Menurut Hukum Positif Kualifikasi Pembunuhan

57 b. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa seorang anak yang sedang atau belum lama dilahirkan. c. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa seorang anak yang masih dalam kandungan. 85 Di sini akan dijelaskan kejahatan terhadap nyawa manusia yang dilakukan dengan sengaja dan yang dilakukan dengan kealpaan. Pembunuhan sengaja adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain, kematian itu dikehendaki oleh pelaku. Dalam KUHP pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja, dikelompokan ke dalam beberapa jenis, antara lain: a. Pembunuhan biasa; b. Pembunuhan terkwalifikasi; c. Pembunuhan yang direncanakan; d. Pembunuhan anak; e. Pembunuhan atas permintaan si korban; f. Pembunuhan diri sendiri; g. Mengugurkan kandungan. 86 Di bawah ini akan dijelaskan ketujuh macam pembunuhan tersebut. a. Pembunuhan biasa Pembunuhan biasa ini terdapat dalam pasal 338 KUHP, yang berbunyi: “barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain 85 M. Amin Suma, dkk, Hukum Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan Tantangan Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, h. 144. 86 M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP Bandung: Remaja Karya, 1986, cet. ke-2, h. 121. 58 dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. 87 Istilah “orang lain” dalam pasal 338 itu, maksudnya adalah bukan dirinya sendiri, jadi terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal, meskipun pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak, ibu, atau anak sendiri. Dalam pembunuhan biasa, harus terpenuhi beberapa unsur: 1 Bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, ditujukan pada maksud supaya orang itu mati. 2 Melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang “positif” atau sempurna walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun. 3 Perbuatan itu harus menyebabkan matinya seseorang, seketika itu juga atau beberapa saat setelah dilakukanya perbuatan itu. 88 b. Pembunuhan terkualifikasi Jenis pembunuhan ini adalah pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului dengan perbuatan lain. Sebagaimana dirumuskan dalam pasal 339 yaitu: “pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu delik, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan 87 Andi Hamzah, KUHP DAN KUHAP, h. 134. 88 M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP Bandung: Remaja Karya, 1986, cet. ke-2, h. 121. 59 penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam pidana dengan pidana penjara siumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. 89 Apabila rumusan tersebut diperinci, maka terdiri dari beberapa unsur, yaitu: 1 Semua unsur dalam pasal 338; 2 Yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain; 3 Pembunuhan yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan tindak pidana lain dan untuk mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain dalam hal tertangkap tangan ditujukan untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana atau supaya apa yang didapat dari perbuatan itu tetap ada ditanganya. c. Pembunuhan yang direncanakan Pembunuhan yang dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu dalam keadaan tenang untuk malenyapkan nyawa orang atau lebih dikenal dengan pembunuhan berencana. Pembunuhan ini diatur dalam pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman yang paling berat, yaitu hukuman mati atau pidana penjara seumur hidup. Terdapat beberapa unsur dalam pembunuhan berencana, antara lain: 1 Adanya kesengajaan, yaitu kesengajaan yang disertai dengan suatu perencanaan terlebih dahulu. 89 Andi Hamzah, KUHP DAN KUHAP, h. 134. 60 2 Yang bersalah dalam keadaan tenang memikirkan untuk melakukan pembunuhan itu dan kemudian melakukan maksudnya dan tidak menjadi soal berapa lama waktunya. 3 Di antara saat timbulnya pikiran untuk membunuh dan saat melakukan pembunuhan itu, ada waktu ketenangan pikiran. 90 d. Pembunuhan anak Yang terkena pasal ini adalah seorang ibu, baik yang sudah kawin maupun tidak, yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak beberapa lama setelah dilahirkan. Pembunuhan ini dirumuskan dalam pasal 341 dan 342. 91 Untuk pembunuhan dalam pasal 341 diancam dengan hukuman selama lamanya tujuh tahun penjara. Pasal 342 memuat perbuatan yang wujudnya sama dengan yang dimuat dalam pasal 341 dengan perbedaan bahwa dalam pasal 342 perbuatannya dilakukan untuk menjalankan kehendak yang ditentukan sebelum anak dilahirkan. Tindak pidana ini diancam dengan maksimum hukuman Sembilan tahun penjara. e. Pembunuhan atas permintaan si korban 90 M. Bassar Sudrajat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Didalam KUHP, h. 123-124. 91 Andi Hamzah, KUHP DAN KUHAP, h. 135. 61 Pembunuhan ini dirumuskan dalam pasal 344: “Barang siapa yang merampas jiwa orang lain atas permintaan yang sangat tegas dan sungguh- sungguh, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.” Dari bunyi pasal di atas diketahui bahwa pembunuhan ini mempunyai unsur sebagai berikut: 1 Atas permintaan yang tegas dari si korban, dan 2 Sungguh-sungguh nyata. 92 f. Bunuh diri Pada dasarnya tidak ada permasalahan dalam kejahatan bunuh diri karena tidak ada pelaku secara langsung dalam melakukan kejahatan tersebut. Hanya saja di sini akan diancam hukuman bagi orang yang sengaja menghasut atau menolong orang lain untuk bunuh diri, yaitu akan dikenakan pasal 345 KUHP yang akan diancam hukuman penjara paling lama empat tahun. Dengan syarat membunuh diri itu harus benar-benar terjadi dilakukanya, artinya orangnya sampai mati karena bunuh diri tersebut. g. Manggugurkan kandungan Pembunuhan kandungan atau penguguran terdapat pada pasal 346- 349. Dilihat dari subjek hukumnya maka pembunuhan jenis ini dapat dibedakan menjadi: 1 Yang dilakukan sendiri pada pasal 346 diancam dengan penjara 4 tahun 92 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, h. 109. 62 2 Yang dilakukan oleh orang lain atas persetujuanya pada pasal 347 atau tidak atas persetujuanya pada pasal 348 3 Yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu seperti dokter, bidan dan juru obat baik atas persetujuanya ataupun tidak. Kejahatan yang dilakukan Pembunuh disebabkan kealpaan, diatur dalam pasal 359 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: “barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama- lamanya lima tahun.” Kealpaan terjadi karena tidak berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan, di samping menduga akibat perbuatan itu. Namun, meskipun suatu perbuatan dilakukan dengan hati-hati, masih mungkin terjadi kealpaan jika pembuat itu telah mengetahui bahwa dari perbuatan itu mungkin akan timbul suatu akibat yang dilarang undang-undang. 93 Umumnya para pakar hukum sependapat bahwa kealpaan adalah bentuk kesalahan yang lebih ringan dari pada kesengajaan. Untuk itu, sanksi atau ancaman hukuman terhadap pelanggaran norma pidana yang dilakukan dengan kealpaan lebih ringan.

