Analisis wacana pemberitaan kekerasan tenaga kerja wanita Indonesia di harian umum repoblika (edisi 22 Nevember 25 nevember 2010)

(1)

REPUBLIKA

(EDISI 22 NOVEMBER-25 NOVEMBER 2010)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : FAUZIAH NIM : 107051001615

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Mei 2010


(5)

ABSTRAK

Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasaan Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Republika (Edisi 22 November-25 November 2010).

Tenaga kerja wanita di Indonesia sudah sangat sering mengalami pelecehan fisik, psikis, pelecehan seksual bahkan sampai pembunuhan, nasib TKW yang mengalami kekerasaan di luar negeri kurang diperhatikan pemerintah Indonesia, TKW adalah pahlawan devisa yang telah banyak sekali berjasa untuk Indonesia. Contohnya Kikim Komalasari salah satu TKW Indonesia yang meninggal dunia di Arab Saudi. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan nasib para TKW. Karena para TKW telah memberikan subsidi kepada negara. Padahal pemerintah sudah menetapkan Undang-undang nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Lalu yang menjadi pertanyaan utama adalah Bagaimana Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasaaan TKW berdasarkan model Teun A Van Dijk? Bagaimana Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasaan TKW berdasarkan Kognisi Sosial? Bagaimana Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasaan TKW Konteks Sosial?

Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Wacana (Discourses Analysis) model Teun Van Dijk. Data-data dalam penelitian ini disesuaikan dengan model yang digunakan Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Hierarki pengaruh. Model Hierarki ini menjelaskan bahwa terdapat lima lapisan atau level yang mempengaruhi isi media, yakni level individu, level rutinitas media, level organisasi, level luar media, dan level ideologi media.

Secara struktur makro, tema berita Republika dikemas dengan tema kecaman terhadap para pelaku penganiayaan TKW, dan kronologi kondisi korban kekerasaan dalam pemberitaan kekerasaan TKW. Secara superstruktur Republika menulis berita dengan skema aksi meminta pertanggung jawaban pemerintah dan PJTKI terhadap para korban. Secara struktur mikro, Republika tidak menampilkan gaya bahasa dalam setiap berita. Bentuk kalimat yang digunakan adalah bentuk kalimat langsung, sedangkan kata ganti yang digunakan secara umum adalah kata ganti pernyataan dari narasumber. Kognisi sosial wartawan yang menulis berita tidak terlepas dari bias keberpihakan terhadap nasionalisme. Konteks sosial berita Republika ingin memberitahukan kepada masyarakat Indonesia bahwa para tenaga kerja Indonesia khususnya yang bekerja sebagai PRT tidak dapat perlindungan hak asasi manusia oleh pemeritahan Indonesia, dan apa yang harus dilakukan untuk menyikapi masalah seperti itu.


(6)

Segala puji syukur hanyalah pada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan rahmat, taufiq dan inayah-NYA kepada kita, karena ridho yang telah diberikan-NYA sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi disetiap jenjang pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. Dan atas izin-NYA pula sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I).

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang disekitar penulis karena tanpa bantuan, support dan doa dari berbagai pihak bukanlah sebuah keniscayaan bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan. penulis mengucap terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Untuk yang mulia kedua orang tuaku, Ayahanda H.M.Yani dan Ibunda

Intan Munawaroh yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih dan sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala susah maupun senang, dikala mudah maupun sulit. Dan terimakasih juga untuk seluruh keluarga besar yang selalu kurepoti, ku buat resah dengan ulah dan kelakuan manjaku.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam. Umi Musyarofah, MA., selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

kepada penulis dengan penuh kesabaran, menjadikan penulis senantiasa berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Pak Nasihin Masha, selaku Pimpinan Redaksi majalah Harian Umum

Republika beserta staff yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Kakak adikku tercinta: Maria Ulfa, Tsuaibatul Islamiah, Robiatul Aulia,

Dina Mardianah untuk doa yang tak jua putus, dan makasih sudah

mempercayaiku (I believe, U love me so much). Spesial buat Kakanda

Herman Bin H. Kadir (thx atas semua solusi yang diberikan, kepercayaanmu, semangatmu dan pengorbananmu tanpa lelah menemani Ade (panggilan kesayangan) dari semester III sampai sekarang mudah-mudahan Allah meridhoi setiap langkah kita. Amin).

7. Mas, Teteh dan Adik ketemu gede yang tersayang: Euis Yulistria, Ahlam

Irfani, Syifa Fauziah, Erik Purnama Putra, dengan keceriaan serta dorongan mereka segala kejenuhan dan kepenatan dalam mengerjakan

skripsi ini terobati. “ucapan kalian sumber semangatku”.

8. Untuk Pahlawan tanpa balas jasa para tenaga kerja wanita (TKW)

Indonesia, yang telah memberikan inspirasi kepada penulis. (semoga selalu di jaga oleh Tuhan yang Maha Esa)

9. My lovely Azzam dan Nabila, yang selalu menjadi sumber semangat bagi


(8)

10.Untuk Ela, Ida, Eka, Yuli, Eni, Sahabat2 terbaikku yang selalu

memberikan semangat, bantuan serta tempat berkeluh kesah. “terima kasih

untuk kebersamaan begitu indah tak terlupakan”.

11.Untuk Teman-teman KPI D 2007, yang menjadi keluarga kedua bagi

penulis.

12.Untuk semua teman seperjuangan di KKN CIBODAS. Abank Herman,

Tamamy, Aul, Lucky, Ahong, Patner Lian, Laits, Ebi, Shihab, Dendy, Nanang, Daus, Muchlas, Iwan, Rahmi, Lena, Fachrunnisa, dan Nadia terimakasih untuk kebersamaan selama satu bulan.

13.Untuk keluarga besar ALUMNI DARUL-RAHMAN ANGKATAN 2007.

Nyai Imas ST Latipah, Mumut, Mutmainah, Ipoel, Roni, Dzulfikar, Anggi, Badriah, Aisyah Makiyah, Nina, Ubay, Ulil, Heru, Ningrum, Nike... (duuh, yang terlewat disebut jangan protes ya). Kalian adalah teman-teman yang baik.

Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 20 Mei 2011


(9)

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR GAMBAR...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah...4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...5

D. Metodologi Penelitian...6

E. Tinjauan Pustaka...16

F. Sistematik Penulisan...17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Konstruksi Sosial...19

B. Kontruksi Sosial Media Massa...21

C. Teori Hierarki Pengaruh...23

D. Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Wacana...28

2. Kerangka Analisis Wacana Teun Van Dijk...29

a. Struktur Teks...29

b. Kognisi Sosial...36

c. Konteks Sosial...37

E. Konsep Berita 1. Pengertian Berita...37

2. Nilai Berita...40

3. Proses Pencarian dan Teknik Penulisan Berita...42

F. Pengertian Kekerasaan...43

G. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia...48


(10)

BAB III PROFIL HARIAN UMUM REPUBLIKA

A. Sejarah Harian Umum Republika...53

B. Visi dan Misi Harian Umum Republika...57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Teks Berita Tentang Kekerasaan TKW...63

1. Struktur Makro (Tematik)...64

2. Struktur Superstruktur (Skematik)...73

3. Struktur Mikro...81

a. Semantik...81

b. Sintaksis...83

c. Stilistik...87

B. Kognisi Sosial Pemberitaan Tentang Kekerasaan TKW...89

C. Konteks Sosial Pemberitaan Tentang Kekerasaan TKW...94

D. Hasil Temuan Perbedaan Struktur Tematik, Skematik, Semantik...96

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...97

B. Saran...99

DAFTAR PUSTAKA...101


(11)

Gambar 1.1 Model Analisis Wacana Teun Van Dijk...12

Gambar 2.1 Media Content in Hiererchical Model...24

Gambar 2.2 Pola Pirtamida Dalam Penulisan Berita...43


(12)

A. Latar Belakang Masalah

Media massa pada akhirnya mampu mempresentasikan diri sebagai publik dan turut menentukan dinamika sosial, politik dan budaya di tingkat global dan lokal. Media massa mampu mempengaruhi publik baik dari aspek

sosial, politik dan budaya.

Perubahan ini diawali abad 21 yang ditandai dengan perubahan dahsyat dalam berbagai kehidupan manusia. Perubahan tersebut membawa kemaslahatan, namun juga sekaligus memberikan kegelisahan perubahan yang paling mencolok terjadi di bidang sains dan teknologi terutama sekali di sekitar bidang informasi. Sehingga sarana media yang ada dan tersedia di

sekitar kita semakin transparan.1 Era yang demikian, proses perubahan secara

cepat di bidang teknologi informasi disebut kalangan kaum cendikiawan dengan era globalisasi.

Penyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Berbicara tentang teknologi komunikasi. Kita teringat dengan alat-alat untuk komunikasi dan berinteraksi, yang kerap kali kita sebut sebagai media massa. Puluhan, ratusan bahkan ribuan orang mengadakan komunikasi massa, yaitu komunikasi menggunakan media massa. Adapun fungsi komunikasi massa

adalah: menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.2

1

Yahya Ilyas, Beragam di Abad Dua Satu, (Jakarta: Zikrullah Hakim, 1997), h. 27.

2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja


(13)

Menurut Wright, ada tiga hal yang mencirikan suatu komunikasi untuk

disebut sebagai komunikasi massa dengan melihat pada:3

1. Keadaan atau sifat khalayak (the nature of audience)

2. Pengalaman komunikasi (communication experience)

3. Keadaan komunikator

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guternberg di Jerman. Sedangkan keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde baru

serta orde baru.4

Banyak hal yang dapat dipelajari dari surat kabar. Masalah yang diperbincangkannya dapat meluaskan pengalaman seseorang dari sudut sosial, budaya, politik, ekonomi, sejarah, seni bahkan filsafat. Tokoh-tokoh yang ditemui di sana juga memperkenalkan pembaca tentang pengenalan hidup manusia.

Di lihat dari keragaman bahasanya, kualitas perkembangannya, tenaga dan pekerjaannya, serta harapan dari impian surat kabar. Pengungkapan bahasa bisa memperhalus budi dan perasaan kita, mengajari empati dan

3

Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa (Jakarta: Universitas Terbuka,

2001), h. 18.

4

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah Komunikasi Massa : Suatu


(14)

toleransi, dan karena pengalaman itu secara perlahan membentuk seseorang menjadi manusia yang lebih peduli.

Pemberitaan yang bagus tidak lepas dari tugas wartawan adalah orang yang bertugas menghimpun berita. Bisa juga orang yang bertugas melakukan pemberitaan dengan perencanaan yang cermat, diilhami oleh imajinasi, ditopang oleh fakta-fakta dan digerakkan oleh keringat dan tujuan. Selain itu,

wartawaan juga berfungsi menyebarkan informasi kepada khalayak.5

Seperti kasus para tenaga kerja wanita (TKW) Di Indonesia sudah sangat sering mengalami pelecehan fisik, psikis, pelecehan seksual bahkan sampai pembunuhan.

Nasib tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri kurang diperhatikan Pemerintah Indonesia, padahal tenaga kerja wanita (TKW) adalah pahlawan devisa yang telah banyak sekali berjasa untuk Indonesia, seharusnya Pemerintah harus lebih memperhatikan nasib tenaga kerja wanita TKW. Karena tenaga kerja wanita TKW telah memberikan subsidi kepada negara. Padahal pemerintah sudah menetapkan Undang-undang nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri.6

5

Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007), h. 115.

6

Slamet Riyadhi, Artikel Buruh Migran, www.republikaonline.com di akses tanggal 26


(15)

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis memilih judul

“Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasaan Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Umum Republika (Edisi 22 November 25 November 2010)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada hakikatnya masalah itu sangat kompleks, komplesitas permasalahan dapat mengakibatkan dalam penyelesaiannya tidak terfokus dan menyimpang. Supaya masalah tidak menyimpang dan dapat memperjelas obyek penelitian, penulis membatasi permasalahan pada berita kekerasaan tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia pada Harian Umum Republika edisi 22 November - 25 November 2010 selama 4 hari. Sebab penulis mengambil berita yang berada di kolom Trending News adanya di surat kabar Harian Umum Republika yakni salah satu kolom yang berisikan kumpulan

berita-berita yang di minati oleh masyarakat.7

Dalam pelaksanaannya penulis memilih Harian Umum Republika karena sebagai media cetak harian yang telah dikenal dan dibaca oleh

masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pada bagian news disampaikan lebih

heterogen.

Sebagai gambaran bagi pembaca melalui judul di atas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

7

Wawancara Pribadi, Anif Punto Utomo, Redaktur Senior Harian Umum Republika, tgl 10 Mei 2011.


(16)

1. Bagaimana konstruksi wacana yang terdapat dalam berita kekerasaan TKW Indonesia pada Harian Umum Republika?

2. Bagaimana penyajian berita kekerasaan TKW Indonesia pada Harian

Umum Republika ditinjau dari kognisi sosial?

3. Bagaimana konteks sosial berita kekerasaan TKW Indonesia pada

Harian Umum Republika?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menganalisis konstruksi wacana yang terdapat

dalam berita kekerasaan TKW Indonesia pada Harian Umum Republika?

2. Mengetahui dan menganalisis penyajian berita kekerasaan TKW

Indonesia pada Harian Umum Republika ditinjau kognisi sosial?

3. Mengetahui dan menganalisis konteks sosial berita kekerasaan

TKW Indonesia pada Harian Umum Republika?

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat akademis atau teoritis untuk keadaan yang terkait dengan

jurusan

1. Menambah khasanah akademik terutama mengenai kajian media

terkait dengan kekerasaan TKW Indonesia pada Harian Umum Republika.


(17)

2. Memperdalam kajian dalam konteks analisis wacana terkait berita kekerasaan TKW Indonesia.

3. Bisa menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di mana yang

akan datang.

b. Manfaat praktis

1. Dapat dijadikan sebagai sumber, metode teori dan gagasan yang

bisa diaplikasikan bagi peneliti selanjutnya.

2. Sebagai referensi yang dapat memberikan kontribusi untuk

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pembinaan calon TKW Indonesia ke luar negeri.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kontekstual bahasa

yang digunakan dalam berita kekerasaan TKW Indonesia pada Harian Umum Republika bagi penulis.

4. Mampu menjelaskan pengetahuan dasar mengenai berita di media

cetak dam menjadi bahan evaluasi akan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan berita kekerasaan TKW Indonesia pada Harian Umum Republika bagi masyarakat dan para elit politik.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan metodologi penelitian seperti yang akan dijelaskan di bawah ini:


(18)

Subjek Penelitian ini adalah Tenaga Kerja Wanita. Sedangkan Obyek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita kekerasaan TKW selama empat hari yakni dari tanggal 22 November- 25 November 2010 pada Harian Umum Republika.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam memaparkan hasil penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati.8 Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapat

pemahaman yang sifatnya umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang

kenyataan-kenyataan tersebut.9 Deskritif merupakan suatu teknik

penelitian yang obyektif sistematik dengan menggunakan metode

wawancara dan observasi serta menggambarkan secara kualitatif

pernyataan komunikasi yang diungkapkan.10

3. Model Analisis

Dalam penelitian mengenai pemberitaan analisis wacana

menekankan pada “How The Ideological Significance of News is Part and

Parcel of The Methods Used to Process News” (bagaimana signifikansi

8

Lexy J. Maleong (ed, 13), Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), h. 3.

9

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215.

10


(19)

ideologis berita merupakan bagian dan menjadi paket metode yang

digunakan untuk memperoleh media).11

Model Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Teun A. Van Dijk yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi

sebagai suatu penyataan (assertion), pertanyaan (question), tuduhan

(accusation), atau ancaman (threat). Wacana juga dapat digunakan untuk mendiskriminasikan atau mempersuasif orang lain untuk melakukan

diskriminasi.12 Karena model ini tidak terbatas pada analisis teks semata,

melainkan juga meliputi struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran

serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.13

Analisis wacana pemberitaan TKW Indonesia yang disampaikan dalam berita, baik dari metode penulisannya, kesesuian ini yang disajikan dengan informasi yang ingin disampaikan, bahasa dan makna kata yang dipergunakan, cara penulisan yang mudah dipahami oleh pembaca, yang turut mendukung bagaimana pesan dan berita disampaikan. Dengan menggunakan metode analisis wacana dalam model atau teori Teun A. Van Dijk.

Elemen analisis wacana dalam struktur teks dipaparkan oleh Teun A. Van Dijk dibedakan menjadi tiga struktur atau tingkatan. Dengan

struktur tersebut dapat diketahui apa dan bagaimana media

11

Alex Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana Semiotik dan Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 48.

12

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relation dan Komunikasi. (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003), h. 71.

13

Eriyanto (ed. 6), Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. (Yoygakarta: PT.


