62
b. Keesaan Allah Pada Zaman Bapa - Bapa Leluhur
Sesudah peristiwa Nuh, pemberontakan manusia terhadap Allah kembali terlihat pada peristiwa Ba- bel. Pembangunan menara Babel adalah sebuah simbol keangkuhan dan pemberontakan manusia kepada
Allah yang Esa, akibatnya Allah menceraiberaikan manusia ke seluruh bumi. Sangat mungkin bahwa pluralisme agama dimulai pada saat ini, sehubungan dengan beberapa kemiripan dari agama dan kebudayaan. Namun
yang semakin jauh dari kebenaran Allah, terkontaminasi oleh pengajaran iblis.
Dalam Kejadian 12-15 nama Allah diyakini sama dengan nama yang kemudian disembah oleh Israel sebagai YHWH. Kejadian 14 menceritakan tentang Abraham dan Melkisedek, iman dari raja kota Salem,
yang memberkati Abraham demi nama Allahnya. El Elyon, Allah yang Maha Tinggi, pencipta langit dan bumi. Abraham juga bersumpah demi Tuhan Allah yang Mahatinggi El Elyon. Peristiwa ini memberi kesan bahwa
Abraham dan Musa sebagai penulis kitab Kejadian mengakui Melkisedek dan sebagaimana orang - orang Kanaan menuju Allah yang benar, namun tidak mengakui segala sesuatu tentang Dia.
Kejadian 21-33 memberi kesan yang sama. Dalam ayat itu dikatakan bahwa Abraham memanggil nama Tuhan El Olam, Allah yang kekal. Abraham akhirnya merupakan seorang yang dipilih Tuhan untuk
memahami pernyataan khusus Allah, sekaligus sebagai pewaris janji Mesias, hal tersebut terlihat puncaknya pada saat Allah menuntut Abraham mempersembahkan Ishak, dan ketaatan Abraham teruji. Abraham kemudian
bertugas memelihara konsep tentang kesadaran akan keesaan Allah sekaligus sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Dan hal ini diteruskan oleh keturunannya yaitu Ishak, kemudian kepada Yakub, yang terlihat
pada waktu Yakub bertemu dengan Allah di Betel. Warisan perjanjian tersebut akhirnya jatuh kepada Yakub.
Kemudian bila kita melihat cerita tentang Yusuf, ada kesan seolah - olah bahwa Allah yang disembah Yusuf dianggap sama dengan yang disembah orang Mesir. Sangat mungkin bahwa YHWH adalah salah satu
Allah yang dipuja bangsa Mesir. Firaun menamai Yusuf dengan sebuah nama Mesir yang dibentuk dari nama dewa, yakni Zafnat Paaneah, dan memberikan anak perempuan seorang imam kepada dia Kej 41. Ternyata
Yusuf menerima kedua hal itu, namun hal tersebut tidak berlaku lagi pada saat bangsa Israel sudah keluar dari Mesir.
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa dalam beberapa hal ada kesejajaran antara YHWH dan El
yang dipuja orang Kanaan, namun kesejajaran itu bukanlah persamaan. Kesejajaran itu tidak berarti bahwa agama Israel sama saja dengan agama Kanaan. Agama Kanaan memiliki wawasan yang terbatas sekalipun
ini menunjuk kepada Allah yang Esa, tetapi pengetahuan tentang Allah itu sangat terbatas dan sangat mungkin terkontaminasi oleh paham dan budaya manusia, namun apa yang Allah mulai melalui Abraham akan berlalu
bagi segala bangsa, termasuk bangsa Kanaan sendiri.
c. Keesaan Allah dalam Keluarnya Israel dari Mesir dan Masa Hakim - Hakim
Proses yang dimulai Allah dalam Abraham pada akhirnya membuat kepercayaan bangsa Israel mempunyai dasar yang khas. Allah yang benar, pencipta langit dan bumi, Yang Mahatinggi, yang Kekal dan
yang Mahakuasa, telah berkarya dalam hubungannya yang khusus dengan Israel. Pada saat bangsa Israel berada dalam perbudakan bangsa Mesir, setelah 400 tahun, mereka berteriak kepada Allah dan akhirnya
Allah mendengar permohonan mereka. Allah kemudian menampakkan diri kepada Musa dan mengenalkan diriNya sebagai Allah Yang Esa Keluaran 3-4. Peristiwa yang penting terjadi pada saat bangsa Israel keluar
dari Mesir adalah upacara simbolik domba korban ditegaskan kembali. Dan dalam proses perjalanan bangsa Israel ada beberapa hal penting yang ditetapkan Allah sehubungan dengan penyataan khususnya. Beberapa di
antaranya adalah Sepuluh Hukum Taurat; penegasan kepada keesaan Allah dan ketetapan yang harus dipenuhi oleh bangsa Israel. Kemudian perikop yang paling penting adalah rhema yang terdapat dalam Ulangan 6:4
63 yang menegaskan tentang keesaan Allah. Ketetapan yang dibuat Allah pada zaman ini bersifat sangat eksklusif
bagi bangsa Israel. Setelah kematian Musa dan setelah bangsa Israel menetap di Kanaan, pernyataan untuk menyembah
Allah tetap didengungkan. Pada masa Hakim - Hakim sangat terlihat akan kenyataan ini. Pada saat bangsa Israel berpaling maka mereka akan ditindas oleh bangsa - bangsa disekelilingnya. Akan tetapi pada saat
mereka berseru kepada Allah maka Allah kemudian membangkitkan seorang hakim untuk memimpin mereka.
d. Zaman Raja - Raja Dan Nabi - Nabi Sampai Perjanjian Baru
Pada zaman ini bangsa Israel tidak hanya puas dengan pemerintahan Hakim - Hakim, hingga akhirnya mereka memilih raja. Dalam pemerintahan para raja ini Bait Allah sebagai simbol kehadiran Allah dibangun.
Namun dalam perjalanan sejarahnya, penyimpangan - penyimpangan terhadap pernyataan khusus Allah dan kesadaran keesaan Allah terus berlangsung hingga bangsa Israel sampai ke pembuangan di Babel. Akibatnya
ada begitu banyak nabi yang dibangkitkan Allah untuk memperingatkan bangsa Israel. Kepercayaan kepada Allah YHWH diproklamirkan oleh para nabi misalnya Elia, Hosea di Utara dan Yesaya, Yeremia di Selatan
dan banyak nabi lainnya seperti Amos, Habakuk, Nahum, Obaja dan lainnya. Mereka menekankan keyakinan eksklusif kepada Allah YHWH. Posisi eksklusif ini dipertahankan dengan adanya janji berkat kepada mereka
yang setia kepada Allah Yang Esa, dan adanya larangan yang disertai dengan hukuman yang dahsyat kepada mereka yang tidak setia kepada Allah dengan berpaling kepada allah - allah lain.
Puncak kerohanian yang terbaik yang dicapai oleh bangsa Israel justru terjadi setelah masa pembuangan dari Babel berakhir. Bangkitnya Ezra sebagai seorang Ahli Taurat membawa kemajuan yang nyata bagi bangsa
Yahudi. Sinagog - sinagog Yahudi didirikan dimana - mana. Sekolah Taurat juga dimulai, pada masa ini Ahli Taurat menggantikan peran nabi zaman dahulu dalam berkotbah, dan mereka memegang tradisi PL dengan
sangat teguhnya. Kesadaran akan keesaan Allah begitu dijunjung dengan amat tingginya.
2. Keesaan Allah Dalam Perjanjian Baru