Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
bumi ini oleh anak Adam, Qabil pada waktu ia membunuh Habil, saudaranya sendiri. Demikianlah seterusnya kekerasan demi kekerasan dalam berbagai
bentuknya mengancam jiwa manusia yang dilakukan oleh dan terhadap anak-anak manusia itu sendiri berlangsung terus hingga sekarang.
2
Adapun perbuatan tindak pidana dapat berupa pelanggaran atau kejahatan, yang dimaksud dengan perbuatan tindak pidana adalah perbuatan yang
oleh aturan-aturan hukum dilarang dan diancam dengan hukuman pidana bagi masyarakat yang tidak mentaati dan melanggar aturan tersebut.
3
Perbuatan tindak pidana ditinjau dari objek kejahatannya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Kejahatan terhadap benda-benda sebagai objek hukum;
2. Kejahatan yang berhubungan dengan subjek hukum yaitu tubuh dan nyawa
seseorang. Kejahatan adalah suatu fenomena sosial yang terjadi pada setiap waktu
dan tempat, kehadirannya di bumi ini dapat dianggap setua dengan umur manusia dengan banyaknya pemberitaan tentang kejahatan khususnya dalam hal
pembunuhan dan perbuatan anarki dan perbuatan sadisme, bertambahnya tingkat kejahatan tersebut terjadi dikarenakan banyaknya kekurangan sarana dan pra
sarana yang dapat menghambat perkembangan kejahatan. Pembunuhan dalam
2
JE. Sahetapy, Viktimologi Sibuah Bangsa Bunga Rampai Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987, cet. ke-1, h. 35-36.
3
Bambang Purnomo, Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, h. 130.
3
bahasa Indonesia diartikan dengan prosis, perbuatan atau cara membunuh.
4
Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh sesorang dan atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan atau beberapa orang
meninggal dunia. Apabila diperhatikan dari sifat perbuatan seseorang dan atau beberapa orang dalam melakukan pembunuhan, maka dapat diklasifikasikan atau
dikelompokkan menjadi: disengaja amd, tidak disengaja khata, dan semi disengaja syibhu al-amd.
5
Jadi dalam Islam pemidanaan dapat berfungsi sebagai pencegahan dan juga perbaikan, dan lain halnya dengan hukum pidana positif yang hanya
mengancam dengan hukuman dan menghukumnya. Oleh karena itu kita membutuhkan suatu tatanan hukum untuk memperbaiki keseimbangan suasana
dengan mengadakan suatu aturan hukum yang disepakati bersama dalam menutup kebobrokan moral dengan hukum yang tegas dan lugas dalam menyikapi suatu
persoalan hukum.
6
Pada saat ini kejahatan merajalela di mana-mana, dan sudah tidak menjadi rahasia lagi, terutama di kota-kota besar di Indonesia khususnya kota metropolitan
Jakarta banyak atau sering terjadi tindak pidana yang dilakukan oleh lebih dari satu orang atau secara beramai-ramai. Khususnya dalam tindak pidana
pembunuhan yang akan penulis bahas, banyak sekali dilakukan oleh lebih dari
4
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 136.
5
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 24.
6
Topo Santoso, Mengagas Hukum Pidana Islam Bandung: As-Syamil, 2000, h. 190.
4
satu orang, yang disebut dengan “penyertaan dalam tindak pidana“ sesuai
dengan pasal 340 KUHP pasal 55 ayat 1. Dalam kasus pembunuhan telah banyak terjadi di Jakarta khususnya di
daerah Jakarta selatan, di catatan pengadilan negeri Jakarta Selatan dimulai dari bulan Januari hingga bulan April telah tercatat ada 1 kasus tehadap kejahatan
terhadap nyawa dan 2 kasus kejahatan yang menyebabkan kematian. Di antara kasus-kasus yang ditangani oleh pengadilan Jakarta selatan di antaranya adalah
kasus pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen direktur PT. Rajawali Sakti yang dilakukan oleh Antasari Azhar.
Dalam kasus pembunuhan berencana, yang merupakan tindakan kejahatan yang mengancam eksistensi jiwa dan nyawa seseorang. Tindakan tersebut
merupakan tindakan kejahatan yang bisa menggoncang stabilitas keamanan terhadap jiwa dan nyawa masyarakat. Oleh karena itulah, Al-Q
ur’an melarang keras tindakan kejahatan tersebut dan menegaskan ancaman hukuman secara rinci
dan berat atas diri pelanggarnya.
7
Dalam kejahatan tersebut bukan hanya dilakukan seseorang saja tetapi banyak dilakukan oleh lebih dari seseorang, ada
yang merencanakan, ada yang menyuruh, ada yang melakukan langsung atau lainnya, baik terlibat langsung maupun tidak langsung. Dalam
Qur’an Surat Al- Maidah Allah swt. tegas melarang umat manusia untuk saling tolong menolong
dalam kejahatan.
8
7
Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek Dan Tantangan Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, cet. ke-1, h. 108.
8
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin Jilid 1 Jakarta: Pustaka Amani, 1999, h. 200.
5
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sidang mereka mencari
kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
kepada sisuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. Dan tolong-
menolonglah
kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sisungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. ” QS. Al-Maidah5 : 2
Ketentuan penyertaan yang dibentuk dan dimuat dalam kitab undang- undang hukum pidana yang bertujuan agar dapat dipertanggung-jawabkan dan
dipidana orang-orang yang terlibat dan mempunyai andil baik secara fisik objektif maupun psikis subjektif. Pembentuk undang-undang merasa perlu
membebani tanggung jawab pidana dan yang sekaligus besarnya bagi orang-orang yang perbuatannya semacam itu, untuk menjadi pegangan hakim dalam
menjatuhkan pidana. Orang-orang yang terlibat dalam kerja sama untuk mewujudkan tindak
pidana, perbuatan masing-masing dari mereka berbeda antara satu dengan yang
6
lain, dari perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing itu terjalinlah suatu hubungan yang sedemikian eratnya, di mana perbuatan yang satu menunjang
perbuatan yang lainnya, yang semuanya mengarah pada satu tujuan yaitu terwujudnya tindak pidana.
9
Perampasan nyawa orang lain merupakan tindak pidana yang mengambil kebebasan seseorang untuk hidup.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana tindak pidana pembunuhan berencana, dan bagaimana
tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan dengan penyertaan dan bagaimana pandangan hukum pidana Islam tentang tindak pidana pembunuhan
berencana yang dilakukan dengan penyertaan yang ditulis dalam sebuah skripsi dengan judul:
“PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF: Kajian Yurisprudensi
No. 1429 KPID2010