(20)

mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu. Struktur teks

tersebut terbagi ke dalam tiga bagian yakni pertama, Struktur Makro

adalah makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks dengan menganalisis Tema atau Topik

yang dikedepankan dalam suatu berita (tematik).

Kedua, Superstruktur adalah kerangka suatu teks yang terdiri dari bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan dengan menganalisis

bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh (skematik).

Ketiga, Struktur Mikro yaitu makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat atau gaya yang dipahami oleh suatu teks dengan menganalisis makna yang ingin ditekankan dalam teks berita dengan memberi detil pada suatu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan

mengurangi detil pada suatu sisi lain (semantik), menganalisis kalimat

yang dipilih (sintaksis), menganalisis pilihan kata yang dipakai dalam teks

berita (stilistik), menganalisis cara penekanan yang dipergunakan dalam

struktur bahasa (retoris).

Wacana model Van Dijk merangkum model analisis wacana dari ketiga struktur tersebut digabungkan ke dalam satu kesatuan analisis tiga dimensi yang ditekankan pada analisis wacana Van Dijk, yaitu:

Pertama, analisis wacana struktur teks. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik gambar, efek suara, citra,

dan sebagainya.14 Bahasa (teks) mampu menentukan konteks. Karena

14


(21)

bahasa dapat mempengaruhi orang lain (menunjukkan kekuasaannya) melalui pemilihan kata yang secara efektif mampu memanipulasi konteks. Dalam analisis struktur teks yang menjadi objek penelitian adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipahami untuk menegaskan suatu tema tertentu. Serta membagi teks ke dalam struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Dalam struktur makro hal yang

diamati adalah tematik. Dalam superstruktur hal yang diamati adalah

skematik. Sedangkan dalam struktur mikro hal yang diamati adalah semantik, sintaksis, stilistik dan retoris.

Kedua, kognisi sosial yaitu mempelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu atau kesadaran mental dari wartawan atau penulis dalam membentuk teks. Analisa wacana dari dimensi kognisi sosial dalam membentuk teks. Analisis wacana dari dimensi kognisi sosial adalah titik kunci dalam memahami sebuah produksi teks atau. Proses terbentuknya suatu teks tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks itu dibentuk, tetapi juga proses ini memasukan informasi yang digunakan

untuk menulis dari suatu bentuk wacana tertentu.15 Menurut Van Dijk,

analisis kognisi sosial memusatkan perhatian pada struktur mental, proses pemaknaan, dan mental komunikator dalam memahami sebuah fenomena dari proses produksi sebuah teks (berita, cerita, dan sebagainya). Kognisi sosial ini difokuskan pada efek kognitif atau efek media massa terhadap pengetahuan. Sebuah media tidak hanya mengubah sikap, tetapi juga mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu hal. Kognisi sosial

15


(22)

menjadi bagian terpenting dan tidak terpisahkan untuk memahami teks media. Struktur ini menekankan pada bagaimana peristiwa dipahami, didefinisikan untuk kemudian ditampilkan dalam suatu model. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Adapun cara pencarian data adalah dengan melakukan proses wawancara kepada narasumber yang berkaitan.

Ketiga, konteks sosial yaitu mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Konteks sosial berusaha memasukkan seluruh situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. Dengan mengacu pada tiga dimensi analisis wacana Van Dijk, maka yang menjadi penelitian di masyarakat adalah konteks dan kognisi sosial dalam menyusun berita dan struktur teks yang digunakan dalam sebuah media. Menurut Van Dijk, wacana yang terdapat dalam sebuah teks adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti suatu teks perlu dilakukan analisa intertekstual dengan meneliti bagaimana

wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.16

Adapun elemen dalam analisa wacana model Teun Van Dijk tersebut digambarkan sebagai berikut:

16


(23)

Struktur Makro Tematik Topik (Judul)

Struktur wacana Superstruktur Skematik Skema

Semantik Latar

Detil Maksud Pra-Anggapan

Struktur Mikro Sintaksis Koherensi

Bentuk Kalimat Kata Ganti

Stilistik Leksikon

Retoris Grafis

Metafora Ekspresi

Gambar 1.1 Model Analisis Wacana Teun Van Dijk

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka peneliti

menggunakan jenis penelitian discourses analysis (analisis wacana) yang

merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis media selain analisis isi dengan pendekatan kualitatif yang lebih sering digunakan.

Melalui discourses analysis penulis tidak hanya mengetahui isi


(24)

kata, frase, kalimat atau metafora. Unsur penting dalam analisis wacana

kepaduan (coherence) dan kesatuan (unity) serta penafsiaran peneliti.

Dalam discourses analysis ini menggunakan beberapa teknik untuk

mengumpulkan data yang terkait dengan pembahasan diantaranya sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Penulis melakukan studi dokumentasi sebagai bukti untuk pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti. Dokumen yang dikumpulkan berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi yaitu

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen tertulis.17 Dalam

penelitian ini penulis mengumpulkan data-data atau teori-teori dari buku, majalah, internet, profil lembaga, informasi yang tertulis Harian Umum Republika dan yang lainnya terkait dengan masalah yang diteliti yang dapat mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan

tertentu.18 Wawancara merupakan metode pengambilan data yang

17

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII,1995), h.62.

18

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35.


(25)

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.19

Penulis menggunakan teknik wawancara semistruktur artinya wawancara

dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan terlebih dahulu. Wawancara ini dilakukan sebagai pendukung untuk kognisi sosial dan konteks sosial dalam analisis wacana. Wawancara semistruktur mempunyai dasar pertanyaan tertulis untuk menanyakan pertanyaan-partanyaan secara bebas, terkait dengan permasalahan yang dikaji. Pedoman permasalahan yang ditanyakan merupakan landasan atau pijakan

dalam melakukan wawancara kemudian dimungkinkan untuk

mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga mendapatkan data yang lebih lengkap juga di wawancarai dalam

penelitian.20

c. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu:

1) Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan

gambar. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku-buku teori mengenai pokok bahasan penelitian, artikel-artikel kekerasaan TKW di Harian Umum Republika.

19

Rachmat Kriyantono (ed 1), Teknik Praktis dan Riset Komunikasi: disertai contoh

Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 95.

20

Rachmat Kriyantono (ed 1), Teknik Praktis dan Riset Komunikasi: disertai contoh

Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran,, hal. 97.


(26)

2) Data sekunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan responden di lapangan.

d. Teknik Analisa Data

Langkah-langkah analisis isi kualitatif deskritif adalah:

1) Masalah yang akan di ungkapkan penulis adalah pesan yang

terkandung dalam berita di Harian Umum Republika Jakarta dan bentuk penyampain pesan tersebut melalui tulisan dan penyajian beritanya. Dari masalah ini terbentuk tiga hipotesis yng disesuaikan dengan struktur wacana pada teori Teun Van Dijk.

2) Setelah melakukan analisis wacana dari berita kekerasaan TKW

tersebut, penulis berharap dapat menjawab rumusan masalah yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini.

Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, peneliti berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenal obyek studi yang ditulis dengan memahami secara seksama kemudian memberikan interpretasi sesuai kecendrungan dan kerangka berpikir. Dalam teknik

penelitian skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)yang diterbitkan oleh CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.


(27)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal penulis lakukan adalah merangkai terlebih dahulu skripsi-skripsi sebelumnya yang mempunyai tema hampir sama dengan yang akan diteliti sekarang tidak sama dengan penelitian skripsi-skripsi sebelumnya.

Selama tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul

skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti, yaitu:

1. Analisis Wacana Pemberitaan Film Fitna di Harian Umum

Republika.

2. Media dan Pilkada (Studi Analisis Wacana Kritis terhadap

Pemberitaan Sengketa Pilkada Depok dalam Surat Kabar Harian

Lokal “Monitor Depok”).

3. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk Pemberitaan Calon Presiden RI

2009 Partai keadilan Sejahtera di Harian Republika

Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku serta artikel-artikel yang membahas tentang analisis teks media. Penelitian tentang analisis wacana adalah penelitian yang ilhami dari kondisi kekerasaan TKW Indonesia yang didominasi penganiayaan, penelantaraan, pemerkosaan bahkan sampai kematian TKW Indonesia dalam pemberitaan media yang ingin menonjolkan sesuatu dari yang


(28)

lainnya untuk membuat khalayak ikut kepada media dalam pemberitakan sesuatu dan didorong pula dari buku-buku mengenai analisis wacana.

