66
sang pelaku jika ia menghendakinya. Tindak pidana qishas meliputi pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, penganiayaan sengaja,
penganiayaan tersalah.
102
c. Tindak pidana takzir
Tindak pidana takzir dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak pidana yang hukumanya belum ditentukan oleh syara’ tetapi sepenuhnya
diserahkan atau ditentukan oleh hakim atau ulul amri.
103
Yang dimaksd dengan takzir
ialah ta’dib, yaitu memberi pendidikan pendisiplinan. Hukum Islam tidak menentukan macam-macam hukuman untuk tiap-tiap tindak
pidana takzir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling ringan sampai ke yang paling berat. Tindak pidana takzir meliputi
tindak pidana hudud, qishas, diyat yang syubuhat, atau tidak memenuhi syarat tetapi sudah merupakan maksiat. Kemudian tindak pidana yang telah
ditentukan oleh Al- Qur’an dan Al-Hadist, namun tidak ditentukan sanksinya.
Selanjutnya tindak pidana yang ditentukan oleh ulil amri untuk kemaslahatan umat.
Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-hukuman yang sesuai dengan macam tindak pidana takzir serta keadaan si pelaku, singkatnya
hukuman tindak pidana takzir tidak mempunyai batasan tertentu. Meskipun demikian, hukum Islam tidak memberi wewenang kepada penguasa atau
hakim untuk menentukan tindak pidana setengah hati, tetapi harus sesuai
102
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum Pidana Islam Jild 1, h. 100.
103
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam Jakarta: Sinar Grafindo, 2005, h. 249.
67
dengan kepentingan masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan nash ketentuan serta prinsip umum hukum Islam. Dari keterangan di atas, jelaslah
bahwa tidak ada satu kejahatanpun yang tidak dikenakan sanksi hukuman.
104
Maksud pokok hukuman adalah untuk memelihara dan mewujudkan kemaslahatan manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang mafsadah.
Sebagaimana tujuan utama dari penetapan dan penerapan hukuman dalam syariat Islam adalah sebagai pencegahan perbuatan jarimah, perbaikan dan
pendidikan.
105
Macam-macam hukuman dalam hukum pidana Islam dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama, yaitu hukuman yang didasarkan atas pertalian
antara satu hukuman dengan hukuman yang lainnya. Dalam hal ini pula terdapat empat macam hukuman yakni:
1 Bentuk hukuman pokok uqubah asliyyah atau hukuman asal adalah
hukuman yang diberlakukan dan dijatuhkan terhadap suatu jarimah atau kejahatan yang aturanya telah diatur secara jelas oleh Al-
Qur’an. 2
Bentuk hukuman penganti uqubah badaliyyah yakni hukuman yang mengantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena alasan yang sah. 3
Hukuman tambahan uqubah tabaiyyah yakni hukuman yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan sendiri.
104
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum Pidana Islam Jild 1, h. 100.
105
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, h. 137-138.