Proses Pembuatan Buku Bicara
Informan menjelaskan: “ Data yang sudah direkam kemudian diedit dalam format
Daisy yaitu menggunakan program Sigtuna untuk membuat struktur dan menggunakan program Sound Force atau Adoube
Edition untuk editan suara. Untuk DTB ini kami gunakan jenis Daisy Table Of Content Only artinya format yang hanya memuat
data dalam bentuk suara saja tidak menambah dengan teks lain karena jika dengan teks tentunya akan menambah biaya lagi untuk
membayar jasa pengetikan. Sedangkan untuk format audio sendiri kami gunakan MP3 dengan kapasitas 128 kbps, karna filenya lebih
kecil 13 dibandingkan dengan WAV. Sedangkan untuk isi CD kami buat 1 judul saja dalam 1 CD guna mempermudah dalam
penyimpanan ” .
53
4. Hasil Edit dimasukkan pada rak Buku Jadi
Pada tahap ini hasil edit dibuat dalam dua Copy yaitu 1 untuk master yang akan diperbanyak dan 1 untuk dipinjamkan dan jadi koleksi perputakaan. Pada
tahap ini juga buku diserahkan kembali pada bagian produksi untuk diperbanyak dan disebarkan.
5. Tahap Produksi
Pada tahap ini dilakukan perbanyakan yaitu CD master di copy pada CDR. Lalu CD diberi lable judul, pengarang, penerbit dan kategori. Untuk Produksi
sendiri perpustakaan Mitra Netra mampu menghasilkan 25-75 judulbulannya dan 14 ribu keeping CDtahunnya.
6. Prosedur dan Jadwal Pelaksanaan Program
Untuk prosedur program adalah mengikuti jadwal dan prosedur operasional perpustakaan. Selama perpustakaan beroperasi maka layanan
program buku bicara dapat dimanfaatkan oleh klien. Klien biasanya
53
Nur Ichsan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 11.00 WIB
memanfaatkan fasilitas program ini setelah selesai jam sekolah dan kampus dan bahkan di hari libur.
Informan Menyatakan: “ Biasanya saya ke perpustakaan setelah pulang dari sekolah,
kalau ada buku yang ingin dibuatkan untuk dibaca atau mengambil buku yang sudah jadi. Kalau hari libur kadang juga saya ke perpustakaan untuk
sekedar baca-baca komik dan buku- buku lainnya.”
54
7.
Pengembangan Teknologi Program
Dari awalnya Talking Book dalam bentuk analog kaset kemudian bertahap YMN khususnya bagian Litbang menambah fasilitas dan mengganti
komposisi analog dengan komponen yang lebih praktis yaitu Talking Book dalam format Digital Talking Book DTB. Format penyimpanan data yang
sebelumnya dalam bentuk kaset, kini ditransformasikan ke dalam kepingan CD. YMN juga memfasilitasi alat pemutar atau player DTB ini dengan
fasilitas yang lebih canggih dari sebelumnya. Informan menyatakan:
“ Kami akan terus mengembangkan teknologi untuk program DTB ini agar tunanetra akan semakin mudah menggunakan
program dan pada akhirnya akan terus membantu memenuhi kebutuhan yang diinginkan tunanetra. Pengalihan dari analog
menjadi Digital ini dimulai dari setelah 1 tahun saya di bagian Litbang tepatnya pada tahun 1998 pada waktu itu kami baru
mengenal DTB, kemudian tahun 20052006 baru DTB di realisasikan di YMN melalui program sosialisasi Daisy dan pada
waktu itu YMN menjadi member dalam Daisy Consortium dan program Daisy Far All yang diselenggarakan di tingkat asia
tenggara. Dari situ kami dihadiahkan 5 buah player, 2 Plextalk dan 3 buah Victor Raeder. Semua merupakan alat pemutar CD
dengan format standard Daisy “.
55
54
Senna Rusli, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 13.50 WIB
55
Nur Ichsan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 11.00 WIB
8. Pengembangan Produksi
Selain untuk tunanetra di Yayasan Mitra Netra, produksi DTB juga disebar ke berbagai daerah di nusantara. Ada 55 kota besar se Indonesia yang menjadi
target penyebaran kepingan CD ini. Selain memberikan CD, YMN juga memberikan player atau alat putarnya. Hal itu terus diupayakan di setiap
tahunnya. Upaya ini dilakukan untuk mengenalkan program Talking Book pada lembaga-lembaga yang belum mengetahui banyak tentang program itu.
Selain itu YMN juga membantu dan membina lembaga-lembaga yang mau menjalankan program ini di tempat mereka.
Informan menyatakan: “ Selain koleksi dibuat untuk dibaca di perpustakaan Mitra
Netra, kami juga menyebar Buku di beberapa kota di Indonesia, selama ini ada beberapa kota yang menjadi target kami yaitu
dimulai dari pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, sampai manado. Di pulau jawa yang terbanyak. Memang
masih belum merata tapi itu akan terus diupayakan dalam tiap
tahunnya selama kami masih memiliki biaya “.
56