Adapun referensi operasional dalam judul penelitian ini yakni analisis wacana yang menelaah bagaimana bahasa menyebabkan kelompok individu atau sosial berpengaruh dalam pola berpikir. Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang

hangat; kabar, laporan, pemberitahuan, dan pengumuman.21

Dari pengertian literatur operasional tersebut, maka peneliti menggunakan karya-karya berikut sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini:

Buku karya Eriyanto: Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, LkiS. Serta skripsi-skripsi yang berhubungan dengan analisis wacana kritis.

F. Sistematika Penulisan

Secara umum penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri atas sub-sub bab yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar balakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta metodologi penelitian yang akan diuraikan.

21

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI, (Jakarta;


(29)

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang Konstruksi Sosial, Hierarki Pengaruh, Analisis Wacana, Berita, Pengertian Kekerasaan, dan Pengertian Tenaga Kerja.

BAB III: PROFIL HARIAN UMUM REPUBLIKA

Dalam bab tiga penelitian ini akan menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan Harian Umum Republika, visi dan misi, serta konsep-konsep umum pada Harian Umum Republika yang ditemukan peneliti dalam sumber-sumber pendukung.

BAB IV: ANALISIS DATA

Bab empat dalam laporan penelitian ini berisi mengenai penjelasan hasil penelitian yang diperoleh penulis dalam penelitiannya.

BAB V: PENUTUP

Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam skripsi ini.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Konstruksi Sosial

Peter L. Berger dan Luckman menjelaskan konstruksi sosial atas realitas

melalui bukunya “The Social Construction of Reality, a Treatise in the

Sosiological of Knowledge”. Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi melalui tiga proses simultan, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat.

Subtansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckman adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi-sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah masyarakat transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an.

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckman telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi sangat subtansi dalam proses eksternalisasi, subjektivasi, dan internalisasi. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan

sangat cepat dan sebarannya merata.22

22

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi


(31)

Konstruksi sosial media massa melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Eksternalisasi

Terjadi pada tahap yang paling dasar, dalam satu pola prilaku interaksi antara individu dengan sosial masyarakatnya. Eksternalisasi adalah ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik mental maupun fisik. Hasil dari eksternalisasi adalah kebudayaan baik yang materil maupun non-materil.

2. Objektivasi

Objektifitas merupakan hasil yang dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia. Perlu diketahui bahwa hal yang terpenting dalam objektifitas adalah pembuatan tanda-tanda yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, bahasa sangat berperan penting dalam objektifitas terhadap tanda-tanda. Dengan demikian, yang terpenting dalam tahap objektifitas ini adalah melakukan

signifikansikan.23

3. Internalisasi

Internalisasi adalah proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa, sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Jika pemaknaan antara individu itu sama, maka akan tercapai

kepahaman atau pengetahuan bersama.24

23

Sasa. Djuarsa Sanjaya, dkk, Teori Komunikasi, Edisi 2, Jakarta: Universitas Terbuka,

Cet ke-2, h,87-88.

24

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi

Komunikasi Masyarakat, h.194-197 dan Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 14-15.


(32)

B. Konstruksi Sosial Media Massa

Konstruksi sosial atas realitas juga dapat pada media massa. Apa yang diberitakan oleh media massa bukan realitas yang sesungguhnya, melainkan telah dikonstruksi ulang oleh media. Media bukan hanya sebagai penyalur informasi seperti yang diyakini oleh kaum positiv, tetapi ada proses konstruksi di dalamnya. Tahapan-tahapan konstruksi yang terjadi di dalam media massa adalah sebagai berikut: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran konstruksi; (c)

tahap pembentukan konstruksi; dan (d) tahap konfirmasi.25

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi26

Pada tahap menyiapkan materi konstruksi, orang yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah orang-orang yang bertugas di bidang keredaksian media.

Menurut Burhan Bungin, dalam menyiapkan materi konstruksi, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan:

a) Keberpihakan media terhadap kapitalisme. Maksudnya adalah baik

dari segi pemilik, ideologi ataupun orientasi perusahaan, media selalu mengedepankan untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya.

b) Keberpihakan semu kepada masyarakat. Maksudnya adalah media

seolah-olah bersikap simpati, empati, kepada masyarakat namun tetap

saja tujuan utamanya adalah untuk ‘menjual berita’ dengan

memanfaatkan peristiwa yang dapat menyentuh perasaan.

25

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 203-212

26


(33)

c) Keberpihakan kepada kepentingan umum. Pada dasarnya hampir semua media memiliki visi untuk membela kepentingan publik, namun lagi-lagi pada praktiknya, tujuan itu bergeser demi memperoleh profit. Penjelasan di atas memberi gambaran bahwa dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa memposisikan diri pada tiga hal tersebut. Namun semuanya sering didominasi untuk kepentingan kapitalis.

2. Tahap sebaran konstruksi27

Yang dimaksud pada tahap ini adalah bagaimana media melakukan sebaran informasi kepada khalayak, sehingga berita atau informasi dapat sampai

kepada khalayak tepat waktu. Prinsip utama dari sebaran ini adalah ‘real-time’,

yaitu aktualisasi dari sebuah beita dan kecepatan penyampain kepada khalayak. Dalam melakukan sebaran ini, media perlu memiliki pembidikan yang tajam terhadap audiens, mana berita atau informasi yang sesuai dengan mereka, sehingga audien tidak memiliki pilihan lain dalam menerima informasi.

3. Tahap pembentukan konstruksi28

Ada dua tahap dalam pembentukan konstruksi media, antara lain:

a) Tahap pembentukan konstruksi realitas

Setelah berita sampai kepada masyarakat, maka terjadi pembentukan

konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap; pertama, konstruksi realitas

pembenaran, artinya media dalam membentuk informasi harus bisa meyakinkan

27

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi

Komunikasi Masyarakat, h.207-208.

28

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi


(34)

publik akan kebenaran berita. Kedua, kesediaan khalayak untuk dikonstruksi oleh

media. Dan Ketiga, sebagai pilihan kosumtif, di mana individu telah memiliki

ketergantungan terhadap media.

b) Tahap konstruksi citra

Dalam tahap ini terdapat dua model yang dibentuk media: pertama, good

news, yaitu berita yang dikonstruksi sebagai pemberitaan yang baik. Dan kedua, bad news, yaitu media mengkonstruksi sebuah berita dengan memberikan citra buruk kepada objek berita. Disadari atau tidak, bahwa setiap pemberitaan memiliki tujuan tersendiri dalam pencitraan sesuatu.

4. Tahap konfirmasi

Tahap ini adalah tahap di mana media massa memberikan suatu alasan atau argumentasi mengapa media melakukan proses konstruksi sosial. Begitu juga dengan pembaca atau pemirsa, mengapa pikiran mereka bersedia untuk

dikonstruksi oleh media massa.29

C. Teori Hierarki Pengaruh

Media massa merupakan gambaran sederhana dari sebuah dunia dan sekitarnya, jika menyaksikan sendiri sebuah kejadian lalu membaca atau melihat sebuah cerita itu dalam sebuah berita. Banyak kesamaan yang akan kita temukan antara apa yang telah kita lihat dengan apa yang media laporkan. Secara langsung itu adalah hasil dari sebuah proses sederhana tentang isi media massa.

29

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan diskrusus Teknologi


(35)

Antara berita dan hiburan keduanya dibentuk, dilindungi dan dipaksa oleh kekuatan beberapa orang. Sebuah kenyataan yang ditayangkan oleh sebuah media di dunia kadang-kadang sangat berbeda. Kadang-kadang dua media menayangkan satu kejadian pada versi yang sama, namun sewaktu-waktu berbeda.

Misalnya sebuah laporan tentang konflik menunjukkan kepada khalayak bahwa bagaimana sebuah isi media diproduksi, menunjukkan tentang sebuah kekuatan isi media massa yang dapat memberikan tekanan, peringatan, dan pukulan kepada semua orang.

Sebuah teks atau gambar merupakan wajah dari karakteristik sebuah media, informasi-informasi yang didapat oleh wartawan tersebut mengalami sebuah proses penggodokan hingga akhirnya menjadi sebuah berita yang siap untuk dikonsumsi oleh pembaca. Banyak faktor yang menentukkan hingga terjadinya sebuah berita.

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese membuat lima bagian yang mempengaruhi isi media. Lihat gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Media Content in Hiererchical

Model3 0

30

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of

Influences On Mass Media Content, (New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996), h. 64.


(36)

Model Hierarki ini menjelaskan bahwa terdapat lima lapisan atau level yang mempengaruhi isi sebuah media, yakni level individu, level rutinitas media, level organisasi, level luar media dan terakhir level ideologi media.

