c. Konsekuensi, semua peristiwa yang layak menjadi berita mempunyai konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya suatu
rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang banyak adalah layak berita.
d. Kemasyhuran dan terkemuka, bahwa suatu nama bisa membuat berita dan nama besar membuat berita lebih besar.
e. Saat yang tepat dan kedekatan, sebagai ukuran yang sangat diterapkan pada semua peristiwa dalam membedakan berita dari yang bukan
berita. f. Keganjilan, yakni kejadian atau peristiwa yang tidak biasa.
g. Human interest. h. seks, faktor ini umum untuk di pertimbangkan oleh para editor sebagai
nilai berita, bila dihubungkan dengan orang terkenal.
61
Misalnya kisah skandal seks mantan presiden AS Bill Clinton.
3. Proses Pencarian dan Teknik Penulisan Berita
Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut sebagai piramida terbalik. Piramida terbalik adalah pola gambaran yang
memberikan gambaran bagaimana sebuah informasi yang terpenting berada di posisi paling atas dan semakin ke bawah informasi yang disajikan hanyalah
penjelasan dari paragraf sebelumnya. Manfaat dari pola piramid terbalik ini antara lain: pertama, nilai sebuah
berita dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang atau detail sehingga publik dapat memahami apa maksud dari isi berita tersebut; kedua,
keterbatasan kolom atau ruang disurat kabar atau tabloid menyebabkan berita yang ditulis dalam pola piramida terbalik ini memudahkan redaktur atau editor
untuk melakukan penyederhanaan panjang tulisan berita, dan biasanya pertama kali kalimat yang akan dihilanhkandipendekkan adalah kalimat atau paragraf
yang berada di kerucut bawah dalam pola piramida terbalik ini.
62
61
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta: Kompas, 2005, h. 53.
62
Suhaimi dan Rulli Nashrullah, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h.30.
Ganbar 2.2 Pola Pirtamida Dalam Penulisan Berita
Sangat Penting
Penting
Tidak Penting
Oleh karena itu, dalam menulis berita setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, when,
dan how atau bisa disebut dalam rumus 5W+1H dapat dimuat di paragraf-paragraf terdepan. Sedangkan paragraf selanjutnya sampai akhir berita tulisan yang dimuat
adalah penjelasan singkat dari salah satu atau beberapa poin dalam rumusan 5W+1H.
63
Selain kepandaian dalam membuat judul, dalam pola piramida terbalik ini jurnalis mempertaruhkan beritanya di dalam lead atau teras berita. Ini dianggap
penting, karena lead merupakan paragraf pembuka yang mengantarkan khalayak pembaca untuk masuk ke dalam penjelasan berita. Apabila lead tidak ditulis
dengan menarik, maka jangan berharap jika berita tidak akan dibaca.
F. Pengertian Kekerasaan
Sebelum melakukan penelitian secara mendalam tentang kekerasaan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya seorang istri dan pembantu
rumah tangga, terlebih dahulu perlu dibahas pengertian tentang kekerasaan.
63
Suhaimi dan Rulli Nashrullah, Bahasa Jurnalistik, h.29
Soerjono Soekanto dan Pudji Santono dalam kamus kriminologi mendefenisikan violence kekerasan; kejahatan dengan kekerasan yaitu:
“Suatu istilah yang dipergunakan bagi terjadinya cedera mental atau fisik kejahatan dengan kekerasaan sebenarnya merupakan bagian proses kekerasan,
yang kadang-kadang diperbolehkan, sehingga jarang disebut sebagai kekerasan. Masyarakat biasanya membuat kategori-kategori tertentu mengenai tingkah laku
yang dianggap keras dan yang tidak. Semakin sedikit terjadi kekerasan dalam suatu masyarakat, semakin benar kekhwatiran yang ada apabila kekerasan itu
terjadi.”
64
Pengertian kekerasan di atas, berarti bahwa kekerasaan secara mental atau fisik ada yang legal dan illegal. Kekerasan legal merupakan kekerasan yang
diperbolehkan karena telah diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan seperti TNI yang menjalankan tugas di medan perang. Sedangkan kekerasan
illegal merupakan kekerasan baik secara fisik maupun psikis yang bertentangan dengan peraturan.
Selanjutnya kekerasaan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan perorangan atas sekelmpok orang yang menyebebkan cidera atau
matinya orang lain.
65
Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan prilaku, baik yang terbuka overf atau tertutup covert dan baik yang bersifat menyerang
offensive atau bertahan devensive yang disertai dengan penggunaan kekekuatan kepada orang lain.
66
64
Soerjono Soekarto dan Panjdi Santoso, Kamus Kriminolog, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, h. 104.
65
Tim Penyusun Pusat Pembinaan, Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 425.
66
Rita Serena Kalibonso, Kejahatan itu Bernama Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta: Jurnal Perempuan No.26, 2002, h. 18.