lebih tinggi itu. Demikian juga yang seperti Paulus ungkapkan dalam Roma 1:19-21 bahwa manusia mengetahui tentang Allah sebab Allah telah menyatakannya pada mereka. Namun sekalipun mereka mengetahui Allah, mereka tidak memuliakan Dia. Tanggapan manusia terhadap pernyataan umum ini juga berbeda - beda, yang akhirnya melahirkan kemajemukan iman dan pandangan terhadap Allah, apalagi iblis banyak campur tangan di dalamnya untuk mengacaukan pikiran manusia. Sekalipun begitu, dalam penyataan umum Allah kepada manusia melahirkan berbagai kemajemukan, karena itu Allah tetap memakai konteks penyataan Allah secara khusus, untuk menggambarkan keesaanNya, dibarengi dengan anugerah Allah yang mengaruniakan iman kepada manusia untuk memahami dan mengimani pernyataanNya. Dan ini terus menerus berlangsung sepanjang sejarah umat manusia.

a. Keesaan Allah Pada Zaman Mula - Mula

Pada awal kitab Kejadian digambarkan tentang penciptaan manusia menurut gambar dan rupa Allah, dan mereka mempunyai kesadaran akan Allah. Pada bagian awal kitab Kejadian menggambarkan tentang keesaan Allah yang Tritunggal itu. Namun setelah manusia berdosa akibatnya mereka kehilangan hubungan yang langsung dengan Allah. Pemutusan hubungan yang langsung dengan Allah itu tidak serta merta membuat mereka kehilangan kesadaran akan Allah. Hal itu dapat terlihat dalam praktek keagamaan mereka dengan perkataan maupun perbuatan misalnya dalam Kejadian 4:1,3,26. Dan sesungguhnya setelah keberadaan manusia jatuh ke dalam dosa, maka Allah sendiri membuat suatu ketetapan tentang janji seorang Juruselamat yaitu Allah sendiri yang akan melepaskan manusia dari dosa. Dan untuk menjaganya maka Allah menetapkan suatu ibadah simbolik yaitu Domba Korban, yang juga berfungsi untuk menyatakan keesaan Allah. Kesadaran itu masih terus berlangsung sampai kepada zaman Nuh, sekalipun manusia dengan sifatnya itu cenderung menyukai dosa. Dalam Kejadian 6:18; 9:8-17 terlihat bahwa dalam pandangan Allah semua manusia masih terikat. Sekaligus berusaha untuk menjaga kemurnian janji yang sudah ditetapkan oleh Allah Nuh mendapat kasih karunia di mata Allah dan mempunyai kesalehan di antara sesamanya. Dan janji Allah tentang Domba Korban juga keesaan Allah kembali diteguhkan. 62

b. Keesaan Allah Pada Zaman Bapa - Bapa Leluhur

Sesudah peristiwa Nuh, pemberontakan manusia terhadap Allah kembali terlihat pada peristiwa Ba- bel. Pembangunan menara Babel adalah sebuah simbol keangkuhan dan pemberontakan manusia kepada Allah yang Esa, akibatnya Allah menceraiberaikan manusia ke seluruh bumi. Sangat mungkin bahwa pluralisme agama dimulai pada saat ini, sehubungan dengan beberapa kemiripan dari agama dan kebudayaan. Namun yang semakin jauh dari kebenaran Allah, terkontaminasi oleh pengajaran iblis. Dalam Kejadian 12-15 nama Allah diyakini sama dengan nama yang kemudian disembah oleh Israel sebagai YHWH. Kejadian 14 menceritakan tentang Abraham dan Melkisedek, iman dari raja kota Salem, yang memberkati Abraham demi nama Allahnya. El Elyon, Allah yang Maha Tinggi, pencipta langit dan bumi. Abraham juga bersumpah demi Tuhan Allah yang Mahatinggi El Elyon. Peristiwa ini memberi kesan bahwa Abraham dan Musa sebagai penulis kitab Kejadian mengakui Melkisedek dan sebagaimana orang - orang Kanaan menuju Allah yang benar, namun tidak mengakui segala sesuatu tentang Dia. Kejadian 21-33 memberi kesan yang sama. Dalam ayat itu dikatakan bahwa Abraham memanggil nama Tuhan El Olam, Allah yang kekal. Abraham akhirnya merupakan seorang yang dipilih Tuhan untuk memahami pernyataan khusus Allah, sekaligus sebagai pewaris janji Mesias, hal tersebut terlihat puncaknya pada saat Allah menuntut Abraham mempersembahkan Ishak, dan ketaatan Abraham teruji. Abraham kemudian bertugas memelihara konsep tentang kesadaran akan keesaan Allah sekaligus sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Dan hal ini diteruskan oleh keturunannya yaitu Ishak, kemudian kepada Yakub, yang terlihat pada waktu Yakub bertemu dengan Allah di Betel. Warisan perjanjian tersebut akhirnya jatuh kepada Yakub. Kemudian bila kita melihat cerita tentang Yusuf, ada kesan seolah - olah bahwa Allah yang disembah Yusuf dianggap sama dengan yang disembah orang Mesir. Sangat mungkin bahwa YHWH adalah salah satu Allah yang dipuja bangsa Mesir. Firaun menamai Yusuf dengan sebuah nama Mesir yang dibentuk dari nama dewa, yakni Zafnat Paaneah, dan memberikan anak perempuan seorang imam kepada dia Kej 41. Ternyata Yusuf menerima kedua hal itu, namun hal tersebut tidak berlaku lagi pada saat bangsa Israel sudah keluar dari Mesir. Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa dalam beberapa hal ada kesejajaran antara YHWH dan El yang dipuja orang Kanaan, namun kesejajaran itu bukanlah persamaan. Kesejajaran itu tidak berarti bahwa agama Israel sama saja dengan agama Kanaan. Agama Kanaan memiliki wawasan yang terbatas sekalipun ini menunjuk kepada Allah yang Esa, tetapi pengetahuan tentang Allah itu sangat terbatas dan sangat mungkin terkontaminasi oleh paham dan budaya manusia, namun apa yang Allah mulai melalui Abraham akan berlalu bagi segala bangsa, termasuk bangsa Kanaan sendiri.

c. Keesaan Allah dalam Keluarnya Israel dari Mesir dan Masa Hakim - Hakim