Putusan Hakim Mahkamah Agung

102 - Menerima permintaan banding terdakwa penasihat hukum terdakwa dan penuntut umum di atas, menguatkan putusan pengadilan negeri Jakarta Selatan No: 1532Pid.B2009PN.Jkt.Sel tanggal 11 Februari 2010 yang dimintakan pemeriksaan dalam tingkat banding dengan mengubah sekedar mengenai kwalifikasi tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa sehingga amarnya adalah sebagai berikut: a. Menyatakan terdakwa Antasari Azhar. Yang identitasnya tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana: “MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA” b. Memerintahkan kepada terdakwa agar tetap dalam tahanan c. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara pada kedua tingkat peradilan yang pada pengadilan tingkat banding sebanyak Rp.2.000,- dua ribu rupiah Putusan Mahkamah Agung Jakarta No. 1429 KPid2010 yang amar lengkapnya sebagai berikut: MENGADILI Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi I: JAKSA PENUNTUT UMUM pada kejaksaan negeri JAKARTA SELATAN dan Pemohon Kasasi IITerdakwa: ANTASARI AZHAR. Tersebut. 148 Memperbaiki amar putusan pengadilan tinggi Jakarta No: 71PID2010PT.DKI tanggal 17 Juni 2010 yang mengubah putusan pengadilan negeri Jakarta Selatan No: 1532PID.B2009PN.JKT.SEL tanggal 11 Februari 2010 sekedar mengenai 148 Putusan Mahkamah Agung No.1429 KPIDMahkamah Agung 103 kwalifikasi tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa sehingga berbunyi sebagai berikut: 1. Menyatakan terdakwa Antasari Azhar. Yang identitas lengkapnya tersebut di muka, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “TURUT SERTA MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA” - Memidana terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama: 18 delapan belas tahun - Menetapkan masa tahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan - Menetapkan terdakawa tetap ada dalam tahanan - Menetapkan barang bukti 2. Menyatakan gugatan pemohon tidak diterima. 149

C. Analisis Putusan Mahkamah Agung Menurut Hukum Islam dan Hukum

Positif 1. Menurut Hukum Islam Dalam hukum Islam, semua tindak pidana yang menyangkut nyawa manusia harus dipertanggung jawabkan, sesuai dengan perbuatannya baik delik pidana itu dilakukan dengan sengaja al- a’md maupun dengan tidak sengaja al-khata. 150 149 Putusan Mahkamah Agung No. 1429 KPID2010 150 Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jild III, h. 210. 104 Dalam hukum Islam tindak pidana akan melalui tahapan-tahapan tertentu sebelum terpidana melakukanya. Tahap pertama, yaitu adanya pemikiran dan perencanaan. Artinya pemikiran untuk melakukan tindak pidana dan perencanaan untuk melaksanakan aksinya, ini tidak dipandang sebagai maksiat yang patut mendapatkan hukuman takzir dan tidak diangap sebagai tindak pidana yang patut mendapat hukuman. Hal ini karena kaidah Islam tidak menghukum bisikan hati manusia atau suara hati atas suatu perkataaan atau perbuatan, begitu juga tidak mengambil tindakan terhadap apa yang masih direncanakan oleh seseorang. Dengan demikian, manusia hanya akan dituntut atas apa yang telah diucapkan dan apa yang telah diperbuatnya. 151 Adapun tahap kedua, yaitu tahap persiapan. Tahap ini tidak dapat dianggap sebagai maksiat. Hukum Islam tidak menghukum seseorang atas tindakanya menyiapkan sarana untuk melakukan tindak pidana kecuali tindakan menyiapkan itu dianggap sebagai maksiat pada zatnya. Seperti seseorang yang hendak mencuri dengan cara membuat seseorang mabuk, si pencuri membeli sesuatu yang memabukan. Dalam hal ini hal seperti itu diangap sebagai maksiat, pelaku dapat dihukum tanpa harus menunggu hingga ia melaksanakan tujuan utamanya, yaitu mencuri. Selanjutnya tahap ketiga, yaitu tahap pelaksanaan. Tahap ini satu-satunya tahapan yang pelakunya dianggap telah melakukan tindak pidana. Suatu tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana jika perbuatan tersebut dikategorikan 151 Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 24-25.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

0 13 21

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

Tindak pidana penyertaan pembunuhan Perspektif hukum islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 k/pid/2012)

0 6 116

SKRIPSI Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 4 14

PENDAHULUAN Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

0 2 14

OVERMACHT DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 7 21

KAJIAN TERHADAP ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DAN TERDAKWA DALAM PERKARA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Nomor : 1429 K/Pid/2010).

0 0 13

BAB IV PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Remisi dalam Hukum Positif - PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDAN

0 0 50

Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Perbandingan Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Mengenai Pembunuhan Berencana - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89