hanya menggunakan tape recorder biasa, bahkan kadang-kadang hanya tape recorder kecil saja. Misalnya, Mimi Mariani yang pernah belajar di
IKIP Sanatadharma, dan memiliki kaset-kaset yang berisi rekaman buku- buku referensi yang pernah dipakainya dulu saat kuliah, kemudian
disumbangkan ke Mitra Netra, dengan pemikiran mungkin akan ada tunanetra yang membutuhkannya. Jika ada buku yang dibutuhkan
tunanetra dan tidak ada atau belum ada di kumpulan kaset-kaset tersebut, yang para pengurus lakukan adalah mengumpulkan kaset-kaset bekas
dari siapapun, lalu membacakan buku yang diperlukan tersebut dan merekamnya dengan menggunakan tape recorder biasa tidak ada studio,
apalagi alat perekam yang canggih. Jadi, bisa dipastikan bahwa di antara suara pembaca pada umumnya mereka adalah relawan volunteer, juga
terdengar suara-suara lain, suara motor, penjual baso atau mie ayam, mobil, guntur, hujan, dan sebagainya. Tapi, dari buku bicara yang
sederhana itu, Mitra Netra telah melahirkan beberapa sarjana tunanetra
37
.
2. Produksi Analog Talking Book Kaset dan Digital Talking Book CD
di Yayasan Mitra Netra
Analog talking book atau buku bicara yang tradisional adalah sebuah gambaranperwakilan dalam bentuk analog dari sebuah cetakan terbitan
atau sebuah buku
38
.
37
Data update 2011. www.mitranetra.or.id Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB.
38
www.DAISY.org Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB.
a. Produksi Analog
Talking Book Kaset
Tujuan penyelenggaraan produksi buku bicara pada awalnya adalah untuk menyediakan buku yang aksesibel dapat dijangkau bagi tunanetra
di Jakarta yang menempuh jalur pendidikan terpadu. Produksi buku bicara ini diawali dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana, yakni
home-used tape recorder dan kaset-kaset bekas. Komitmen dan dedikasi yang tinggi yang dirujukkan Yayasan Mitra Netra dalam penyelenggaraan
program ini, menarik perhatian donor agent lembaga pemberi dana untuk memberikan dukungan finansial, sehingga akhirnya Yayasan Mitra Netra
dapat memiliki studio rekaman dengan peralatan yang lebih modern. Adapun tahap-tahap pembuatan buku bicara yang berbentuk kaset
seperti tersebut dibawah ini. Tahap pertama, buku-buku yang dibacakan pada saat yang
bersamaan direkam kedalam kaset master. Pada tahap ini, selain melibatkan staf Yayasan sebagai pembaca, juga melibatkan
relawan pembaca dari kalangan masyarakat luas Tahap kedua, melakukan koreksi terhadap hasil rekaman tersebut.
Tahap ketiga, melakukan penggandaan kaset sesuai dengan kebutuhan dan pemberian sampul kaset, selanjutnya siap untuk
digunakan. Ada pun kelemahan mendasar pada buku bicara yang berbentuk
kaset ini yaitu :