Faktor pertama, level individu. Adalah pengaruh individu-individu pekerja media, sebuah informasi tentu sangat dipengaruhi oleh individu-individu yang

berperan di dalamnya, background personal maupun profesional. Latar belakang

pendidikan, sosial ekonomi, kebudayaan, jenis kelamin, umur maupun ideologi keyakinannya mempengaruhi sudut pandang pemberitaan dalam menyajikan sebuah berita. Sebagai contoh realitasnya adalah wartawan Indonesia tentu berbeda pandangan dengan wartawan Arab Saudi mengenai peliputan kekerasaan TKW dan sebagainya.

Level kedua, level rutinitas media, selain faktor individu, apa yang dihasilkan oleh sebuah media dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan rutinitas media tersebut. Berupa rapat redaksi, waktu deadline, keterbatasan tempat, maupun struktur penulisan dan lain sebagainya.

Istilah routine sendiri menunjukkan kepada praktek-praktek dan

bentuk-bentuk terpola, serta berulang-ulang secara teratur yang digunakan oleh pekerja media untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka, rutinitas dalam media diperlukan untuk memastikan bahwa sistem media akan bertindak dalam cara-cara predictable dan tidak mudah dilanggar.31

Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita.

31

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, h. 105.


(37)

Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengolah media yang berada di dalamnya.

Level ketiga, pengaruh organisasi. Kebijakan-kebijakan perusahaan tentu memiliki peran penting terhadap isi yang dihasilkan media. Dalam organisasi media massa terdapat bagian direksi, bagian redaksi, bagian manajemen, iklan dan pemasaran, sirkulasi, bagian umum dan lain sebagainya.

Pengertian organisasi pengolahan media massa sendiri adalah sekumpulan orang bertekad untuk bekerja sama guna mencapai satu tujuan yang telah disetujui

bersama yakni menyajikan informasi secara periodik melalui media massa.32

Pengolahan yang dilakukan secara bersama-sama ini menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk kepentingan bersama.

Seperti pemberitaan Harian Umum Republika tidak terlepas dari campur tangan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia).

Level keempat, level luar media. Yaitu media saingan, setiap media selalu memperhatikan media lain untuk membandingkan berita-berita apa saja yang diterbitkan media tersebut. Hal ini berkaitan dengan saingan pasar dan pemberitaan yang diangkat dalam sebuah media juga berpengaruh terhadap situasi yang terjadi di luar.

Termasuk pengaruh dari luar organisasi media, ini mencakup lobi dari kelompok penting terhadap isi media. Kelompok penyaing tersebut berasal dari

praktisi public relation dan pihak pemerintahan yang membuat

peraturan-peraturan di bidang pers.

32

JB Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik; Pengetahuan Praktis Bidang Kewartawanan,


(38)

Dalam level ini, terdapat faktor yang erat kaitannya dengan isi berita, yakni sumber informasi. Seperti kelompok minat tertentu, kampanye hubungan masyarakat dan organisasi itu sendiri, sumber penghasilan seperti iklan dan audiens, institusi sosial lainnya seperti bisnis dan pemerintahan serta kondisi

ekonomi dan teknologi.33

Kasus kekerasaan TKW berlangsung lama dan seperti tidak ada respon dari pemerintah. Harian Umum Republika sebagai koran yang sangat kental

mempresentasikan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar berada di garis depan

secara intens dam menyampaikan informasi ke masyarakat dibandingkan dengan media nasional lainnya, bahkan masalah ini juga menyeret kepentingan politik dan lintas Negara, Harian Umum Republika menginformasikan pendapat dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah Arab Saudi.

Level kelima, pengaruh ideologi media. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohensif yang mempersatukan di dalam masyarakat.

Ideologi dalam suatu media maksudnya adalah apa saja yang diyakini oleh kelompok tertentu atau nilai-nilai yang dianut oleh media massa dalam memposisikan dirinya. Lebih jauh lagi, Althusser melihat bahwa ideologi terkadang menekankan bagaimana kekuasaan kelompok dominan dalam mengontrol kelompok lain. Ideologi adalah hasil rumusan dari individu-individu tertentu mengenai suatu hal. Maka tak heran jika makna tersirat dari suatu media merupakan nilai dasar dari media tersebut.

33

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, h. 154


(39)

Sikap umum dari Harian Umum Republika yang menekankan visi

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar serta membela, melindungi dan melayani

kepentingan umat, terlihat jelas dari isi berita yang bisa berpihakan terhadap masyarakat.

D. Analisa Wacana

1. Pengertian Analisa Wacana

Istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan dari perkaitan

bahasa Inggris discourse, kata discourse inipun berasal dari bahasa Latin

discursus, dis: yang mempunyai makna dari. Dalam arah yang berbeda dan currere: yang mempunyai makna lari, sehingga berarti kian kemari.34 Dalam salah satu kamus bahasa Inggris terkemuka disebutkan bahwa wacana adalah komunikasi buah pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan,

konvensasi atau percakapan.35

Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju

(dalam pembahasaan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya”. Dan

“komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur”.36

Dari definisi ini, wacana harus mempunyai dua unsur penting, yakni kesatuan (unity) dan kepaduan (coherence). Alex Sobur berupaya merangkum pengertian

wacana dari berbagai pendapat, ia memandang wacana sebagai “rangkaian ujar

atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang

34

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 20.

35

Sobur, Analisis Teks Media, h. 71.

36


(40)

disajikan secara teratur, sistematik, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk

oleh unsur segmental maupun non segmental bahasa”.37

2. Kerangka Analisis Wacana Teun A. Van Dijk a. Struktur Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan :

Pertama ,struktur makro. Ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat di amati dilihat dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.

Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.

Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diambil dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.

Menurut Van Dijk, meskipun terdiri dari atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan, dan saling mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh

kerangka teks pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai.38 Berikut akan

diuraikan satu per satu elemen wacana Van Dijk tersebut.

37

Sobur, Analisis Teks Media, hal. 11.

38

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2008), h. 225-226.


(41)

Tabel 2.1

Analisis Wacana Teun Van Dijk39

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen

Struktur Makro Tematik

Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita

Topik

Superstruktur Skematik

Bagaimana dan bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.

Skema

Struktur Mikro Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil di sisi lain.

latar, detail,

maksud, pra

anggapan, nominalisasi

Struktur Mikro Sintaksis

Bagaimana kalimat

(betuk,susunan) yang dipilih.

Bentuk kalimat,

koherensi, kata

ganti.

Struktur Mikro Stilistik

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.

Leksikon

Struktur Mikro Retoris

Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan .

Grafis, ekspresi,

metafora

1. Tematik40

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karenanya, ia sering disebut sebagai tema atau topik. Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.

39

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 228.

40


(42)

2. Skematik

Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik menunjukkan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang disembunyikan sebagai bagian dari strategi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan penempatan di bagian akhir. Agar terkesan kurang menonjol. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai bentuk dan skema

benar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul

dan lead. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan.41

3. Latar

Latar merupakan bagian dari berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan biasanya menulis latar belakang peristiwanya. Latar belakang tersebut menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dipakai di bagian awal sebelum opini wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa opininya itu memiliki alasan yang kuat.

Latar digunakan untuk menyediakan dasar hendak kemana teks dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, dimana wartawan menyajikan latar belakang dapat juga tidak, tergantung pada kepentingan mereka.

41


(43)

4. Detil42

Elemen ini berkaitan dengan kontrol informasi yang dilakukan seseorang. Komunikator akan mengekspos informasi yang merugikannya. Ini merupakan strategi wartawan mengemukakan sikap secara implisit. Hal ini akan menggambarkan pengembangan wacana yang dilakukan oleh media. Hal ini layak untuk dipertimbangkan sehingga efek yang muncul pada khalayak sudah dapat diprediksi.

5. Maksud

Elamen ini relatif identik dengan eleman detil, dimana elemen ini ditinjau dari informasi yang menguntungkan komunikator atau tidak, apabila menguntungkan akan diinformasikan panjang lebar namun apabila tidak menguntungkan akan direndam informasi itu. Elemen ini menonjolkan praktek berbahasa tertentu untuk menyampaikan maksudnya.

6. Pra-Anggapan

`Pernyataan pra-anggapan (oresupposition) merupakan pernyataan yang

digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pra-anggapan ini merupakan sebuah fakta yang belum terbukti kebenarannya terutama bila dikaitan dengan wacana yang sedang dikembangkan.

