Alamat Yayasan Mitra Netra Tokoh-Tokoh Pendiri Yayasan Mitra Netra
dipastikan kesulitan yang ia hadapi saat itu, tanpa dukungan dari lembaga penyedia layanan seperti Mitra Netra
28
. Dari pengalaman pribadi beliau ketika menjalani masa studi di
perguruan tinggi yang sangat menekan itulah maka Pak Bambang turut mendorong pendirian Yayasan Mitra Netra di tahun 1991, dan sejak tahun
2001 beliau diminta menduduki jabatan Direktur Eksekutif hingga sekarang. Pengalaman sulit di masa awal menjadi tunanetra serta di saat
menempuh studi di jurusan Bahasa Inggris IKIP Jakarta telah memberikan inspirasi serta energi bagi Pak Bambang yang secara bertahap terus
mengembangkan ide-ide kreatifnya hingga menjadikan Mitra Netra seperti saat
ini yaitu
satu-satunya lembaga
yang menyediakan
dan mengembangkan layanan untuk tunanetra secara komprehensif, dan
menjadikan Yayasan yang dilahirkannya berfungsi sebagai lokomotif pendorong kemajuan tunanetra di negeri ini.
3. Nicoline N. Sulaiman
Perempuan berdarah asli belanda ini ibarat Ibu bagi Yayasan Mitra Netra. Hatinya tersentuh ketika ada seorang perempuan tunanetra
yang datang kepadanya dan ingin belajar bahasa Belanda. Saat itu pula, Nicoline yang biasa dipanggil Ibu Nina, yang juga merupakan guru
besar di Universitas Nasional bidang Bahasa Inggris, terkesan karena ada tunanetra di Indonesia yang berhasil menyelesaikan studi di perguruan
tinggi. Menurut beliau seharusnya ada lebih banyak tunanetra yang bisa
28
Data update 2011. www.mitranetra.or.id Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB.
berpendidikan tinggi. Untuk mewujudkan keadaan ini, tentu harus ada lembaga yang memberikan layanan pendukung untuk mereka. Dan,
Yayasan Mitra Netra adalah wujudnya. Akan tetapi Tuhan tidak mengijinkan Ibu yang telah
mendedikasikan sebagian harinya untuk para tunanetra ini mendampingi Mitra Netra saat Yayasan ini tumbuh pesat. Di tahun 1993 hanya dua
tahun setelah Mitra Netra dilahirkannya, sang Maha Pencipta memanggilnya, meninggalkan rasa kehilangan yang amat sangat pada
orang-orang yang telah bersamanya melahirkan Mitra Netra, serta para tunanetra yang dilayani oleh Mitra Netra. Sebelum beliau berpulang,
Nicoline telah memberikan amanah pada suami tercinta yaitu Sulaiman M. Sumitakusuma untuk melanjutkan perjuangan yang baru ia rintis di Mitra
Netra. Dan sepeninggal Nicoline, Pak Sulaiman kemudian melanjutkan tugas-tugas Ibu Nicoline menjadi penasehat Yayasan Mitra Netra
29
. 4.
Mariani Lusli Mimi nama panggilannya menjadi tunanetra pada usia 10 tahun.
Dan Mimi pulalah yang telah mengilhami Nicoline Sulaiman untuk mendirikan Yayasan Mitra Netra. Beliaulah tunanetra yang datang pada
Ibu Nicoline dan ingin belajar bahasa Belanda. Seperti halnya Pak Bambang Basuki, pengalamannya selama menjalani pendidikan tanpa
dukungan fasilitas dan layanan yang dibutuhkan telah mengilhaminya serta memberinya energi untuk bekerja bersama-sama Mitra Netra yaitu
29
Data update 2011. www.mitranetra.or.id Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB.
untuk menyediakan dan mengembangkan layanan pendukung pendidikan bagi tunanetra.
Karena kesibukannya di masyarakat, sejak tahun 2001 Mimi tidak lagi aktif di Yayasan yang didirikannya ini. Setelah menyelesaikan
masternya di Inggris, di tahun 2007 Mimi bergabung dengan Helen Keller InternasionalIndonesia HKIIndonesia yaitu sebuah organisasi asal
Amerika yang mempromosikan upaya-upaya pencegahan kebutaan di dunia termasuk Indonesia, dan sejak enam tahun terakhir organisasi ini
juga kembali aktif mempromosikan pendidikan inklusif untuk anak-anak tunanetra setelah sebelumnya di tahun 80an mereka merintis pendidikan
terpadu. Di lembaga ini, Mimi aktif mempromosikan sistem pendidikan inklusi untuk murid-murid berkebutuhan khusus termasuk murid
tunanetra
30
. 2.
Sidarta Ilyas Pak Prof, begitu beliau biasa di panggil di Mitra Netra. Beliau
adalah dokter spesialis ahli mata. Tapi beliau tidak seperti rekan sejawatnya, ibeliau memiliki kepedulian lebih pada para pasien yang
secara medis tidak lagi bisa disembuhkan artinya mengalami gangguan penglihatan permanen. Pak Bambang dan Bu Mimi adalah pasiennya. Dan
karena kepeduliannya itu, saat Bu Mimi dan Bu Nicoline mengajaknya mendirikan Mitra Netra, beliau menyambut gembira. Beliau berpendapat
bahwa orang-orang yang memiliki gangguan penglihatan permanen, baik
30
Data update 2011. www.mitranetra.or.id Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB.
buta total maupun lemah penglihatan masih dapat menjalani kehidupan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan bantuan khusus pada mereka untuk
membuat para tunanetra menjadi mandiri dan berfungsi di masyarakat
31
. Ketiadaan layanan dan sarana khusus yang tepat bagi tunanetra di
bidang pendidikan mengakibatkan tidak adanya kesamaan kesempatan melalui kesetaraan perlakuan bagi tunanetra di bidang tersebut. Kondisi inilah
yang menyebabkan sumber daya manusia tunanetra tidak dapat mengembangkan potensinya, sehingga sulit bersaing di dunia kerja, baik di
sektor formal maupun non formal. Dilatarbelakangi situasi inilah maka, pada 14 Mei 1991, Lukman
Nazir, Bambang Basuki, Mimi Mariani, Nicoline, Sidarta Ilyas dan beberapa sahabat yang lain bersepakat mendirikan Yayasan Mitra Netra. Para pendiri
Mitra Netra memiliki keyakinan bahwa: 1.
Tunanetra dapat menjalani kehidupan yang mandiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila diberikan:
o
Rehabilitasi yang dapat mengura ngi dampak kecacatannya,
o
Pendidikan dan latihan yang dapat mengembangkan potensinya,
o
Peluang kerja yang seluas-luasnya,
o
Serta sarana atau layanan khusus yang dibutuhkan. 2.
Tidak semua tunanetra dan keluarganya mampu menyediakan dan membiayai sendiri kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
lembaga yang membantu mengupayakannya untuk mereka.
31
Data update 2011. www.mitranetra.or.id Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB.
3. Untuk menjamin agar program yang diselenggarakan sesuai dengan
aspirasi tunanetra, maka, tunanetra harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan serta evaluasi suatu program. Para
tunanetralah yang paling mengerti dan memahami kebutuhan mereka. 4.
Untuk meringankan tantangan yang dihadapi, diperlukan sinergi antara tunanetra dengan sahabat-sahabat yang bukan tunanetra, serta antara Mitra
Netra dengan organisasi lain. 5.
Dengan menggunakan
pendekatan secara
inklusif yang
mengakomodasikan berbagai jenis perbedaan, perlakuan diskriminatif akan dapat dikurangi atau dihindari.