Menurut Hukum Positif Unsur-Unsur Tindak Pidana

20 1 Unsur Tindak Pidana Menurut Beberapa Teoritisi  Menurut moeljatno, unsur tindak pidana adalah: a. Perbuatan; b. Yang dilarang oleh aturan hukum; c. Ancaman pidana bagi yang melanggar larangan.  Menurut R. Tresna, tindak pidana terdiri dari unsur sebagai berikut: a. Perbuatanrangkaian perbuatan manusia; b. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; c. Diadakan tindakan penghukuman atau sanksi.  Menurut Apeldoorn elemen atau unsur delik itu terdiri dari elemen objektif yang berupa adanya suatu tindakan yang bertentangan dengan hukum onrecht matigwederrechttelijk dan elemen subjektif yang berupa adanya seorang pembuat dader yang mampu bertanggungjawab atau dipersalahkan toerekeningsyat baarheid terhadap kelakuan yang bertentangan dengan hukum. 29 Di samping itu pula ada yang membagi unsur tindak pidana secara terperinci, dan ini didasarkan atas susunan dari tiap-tiap tindak pidana yang bersangkutan, sehingga secara alternatif setiap tindak pidana harus mempunyai unsur yang pada umumnya sesuai dengan luasnya isi rumusan tindak pidana yang pada umumnya sesuai dengan luasnya isi rumusan 29 L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum Jakarta: Pradya Paramita, 1978, cet. ke-15, h. 338-339. 21 tindak pidana yang berkembang dalam ilmu pengetahuan. Kemudian dalam hal menentukan pembagian perincian unsur-unsur dalam suatu tindak pidana tidak terdapat kesatuan doktrin dari para ahli. Dari unsur yang telah dikemukakan oleh para ahli hukum di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu tindak pidana harus memiliki unsur- unsur yang terdiri dari: a Subjek; b Kesalahan; c Sifat melawan hukum; d Suatu tindakan yang diancam dengan hukuman atau sanksi. 2 Unsur Tindak Pidana dalam Rumusan Undang-Undang Buku II KUHP memuat rumusan perihal tindak pidana tertentu yang masuk dalam kelompok kejahatan, dalam buku III adalah pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu disebutkan dalam setiap rumusan, ialah mengenai tingkah lakuperbuatan. Unsur kesalahan dan melawan hukum terkadang dicantumkan, dan seringkali juga tidak dicantumkan. Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP, maka dapat diketahui adanya 8 unsur tindak pidana, yaitu: a Tingkah laku; b Melawan hukum; c Kesalahan; 22 d Akibat konstitutif; e Keadaan yang menyertai; f Syarat tambahan untuk dapat dituntut pidana; g Syarat tambahan untuk memperberat pidana; h Syarat tambahan untuk dapatnya dipidana. 30

3. Pembagian Tindak Pidana

a. Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam seperti telah disebutkan sebelumnya tindak pidana disebut dengan jarimah. Menurut cara meninjaunya jarimah dapat dibedakan menjadi: 1 Dilihat dari segi berat ringanya hukuman jarimah dibagi menjadi tiga, yaitu: jarimah hudud, jarimah qishas diyat dan jarimah takzir. 2 Dilihat dari segi niat si pelaku, jarimah dibagi menjadi: sengaja dan tidak sengaja. 3 Dilihat dari cara mengerjakan, jarimah dibagi menjadi positif dan negatif. 4 Dan dari segi yang menjadi korban, jarimah dibagi menjadi jarimah perseorangan dan jarimah masyarakat. 31 30 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. I Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. ke-1, h. 81-82. 31 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005, h. 7. 23 1 Jarimah: Hudud, Qishas Diyat dan Takzir a Jarimah Hudud Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Adapun pengertian hukuman had sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah, adalah: “hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara dan merupakan hak Allah SWT”. 32 Oleh karena hukuman had itu merupakan hak Allah, maka hukuman tersebut tidak dapat digugurkan oleh perseorangan korban atau pihak keluarga atau oleh masyarakat yang diwakili oleh Negara. Yang termasuk dalam jarimah hudud ada tujuh macam, yaitu: 1. Zina; 2. Qadzaf atau menuduh berzina; 3. Syurbul khamar atau meminum minuman keras; 4. Pencurian; 5. Hirabah atau perampokan; 6. Riddah atau murtad; 7. Jarimah pemberontakan. 32 Abdul Qadir Audah, Al- Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998, h. 79.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

0 13 21

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

Tindak pidana penyertaan pembunuhan Perspektif hukum islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 k/pid/2012)

0 6 116

SKRIPSI Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 4 14

PENDAHULUAN Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

0 2 14

OVERMACHT DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 7 21

KAJIAN TERHADAP ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DAN TERDAKWA DALAM PERKARA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Nomor : 1429 K/Pid/2010).

0 0 13

BAB IV PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Remisi dalam Hukum Positif - PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDAN

0 0 50

Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Perbandingan Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Mengenai Pembunuhan Berencana - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89