42


(44)

7. Pengingkaran43

Pengingkaran adalah suatu bentuk praktek wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menolak suatu gagasan meskipun pada mulanya terkesan menyetujui gagasan meskipun pada mulanya terkesan menyetujui gagasan tersebut. Pengingkaran ini biasanya ditandai dengan penggunaan kata tetapi, namun, akan tetapi, walaupun demikian, dan sejenisnya.

8. Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah pengertian sederhana dari prinsip yang berpolakan subjek-predikat-objek, bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataan. Dengan permainan pertukaran ini struktur kalimat bisa dibuat menjadi aktif maupun pasif.

9. Koherensi

Koherensi adalah jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang berbeda secara faktual dapat digabungkan sehingga kelihatan berhubungan. Koherensi ini berciri khas menggunakan kata penghubung (konjungsi). Kata penghubung inilah yang akan membentuk suatu koherensi yang diinginkan oleh wartawan.

43


(45)

10. Koherensi Kondisional

Koherensi kondisional ditandai dengan penggunaan anak kalimat yang berfungsi untuk menjelaskan induk kalimat sehingga ada atau tidak adanya anak kalimat itu tidak akan mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberi keterangan yang baik atau buruk terhadap suatu pernyataan. Penggunaan konjungsi juga lazim ditemui dalam bentuk ini.

11. Koherensi Pembeda

Kalau koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan atas dijelaskan, maka koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat seolah dibuat seolah-olah saling

bertentangan dan berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini.

12. Kata Ganti

Kata ganti adalah sebuah elemen yang digunakan untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan sebuah gambaran komunitas yang imajinatif. Dengan teknik ini komunikator menunjukkan posisinya di dalam suatu wacana. Seperti menggunakan kata kita, mereka, kami dan dia.


(46)

13. Leksikon44

Elemen ini digunakan untuk menandakan cara seseorang melakukan seleksi kata. Di antara beberapa kata itu seseorang dapat memilih diantara kata yang tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata-mata hanya karena kebetulan, tetapi pilihan itu merefleksikan ideologinya terhadap sebuah realitas.

14. Grafis

Elemen ini merupakan upaya penonjolan akan sesuatu hal yang dianggap penting dalam suatu teks. Misalnya ditandai dengan penggunaan huruf tebal, huruf miring, garis bawah, font yang lebih besar dari normal, caption, raster, grafik, gambar, angka tabel, foto, gambar dan sejenisnya, untuk memberikan efek kognitif, dimana ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga perhatian harus difokuskan padanya.

15. Metafora

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan. Metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Biasanya

44


(47)

menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, pribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci, semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.

b. Kognisi Sosial45

Selain menjelaskan analisis teks, dalam analisis wacana Van Dijk juga dijelaskan konsep tentang kognisi sosial. Kognisi sosial merupakan kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Dalam pandangan Van Dijk, untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi sosial dan konteks sosial.

Pendekatan kognisi sosial didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representatif kognisi sosial dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.

Dalam kerangka analisis wacana Van Dijk, perhatian bukan hanya pada teks, tetapi juga pada proses produksi teks tersebut. Yaitu perlu adanya penelitian mengenai kognisi sosial yaitu kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan ini berdasarkan pada asumsi, bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa dalam hal ini penulis

sebagai representatif darinya.46

45

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. h.259.

46


(48)

c. Konteks Sosial

Van Dijk merumuskan pengertian konteks sosial atau analisis sosial sebagai suatu usaha menganalisis bagaimana wacana berkembang dalam masyarakat, proses produksi, dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan. Analisis wacana pada model Van Dijk merupakan model penelitian analisis wacana yang tidak hanya menekankan pada analisis teks semata.

Dalam proses analisisnya terdapat bentuk analisis yang dinamakan konteks sosial. Analisis konteks sosial dapat dimaknakan sebagai bentuk analisis untuk melihat konteks atau latar belakang terbentuknya teks tersebut. Hal ini berkaitan dengan keadaan situasional yang terjadi pada saat tulisan atau sebuah teks ditulis.

Dalam pandangan ini, Van Dijk menyatakan bahwa wacana yang terdapat dalam sebuah teks adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga untuk meneliti teks tersebut, perlu mengetahui bagaimana

wacana tersebut diproduksi dalam masyarakat.47

C. Konsep Berita 1. Pengertian Berita

Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa

Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagaimana ada

yang menyebut dengan Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta

dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta,

“berita” berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia

47


(49)

terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian

atau peristiwa yang terjadi”. Jadi, berita dapat dikaitan dengan kejadian atau

peristiwa yang terjadi.48

Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita informasi yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita.

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan

pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang

ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu

churiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan

Negara sosiali. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective

organizer, a collective agitator, a collective propagandist.”49

Sedangkan pers Barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai

“barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang

dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe

bahwa “News is anything out of ordinary” (berita adalah segala sesuatu yang

tidak biasa).50

48

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 46.

49

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek (Bandung: Rosda, 2005), h. 32.

50

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, h. 33.


(50)

Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule mendefinisikan berita dengan mengungkapkan berita merupakan sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah

didengar sebelumnya.51

Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita

tidak dapat disebut berita.52

Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate yang

dikutip oleh AS Haris Sumadiria, menyatakan bahwa news atau berita adalah

sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecendrungan, situasi, kondisi, interpretasi yng penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada

khalayak.53

Pada Leksikon komunikasi, berita didefinisikan sebagai berikut:

1. Fakta atau gagasan yang dapat menarik perhatian orang banyak dan tepat

waktunya disiarkan.

2. Pernyataan yang bertujuan untuk memberitahu.

3. Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang disiarkan atau untuk

diketahui secara umum.54

51

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik : Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos,

1999), h. 108.

52

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Klam Indonesia, 2005), h. 55.

53

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, cet. Kedua 2006), h. 64.

54

Harimukti Kridaksana, (ed), Leksikon Komunikasi, (Jakarta: PT Pradya Paramita,


(51)

Kustadi Suhendang memandang berita sebagai laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa actual yang menarik perhatian orang

banyak.55

Robert Park membatasi berita sebagai laporan tentang peristiwa yang luar

biasa atau tidak terduga. Dennis Mc Quail mengatakan “semua peristiwa yang

dilaporkan sebagai berita yang bersifat luar biasa atau paling sedikit tak terduga

sebagai syarat yang paling penting ketimbang ‘signifikan nyata’ berita sendiri”.56

2. Nilai Berita

Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta adalah berita. 57 Ada

faktor-faktor tertentu mengapa berita ini layak dipublikasikan sedangkan berita itu tidak, berita memiliki beberapa kriteria nilai apa saja yang lazim dipakai dalam memilih berita.

Menurut Downie JR dan Kaiser yang dikutip Septiawan Santana K, nilai berita merupakan istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikongkretkan. Nilai berita juga menjadi rumit bila dikaitkan dengan

sulitnya membuat konsep berita.58

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat menjelaskan nilai-nilai berita sebagai berikut:

55

Kustandi Suhendang, Pengantar Jurnalistik; Seputar Organisasi, Produk, dan Kode

Etik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 103.

56

Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga,

1996), h.190.

57

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, h. 63.

58

Septiawan Santana K, Jurnalistik Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,


(52)

a. Aktualisasi (Timelinness), bagi sebuah surat kabar, semakin actual berita-beritanya, semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya.

b. Kedekatan (Proximity), peristiwa yang mengandung unsure kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Unsur kedekatan ini tidak harus dalam pengertian fisik, tapi juga bisa kedekatan emosional, misalnya kondisi korban tenaga kerja wanita TKW yang mengalami kekerasaan dan penganiayaan di Arab Saudi akan menggugah masyarakat di Indonesia meski secara fisik letak negara sangat jauh. c. Keterkenalan (Prominence), kejadian yang menyangkut tokoh terkenal

(prominent names) memang akan banyak menarik pembaca,

”personals make news” dan “news about prominent persons make copy” (“tokoh membuat berita” dan”tokok-tokoh terkenal membuat

naskah berita”). Misalnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

terjatuh ketika bermain Sepak Bola, bisa menjadi berita, tetapi kalau hal serupa dialami oleh orang sipil meski bernama sama, tak banyak orang yang menghiraukannya. Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja, tapi bisa juga tempat-tempat terkenal, peristiwa-peristiwa terkenal, tanggal-tanggal terkenal dan situasi-situasi terkenal memiliki pula nilai berita yang tinggi.

