34 berbicara tentang Amanat Agung, kaum Pluralis membangun konsep yang baru, paradigma yang baru,
sambil membenarkan kritikan terhadap konsep yang lama dari teologi tradisional yang menurut mereka telah menciptakan kesalahan besar, di mana kaum Fundamentalis menjadikannya sebagai sentral dalam
misi Kristen. Amanat Agung dalam perspektif kaum Pluralis telah banyak dikaji ulang sehingga Amanat Agung, bukan hanya sekedar dipersempit artinya, tetapi lebih dari itu, Amanat Agung telah berubah
arti dan teksnya.
E. Kesimpulan
Kesalahan utama kaum Pluralis adalah penolakan Alkitab sebagai wahyu yang final, oleh sebab itu mereka gagal dalam memahami segala sesuatu di dalamnya. Puncak kegagalan mereka itu adalah
penolakan terhadap finalitas Kristus dan keselamatan yang ada di dalam Kristus. Kaum Pluralis jelas- jelas tidak mengakui doktrin-doktrin utama di dalam Alkitab, penolakan itu terutama pada masalah
kesejarahan Yesus. Mereka menolak Yesus yang ada dalam Alkitab, dan berusaha menggali ulang Yesus yang sesuai dengan pemikiran mereka dan mengembangkan berbagai penafsiran di dalamnya.
Mereka mengembangkan suatu sistem penafsiran yang didasarkan oleh pandangan historis. Sistem penafsiran tersebut menghasilkan konsep Kristologi yang baru, penekanannya lebih difokuskan pada
kristologi yang fungsional dan mengabaikan Kristologi yang ontologis.
Akibatnya juga berpengaruh terhadap masalah lainnya, penolakan pada finalitas Yesus berpengaruh terhadap konsep soteriologis yang benar, dimana mereka menekankan universalitas kasih
Allah yang tidak akan menghukum satu orang manusiapun, bahwa ada keselamatan di dalam tiap-tiap agama. Seiring dengan itu mereka mengucilkan bahkan menghilangkan peranan gereja, dengan
mengembangkan penafsiran Kerajaan Allah yang keliru.
35
BAB III MITOS KEUNIKAN AGAMA KRISTEN DAN TOKOH - TOKOH
PLURALISME A. Mitos Keunikan Agama Kristen
Buku “Mitos Keunikan Agama Kristen” merupakan kumpulan esai yang ditulis kaum Pluralisme yang terdiri dari teolog Katolik, Protestan, perempuan dan laki - laki dan teolog dunia barat dan timur.
Buku ini merupakan hasil pemikiran tokoh - tokoh pluralisme, tentang “Iman Kristen mereka”, dalam hubungannya dengan dengan agama - agama lain. Mereka mulai merumuskan pemahaman baru dengan
meninggalkan finalitas agama Kristen. Buku ini terdiri dari beberapa bagian yaitu : Prakata oleh Paul F. Knitter, kemudian bagian pertama : Jembatan historis - kulturan; relativitas, bagian kedua ; Jembatan
Teologis - Mistis : misteri, bagian ketiga ; Jembatan Etis - Praktis : keadilan, serta bagian penutup oleh Tom F. Driver.
1. Prakata oleh Paul F. Knitter
Paul F. Knitter yang merupakan salah satu penyunting buku ini dalam prakatanya menandaskan bahwa para penulis telah memutuskan untuk “menyeberangi sungai Rubicon” untuk memegang prinsip
pluralistik dalam memandang agama - agama lain . Knitter menjelaskan bahwa kebanyakan sejarah Kristen didominasi oleh dua pendekatan mendasar : “pendekatan eksklusivisme konservatif yang
menemukan keselamatan di dalam Kristus dan yang hanya melihat sedikit, walaupun ada, nilai ditempat lainnya dan sikap ‘Inklusif’ Liberal yang mengakui kekayaan yang menyelamatkan dalam iman yang
lain tetapi kemudian memandang kekayaan ini sebagai hasil karya yang telah dipenuhi dalam Kristus” hal xi. Kemudian ia melanjutkan dalam mendefinisikan perubahan paradigma yang diusulkan, didukung
oleh sebelas rekan penulisnya yang ia sebut sebagai posisi pluralis. Definisi tersebut adalah, “upaya melangkah meninggalkan penekan pada superioritas atau finalitas Kristus dan agama Kristen menuju
pengakuan akan validitas mandiri dalam jalan- jalan lain. Hal itu kemudian digambarkan para peserta dalam proyek kami tokoh pluralis sebagai usaha menyebrangi jembatan teologis Rubicon hal xi.
Oleh sebab itu mereka membangun tiga jembatan penyeberangan untuk melampaui eksklusivisme dan inklusivisme, yang akhirnya semua jembatan itu disimpulkan oleh Tom Driver.
2. Jembatan Historis - Kultural : Relativitas
Tiga pemikir yang menyeberangi melalui jembatan ini adalah Gordon Kauffman, John Hick dan Langdon Gilkey. Hal yang disorot pada bagian ini adalah masalah relativitas. Keyakinan utama
yang diketengahkan adalah bagaimana kaum Pluralis menyadari keterbatasan semua pengetahuan dan keyakinan religius, sehingga tidaklah mungkin kita menilai klaim kebenaran budaya atau keyakinan
yang lain atas dasar keyakinan sekarang.
Gordon D. Kauffman dalam tulisannya menjelaskan bahwa dengan argumentasi bahwa ancaman awan jamur . Memaksa semua agama untuk berdialog dan bekerjasama. Dimana lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa sebagai syarat yang perlu untuk dialog semacam itu, ia mengusulkan agar para pemeluk agama mengalami relativitas historis semua bentuk keagamaan dan dengan demikian
menanggalkan klaim - klaim masa lalu tentang bentuk agama “satu - satunya” atau bentuk yang “tertinggi”. Argumentasi yang dikemukakan oleh Kaufman adalah masalah keutuhan persatuan manusia. bahwa
Injil Kristen tidak dapat menyediakan pusat persatuan dengan klaim- klaim yang ada padanya oleh sebab itu dengan “kesadaran sejarah modern” meminta supaya orang Kristen untuk melepaskan klaim