C. Sanksi Pidana Pembunuhan

1. Berdasarkan Hukum Islam

93 Leden Marpaung, Asas, Teori, Praktek Hukum Pidana Jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet. ke-3, h. 25. 63 Sanksi pidana atau hukuman dalam bahasa Arab dise but “uqubah”. Lafaz uqubah menurut bahasa berasal dari lafaz uqubah berasal dari kata بقع yang sinonimnya لعف امب ءاوس هازج artinya membalasnya sesuai dengan apa yang dilakukan. 94 Adapun pengertian hukuman sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Qodir Audah adalah: “hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakt, karena adanya pelanggran-pelanggaran atas ketentuan- ketentuan syara”. 95 Sedangkan pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh imam Al- Mawardi adalah sebagai berikut: “Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam dengan hukuman haad atau takzir. 96 Ancaman hukuman terhadap berbagai macam kejahatan diperlukan guna menjaga agar kejahatan tidak terulang lagi. Dan sigala larangan atau perintah melakukan sisuatu perbuatan tanpa sanksi, tidak dijamin akan dipatuhi. Hal ini sejalan dengan kecenderungan hawa nafsu yang ada dalam jiwa manusia untuk 94 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h.143-146. 95 Abdul Qodir Audah, A-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islami Juz 1 Bairut: Dar Al-Kitab, t.th, h. 609. 96 Abdul Qodir Audah, A-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islami Juz 1 Bairut: Dar Al-Kitab, t.th, h. 12.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

0 13 21

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

Tindak pidana penyertaan pembunuhan Perspektif hukum islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 k/pid/2012)

0 6 116

SKRIPSI Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 4 14

PENDAHULUAN Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

0 2 14

OVERMACHT DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 7 21

KAJIAN TERHADAP ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DAN TERDAKWA DALAM PERKARA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Nomor : 1429 K/Pid/2010).

0 0 13

BAB IV PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Remisi dalam Hukum Positif - PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDAN

0 0 50

Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Perbandingan Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Mengenai Pembunuhan Berencana - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89