d. Dampak (Consequence), ungkapan bahwa berita adalah sejarah dalam keadaannya yang tergesa-gesa, pentingnya mengukur luasnya dampak dari suatu peristiwa. Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap masyarakat. Untuk mengukur luasnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa ini juga dapat dilakukan dengan mengajukan oleh suatu pertanyaan, berapa banyak manusia yang terkena dampak? Seberapa luas? Dan berapa lama? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan menentukan apakah kita menghadapi berita besar atau berita biasa. e. Human Interest, dalam berita human interest terkandung unsur yang

menarik empati, simpati, atu menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Tidak ada satu pun berita bisa dimuat dalam surat kabar

kecuali berita itu memiliki unsur human interest.5 9

Sedangkan menurut Luwi Ishawara, peritiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita yakni:

a. Konflik, kebanyakan konflik adalah berita. Konflik fisik seperti perang adalah layak berita karena adanya kerugian dan korban. Kekerasan itu sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Asep Saeful Muhtadi menyatakan sesuatu

pergolakan memang selalu menimbulkan perhatian masyarakat.60

b. Kemajuan dan bencana, menurutnya dari konflik biasanya muncul pihak yang menang dan pihak yang kalah. Demikian pula berita bencana alam seperti tsunami di Aceh, banjir yang melanda perkotaan maupun pedesaan, dan lain-lain.

59

Hikmat Kusumuningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek, h. 61.

60


(53)

c. Konsekuensi, semua peristiwa yang layak menjadi berita mempunyai konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya suatu rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang banyak adalah layak berita.

d. Kemasyhuran dan terkemuka, bahwa suatu nama bisa membuat berita

dan nama besar membuat berita lebih besar.

e. Saat yang tepat dan kedekatan, sebagai ukuran yang sangat diterapkan pada semua peristiwa dalam membedakan berita dari yang bukan berita.

f. Keganjilan, yakni kejadian atau peristiwa yang tidak biasa. g. Human interest.

h. seks, faktor ini umum untuk di pertimbangkan oleh para editor sebagai

nilai berita, bila dihubungkan dengan orang terkenal.61 Misalnya kisah

skandal seks mantan presiden AS Bill Clinton.

3. Proses Pencarian dan Teknik Penulisan Berita

Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut sebagai piramida terbalik. Piramida terbalik adalah pola gambaran yang memberikan gambaran bagaimana sebuah informasi yang terpenting berada di posisi paling atas dan semakin ke bawah informasi yang disajikan hanyalah penjelasan dari paragraf sebelumnya.

Manfaat dari pola piramid terbalik ini antara lain: pertama, nilai sebuah

berita dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang atau

detail sehingga publik dapat memahami apa maksud dari isi berita tersebut; kedua,

keterbatasan kolom atau ruang disurat kabar atau tabloid menyebabkan berita yang ditulis dalam pola piramida terbalik ini memudahkan redaktur atau editor untuk melakukan penyederhanaan panjang tulisan berita, dan biasanya pertama kali kalimat yang akan dihilanhkan/dipendekkan adalah kalimat atau paragraf

yang berada di kerucut bawah dalam pola piramida terbalik ini.62

61

Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2005), h. 53.

62

Suhaimi dan Rulli Nashrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN


(54)

Ganbar 2.2 Pola Pirtamida Dalam Penulisan Berita

Sangat Penting

Penting

Tidak Penting

Oleh karena itu, dalam menulis berita setiap jurnalis harus memikirkan

bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, when,

dan how atau bisa disebut dalam rumus 5W+1H dapat dimuat di paragraf-paragraf

terdepan. Sedangkan paragraf selanjutnya sampai akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau beberapa poin dalam rumusan

5W+1H.63

Selain kepandaian dalam membuat judul, dalam pola piramida terbalik ini

jurnalis mempertaruhkan beritanya di dalam lead atau teras berita. Ini dianggap

penting, karena lead merupakan paragraf pembuka yang mengantarkan khalayak

pembaca untuk masuk ke dalam penjelasan berita. Apabila lead tidak ditulis

dengan menarik, maka jangan berharap jika berita tidak akan dibaca.

F. Pengertian Kekerasaan

Sebelum melakukan penelitian secara mendalam tentang kekerasaan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya seorang istri dan pembantu rumah tangga, terlebih dahulu perlu dibahas pengertian tentang kekerasaan.

63


(55)

Soerjono Soekanto dan Pudji Santono dalam kamus kriminologi mendefenisikan violence (kekerasan; kejahatan dengan kekerasan) yaitu:

“Suatu istilah yang dipergunakan bagi terjadinya cedera mental atau fisik

kejahatan dengan kekerasaan sebenarnya merupakan bagian proses kekerasan, yang kadang-kadang diperbolehkan, sehingga jarang disebut sebagai kekerasan. Masyarakat biasanya membuat kategori-kategori tertentu mengenai tingkah laku yang dianggap keras dan yang tidak. Semakin sedikit terjadi kekerasan dalam suatu masyarakat, semakin benar kekhwatiran yang ada apabila kekerasan itu terjadi.”64

Pengertian kekerasan di atas, berarti bahwa kekerasaan secara mental atau fisik ada yang legal dan illegal. Kekerasan legal merupakan kekerasan yang diperbolehkan karena telah diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan seperti TNI yang menjalankan tugas di medan perang. Sedangkan kekerasan illegal merupakan kekerasan baik secara fisik maupun psikis yang bertentangan dengan peraturan.

Selanjutnya kekerasaan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah perbuatan perorangan atas sekelmpok orang yang menyebebkan cidera atau

matinya orang lain.65 Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan prilaku,

baik yang terbuka (overf) atau tertutup (covert) dan baik yang bersifat menyerang

(offensive) atau bertahan (devensive) yang disertai dengan penggunaan kekekuatan

kepada orang lain.66

64

Soerjono Soekarto dan Panjdi Santoso, Kamus Kriminolog, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 104.

65

Tim Penyusun Pusat Pembinaan, Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 425.

66

Rita Serena Kalibonso, Kejahatan itu Bernama Kekerasan dalam Rumah Tangga.


(56)

Undang-undang PKDRT menyebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan suami terhadap istri/pembantu rumah tangga, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga.67

Kekerasaan dalam rumah tangga adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan yang paling berbahaya. Hal ini lazim pada semua masyarakat. Dalam hubungan kekeluargaan di segala umur, perempuan menderita segala macam penderitaan, termasuk pemukulan, perkosaan, bentuk-bentuk lain

dari penyerangan seksual, mental yang dilakukan oleh sikap-sikap tradisional. 68

Neil Alan Weiner, dkk. Berpendapat bahwa kekerasan diartikan sebagai ancaman, usaha atau penggunaan kekuatan fisik yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang menimbulkan luka baik secara fisik maupun non fisik terhadap

orang lain.69 Sedangkan Harkristuti Harkrisnowo menyatakan, bahwa kekerasan

terhadap wanita atau perempuan adalah segala tindakan seseorang yang menyakiti seorang wanita atau perempuan baik secara fisik maupun psikologis maupun non fisik.70

67

Indonesia, Undang-Undang Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga,

UU No.23 thn 2004, pasal 1 ayat 1.

68

Rekomendasi Umum no. 19 Tentang Kekerasaan Terhadap Perempuan, Komite PBB

Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Pasal 16, h.14.

69

Aroma Elmina Martha, Perempuan Kekerasan dan Hukum (Yogyakarta: UII Perss,

2001), h.13-14.

70


(57)

Korban KDRT adalah orang yang mengalami kekerasan atau ancaman

kekerasan dalam lingkup rumah tangga,71 KDRT bisa dialami siapa saja selagi

masih dalam ruang lingkup rumah tangga. Lingkup rumah tangga dalam

Undang-Undang ini meliputi:72

1. Suami, istri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri).

2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud dalam angkat 1 karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan).

3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga).

Korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah perempuan, harus mendapat perlindungan dari Negara atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusian.

Namun, kekerasan yang selama ini terjadi di belahan dunia, dapat terjadi terhadap siapa saja, tidak memandang status pendidikan, agama, ras, ekonomi, sosial maupun budaya seseorang, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Kecendrungan kekerasan akan terjadi setiap saat selama manusia melakukan interaksi dengan manusia lainnya baik di rumah, tempat kerja maupun tempat umum. Persoalan kekerasan yang terjadi terhadap manusia, umumnya yang

71

Indonesia, Undang-Undang Tentang Penghapusan….,Pasal 1 Ayat 3.

