Konstruksi Sosial Media Massa

publik akan kebenaran berita. Kedua, kesediaan khalayak untuk dikonstruksi oleh media. Dan Ketiga, sebagai pilihan kosumtif, di mana individu telah memiliki ketergantungan terhadap media. b Tahap konstruksi citra Dalam tahap ini terdapat dua model yang dibentuk media: pertama, good news, yaitu berita yang dikonstruksi sebagai pemberitaan yang baik. Dan kedua, bad news, yaitu media mengkonstruksi sebuah berita dengan memberikan citra buruk kepada objek berita. Disadari atau tidak, bahwa setiap pemberitaan memiliki tujuan tersendiri dalam pencitraan sesuatu. 4. Tahap konfirmasi Tahap ini adalah tahap di mana media massa memberikan suatu alasan atau argumentasi mengapa media melakukan proses konstruksi sosial. Begitu juga dengan pembaca atau pemirsa, mengapa pikiran mereka bersedia untuk dikonstruksi oleh media massa. 29

C. Teori Hierarki Pengaruh

Media massa merupakan gambaran sederhana dari sebuah dunia dan sekitarnya, jika menyaksikan sendiri sebuah kejadian lalu membaca atau melihat sebuah cerita itu dalam sebuah berita. Banyak kesamaan yang akan kita temukan antara apa yang telah kita lihat dengan apa yang media laporkan. Secara langsung itu adalah hasil dari sebuah proses sederhana tentang isi media massa. 29 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan diskrusus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h. 211. Antara berita dan hiburan keduanya dibentuk, dilindungi dan dipaksa oleh kekuatan beberapa orang. Sebuah kenyataan yang ditayangkan oleh sebuah media di dunia kadang-kadang sangat berbeda. Kadang-kadang dua media menayangkan satu kejadian pada versi yang sama, namun sewaktu-waktu berbeda. Misalnya sebuah laporan tentang konflik menunjukkan kepada khalayak bahwa bagaimana sebuah isi media diproduksi, menunjukkan tentang sebuah kekuatan isi media massa yang dapat memberikan tekanan, peringatan, dan pukulan kepada semua orang. Sebuah teks atau gambar merupakan wajah dari karakteristik sebuah media, informasi-informasi yang didapat oleh wartawan tersebut mengalami sebuah proses penggodokan hingga akhirnya menjadi sebuah berita yang siap untuk dikonsumsi oleh pembaca. Banyak faktor yang menentukkan hingga terjadinya sebuah berita. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese membuat lima bagian yang mempengaruhi isi media. Lihat gambar di bawah ini: Gambar 2.1 Media Content in Hiererchical Model 3 0 30 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996, h. 64. Model Hierarki ini menjelaskan bahwa terdapat lima lapisan atau level yang mempengaruhi isi sebuah media, yakni level individu, level rutinitas media, level organisasi, level luar media dan terakhir level ideologi media. Faktor pertama, level individu. Adalah pengaruh individu-individu pekerja media, sebuah informasi tentu sangat dipengaruhi oleh individu-individu yang berperan di dalamnya, background personal maupun profesional. Latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, kebudayaan, jenis kelamin, umur maupun ideologi keyakinannya mempengaruhi sudut pandang pemberitaan dalam menyajikan sebuah berita. Sebagai contoh realitasnya adalah wartawan Indonesia tentu berbeda pandangan dengan wartawan Arab Saudi mengenai peliputan kekerasaan TKW dan sebagainya. Level kedua, level rutinitas media, selain faktor individu, apa yang dihasilkan oleh sebuah media dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan rutinitas media tersebut. Berupa rapat redaksi, waktu deadline, keterbatasan tempat, maupun struktur penulisan dan lain sebagainya. Istilah routine sendiri menunjukkan kepada praktek-praktek dan bentuk- bentuk terpola, serta berulang-ulang secara teratur yang digunakan oleh pekerja media untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka, rutinitas dalam media diperlukan untuk memastikan bahwa sistem media akan bertindak dalam cara-cara predictable dan tidak mudah dilanggar. 31 Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. 31 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, h. 105.

Dokumen yang terkait

Peranan Pengembangan Tenaga Kerja dalam Meningkatkan Prestasi Kerja pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan Selatan Branch Office

0 20 65

Peran Tenaga Kerja Wanita Indonesia Terhadap Pengembangan Wilayah Di Indonesia (Studi Kasus :...

0 19 2

Analisis wacana pemberitaan film Fitna karya Geert Wilders di Harian Umum Republika (edisi 29 MAret-04 April 2008)

1 6 120

KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI KOMITMEN ORGANISASI DAN IKLIM ORGANISASI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

0 6 19

HUBUNGAN WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWATI BERPERAN JENIS KELAMIN ANDROGINI DI PT. TIGA PUTERA ABADI PERKASA CABANG PURBALINGGA

0 4 11

Analisis Framing Pemberitaan Intimidasi Boyolali di Harian Solopos Edisi 18-25 Februari 2013 Pemerintah Dalam Konstruksi Media (Analisis Framing dalam Pemberitaan Intimidasi PNS Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali di Harian Solopos Edisi 18-25 Februa

0 1 16

ANALISIS KATEGORIAL CAMPUR KODE PADA WACANA “LHA ... DALAH !” DI HARIAN UMUM Analisis Kategorial Campur Kode pada Wacana Lha... Dalah! di Harian Umum Joglosemar Edisi Desember 2010.

0 1 13

PENDAHULUAN Analisis Kategorial Campur Kode pada Wacana Lha... Dalah! di Harian Umum Joglosemar Edisi Desember 2010.

0 1 6

Representasi Peristiwa Dan Institusi Negara Dalam Pemberitaan Saweran Untuk Gedung Kpk Di Harian Umum Media Indonesia: Analisis Wacana Kritis.

0 0 2

Representasi Sosok Tenaga Kerja Wanita (Tkw) Indonesia Dalam Wacana Berita Pada Harian Umum Utusan Malaysia Dan Harian Umum Kompas Indonesia (Kajian Analisis Wacana Kritis).

0 3 55