72


(58)

menjadi perhatian masyarakat dunia adalah perempuan karena tidak terlepas dari kodratnya sebagai makhluk yang lemah dan rentan. Adapun pengertian lain dari

kekerasan terhadap perempuan menurut Omas Ihromi dkk, “adalah tindakan atau

sikap yang dilakukan dnegan tujuan tertentu sehingga dapat merugikan

perempuan baik secara fisik maupun psikis”.73

Sedangkan pengelompokan kekerasan terhadap perempuan dapat digolongkan yaitu:

1. Kekerasan dalam area domestik/hubungan intim personal: berbagai bentuk

kekerasan yang pelaku dan korbannya memiliki hubungan

keluarga/hubungan kedekatan lain, termasuk disini terhadap istri, penganiayaan terhadap pacar, bekas istri, tunangan, anak kandung dan anak tiri, penganiayaan terhadap orang tua, serangan seksual atau pemerkosaan oleh anggota keluarga.

2. Kekerasan dalam area publik: berbagai bentuk kekerasan yangterjadi di

luar hubungan personal lain. Dapat dimasukan disini berbagai bentuk kekerasan yang sangat luas cakupanya, baik yang dilakukan di tempat kerja, (dalam semua tempat termasuk untuk kerja-kerja domestic, misalnya baby sitter, pembantu rumah tangga, perawat orang sakit), di tempat umum (bus dan kendaraan umum, di pasar, restoran, tempat-tempat umum lain): di lembaga pendidikan: dalam bentuk publikasi atau produk dan praktik ekonomis yang meluas distribusinya (misalnya pornografi, perdagangan perempuan-perempuan, pelacuran paksa, dll) maupun bentuk-bentuk lain.

3. Kekerasan yang dilakukan oleh/dalam lingkup Negara: kekerasan secara

fisik, seksual atau psikologi yang dilakukan, dibenarkan, atau didiamkan atau dibiarkan terjadi oleh Negara dimanapun terjadinya. Dalam bagian ini

termasuk pelanggaran-pelanggaran hak asasi perempuan dalam

pertentangan antar kelompok, dalam situasi konflik bersenjata, berkait dengan antara lain pembunuhan, perkosaan (sistematis), perbudakan

seksual dan kehamilan paksa.74

73

Omas Ihromi, Sulistyowati Irianto dan Achie Sudiarti Luhulima, (ed), Penghapusan

Diskriminasi Trehadap Wanita (Bandung: Alumni, 2000), h. 267.

74

Achie Sudiarti Luhulima (ed), Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahanya (Jakarta: Pusat Kajian Wanita dan Jender UI, 2000), h. 13-14.


(59)

G. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara

Indonesia yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Keberadaan Pekerja Rumah Tangga (PRT) di kota-kota besar Indonesia dapat ditelesuri jauh ke belakang, masa kolonia tahun lalu. Tidak demikian halnya dengan pembantu rumah tangga (PRT) asal Indonesia yang bekerja di luar negeri (TKW-PRT), menurut kantor Depnakertrans, mereka baru muncul dalam gelombang besar migrasi buruh pada akhir tahun 1970-an. Data statistik TKW-PRT juga tidak tersedia secara khusus. Statistik Depnakertrans memasukkan mereka dalam kategori pekerja sektor informal, berbaur dengan jenis-jenis

pekerjaan pelayanan lainnya seperti pelayan toko, petugas kebersihan dan lain.75

1. Proses Perekrutan dan Kontrak Kerja

Ada dua jalur perekrutan TKW-PRT di Indonesia, yaitu:76

a. Melalui agen perekrutan baik agen resmi maupun tak resmi

b. Melalui secara langsung oleh majikan melalui kenalan, tetangga atau

TKW-PRT yang lain.

Agen perekrutan atau penyalur TKW-PRT yang tidak resmi pada umumnya tidak terdaftar resmi atau dalam bentuk yayasan kecil dengan organisasi

75

Laporan Indonesia kepada Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Migran, Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga (TKW-PRT) Indonesia, (Komisi Nasional Anti Kekerasaan terhadap Perempuan dan Solidaritas Perempuan: Indonesia 2003), h. 4.

76

Laporan Indonesia kepada Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Migran, Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga (TKW-PRT) Indonesia, h. 8.


(60)

yang sederhana. Fungsi mereka terbatas untuk menampung dan menyalurkan TKW-PRT. Tidak ada peraturan khusus yang mengawasi agen-agen ini.

Syarat yang diajukan majikan/pengguna jasa maupun agen rekrutmen menurut pengalaman para TKW-PRT tidak cukup rumit yaitu: cukup dengan memiliki kartu tanda penduduk, dapat berlaku jujur, tidak banyak permintaan kepada majikan, rajin bekerja, terampil dan sehat. Sebagian majikan meminta persyaratan lain, yaitu: mampu menggunakan alat-alat elektronik.

Proses penerimaan dan perekrutan Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri

dapat dilihat dalam sekema berikut ini seperti terdapat dalam buku Pemahaman

Tenaga Kerja di Indonesia karangan Muslimin MA. 77

77

Nur Iman Subono, (ed), Negara dan Kekerasan Terhadap perempuan, kerjasama


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Telephone/Fax. : (021) 7342728 / 74706580 Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Wabsite : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakwah@fdk.uinjakarta.ac.id

IDENTITAS ALUMNI

Wisuda Ke: 84 / Tahun Akademik: 2010/2011 Yang bertanda Tangan di bawah ini,

1. Nama : Fauziah

2. Nomor Pokok/NIM : 107051001615 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Maret 1988

5. Asal Alamat : Jl. Kangkung Rt. 0012/007 No 9 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

6. Alamat Sekarang : Jl. Kangkung Rt. 0012/007 No 9 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

7. Kode Pos : 12230

8. Telepon : 021-96226998

9. Jurusan/Program Studi : Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)

10. Judul Skripsi : Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasaan Tenaga Kerja Wanita Indonesia Di Harian Umum Republika (Edisi 22 November-25 November 2010)

11. Pembimbing : Dr. Suhaimi, M.Si. 12. Penguji 1 : Prof. Dr.H.Yunan Yusuf 13. Penguji 2 : Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. 14. Tanggal Lulus Ujian : 16 Juni 2011

15. IP/Yudisium : 3.45 16. Nomor & Tgl. Ijazah :

17. Pekerjaan : -

18. Alamat Pekerjaan : -

Jakarta, 16 Juni 2011

Mengetahui, Tanda Tangan Ybs,

Ketua Jurusan KPI

Fauziah Pas Foto 4 x 6


Dokumen yang terkait

Peranan Pengembangan Tenaga Kerja dalam Meningkatkan Prestasi Kerja pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan Selatan Branch Office

0 20 65

Peran Tenaga Kerja Wanita Indonesia Terhadap Pengembangan Wilayah Di Indonesia (Studi Kasus :...

0 19 2

Analisis wacana pemberitaan film Fitna karya Geert Wilders di Harian Umum Republika (edisi 29 MAret-04 April 2008)

1 6 120

KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI KOMITMEN ORGANISASI DAN IKLIM ORGANISASI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

0 6 19

HUBUNGAN WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWATI BERPERAN JENIS KELAMIN ANDROGINI DI PT. TIGA PUTERA ABADI PERKASA CABANG PURBALINGGA

0 4 11

Analisis Framing Pemberitaan Intimidasi Boyolali di Harian Solopos Edisi 18-25 Februari 2013 Pemerintah Dalam Konstruksi Media (Analisis Framing dalam Pemberitaan Intimidasi PNS Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali di Harian Solopos Edisi 18-25 Februa

0 1 16

ANALISIS KATEGORIAL CAMPUR KODE PADA WACANA “LHA ... DALAH !” DI HARIAN UMUM Analisis Kategorial Campur Kode pada Wacana Lha... Dalah! di Harian Umum Joglosemar Edisi Desember 2010.

0 1 13

PENDAHULUAN Analisis Kategorial Campur Kode pada Wacana Lha... Dalah! di Harian Umum Joglosemar Edisi Desember 2010.

0 1 6

Representasi Peristiwa Dan Institusi Negara Dalam Pemberitaan Saweran Untuk Gedung Kpk Di Harian Umum Media Indonesia: Analisis Wacana Kritis.

0 0 2

Representasi Sosok Tenaga Kerja Wanita (Tkw) Indonesia Dalam Wacana Berita Pada Harian Umum Utusan Malaysia Dan Harian Umum Kompas Indonesia (Kajian Analisis Wacana Kritis).

0 3 55