Menurut Hukum Islam Pembagian Tindak Pidana

23 1 Jarimah: Hudud, Qishas Diyat dan Takzir a Jarimah Hudud Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Adapun pengertian hukuman had sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah, adalah: “hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara dan merupakan hak Allah SWT”. 32 Oleh karena hukuman had itu merupakan hak Allah, maka hukuman tersebut tidak dapat digugurkan oleh perseorangan korban atau pihak keluarga atau oleh masyarakat yang diwakili oleh Negara. Yang termasuk dalam jarimah hudud ada tujuh macam, yaitu: 1. Zina; 2. Qadzaf atau menuduh berzina; 3. Syurbul khamar atau meminum minuman keras; 4. Pencurian; 5. Hirabah atau perampokan; 6. Riddah atau murtad; 7. Jarimah pemberontakan. 32 Abdul Qadir Audah, Al- Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998, h. 79. 24 b Jarimah Qishas-Diyat Jarimah qishas-diyat adalah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman qishas atau hukuman diyat, tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan, dengan pengertian bahwa si korban atau ahli warisnya dapat memaafkan si pelaku kejahatan. Bila dimaafkan, maka hukumanya dapat terhapus. Jarimah ini terdiri dari lima macam, yaitu: 1 Pembunuhan sengaja; 2 Pembunuhan menyerupai sengaja; 3 Pembunuhan karena kesalahan; 4 Penganiayaan sengaja; 5 Penganiayaan tidak sengaja. c Jarimah takzir Yang termasuk jarimah golongan ini ialah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan satu atau beberapa hukuman takzir. Jarimah takzir dari segi bahasa berartikan mencegah atau menolak, sedangkan menurut istilah berartikan peraturan mengenai jarimah yang ancaman hukumnya diserahkan kepada kebijakan hakim. Jadi secara definisi jarimah takzir ialah suatu tindakan yang diancam dengan hukuman takzir. Dalam hal ini, syara tidak menentukan macam-macamnya hukuman untuk tiap-tiap jarimah takzir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringanya sampai pada yang 25 seberat-beratnya. Dalam hal ini hakim diberikan kebebasan untuk memilih hukuman-hukuman mana yang sesuai dengan macam jarimah takzir serta keadaan si pelaku. 2 Jarimah Sengaja dan Jarimah Tidak Sengaja Pada jarimah sengaja , si pembuat dengan sengaja melakukan perbuatannya, sedang ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang salah. Begitulah arti umum tentang kesengajaan, meskipun pada jarimah pembunuhan, kesengajaan mempunyai arti khusus, yaitu sengaja melakukan perbuatan yang dilarang dan akibat perbuatan itu dikehendaki pula. Kalau si pelaku dengan sengaja berbuat tetapi tidak menghendaki akibat-akibat perbuatannya itu, maka disebut pembunuhan semi sengaja. Pada jarimah tidak sengaja , si pelaku tidak sengaja melakukan perbutan yang dilarang, akan tetapi perbuatan tersebut sebagai akibat kekeliruan. 33 3 Jarimah Positif dan Jarimah Negatif Jarimah positif jarimah ijabiyah terjadi karena mengerjakan suatu perbuatan yang dilarang, seperti: mencuri, memukul, dan sebagainya. Disebut juga sebagai delicta commissionis. Jarimah negatif jarimah salabiyah terjadi karena tidak mengerjakan suatu perbuatan yang diperintahkan. Disebut juga sebagai delicta ommissionis. 33 Abdul Qadir Audah, Al- Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998, h. 11-12. 26 4 Jarimah Masyarakat dan Jarimah Perorangan Jarimah masyarakat adalah suatu jarimah di mana hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk menjaga kepentingan masyarakat, baik jarimah itu mengenai perseorangan atau mengenai ketentranman masyarakat dan keamananya. Jarimah perseorangan adalah suata jarimah di mana hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk melindungi kepentingan perseorangan, meskipun sebenarnya apa yang menyingung perseorangan juga berarti menyinggung masyarakat. 34

b. Menurut Hukum Positif dan menurut KUHP dan doktrin

Dalam hukum positif, tindak pidana dibagi menjadi: 1 Menurut KUHP, tindak pidana dibedakan menjadi dua, yaitu kejahatan dan pelangaran. Di dalam KUHP dibagi menjadi tiga buku, yaitu buku I yang berisikan tentang aturan-aturan umum, buku II yang berisikan tentang tindak pidana yang termasuk dalam tindak pidana kejahatan, dan dalam buku III berisikan tentang tindak pidana yang termasuk dalam pelangaran. 35 Dalam hal ini undang-undang hanya membagi penggolangan saja tanpa memberikan arti yang jelas. 34 Abdul Qadir Audah, Al- Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998, h. 14. 35 Adami Chawawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag I Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 118. 27 Manfaat pembagian tindak pidana menjadi kejahatan dan pelangarn: a Pada pasal 5 kejahatan yang dilakukan di luar negeri dapat dijatuhkan hukuman sedangkan pelanggaran tidak. b Pada pasal 10 hukuman kejahatan lebih berat daripada hukuman pelaggaran. c Kesalahan dalam kejahatan harus dibuktikan dengan tegas sedangkan pelanggaran tidak perlu dibuktikan dengan tegas. d Pada pasal 53 percobaan melakukan tindak kejahatan dapat dikenakan hukuman sedangkan percobaan dalam pelanggaran tidak. e Pada pasal 56 membantu dalam kejahatan dihukum sedangkan dalam pelanggaran tidak. f Pada pasal 65 dan 66 mengenai pengabungan tindak pidana hanya dijatuhkan satu hukumn tersebut sedangkan pada pasal 70 jika terjadi pengabungan terhadap pelanggaran maka dihukum sendiri-sendiri. Namun demikian oleh ilmu pengetahuan hukum mencoba lebih lanjut memberikan ukuran perbedaan kejahatan dan pelanggaran sebagai berikut: a Kejahatan adalah recht delict, yakni perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan hukum. Dan pelanggaran adalah wet delict, perbuatan yang tidak menaati larangan atau keharusan yang ditentukan oleh penguasa Negara.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

0 13 21

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

Tindak pidana penyertaan pembunuhan Perspektif hukum islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 k/pid/2012)

0 6 116

SKRIPSI Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 4 14

PENDAHULUAN Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

0 2 14

OVERMACHT DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 7 21

KAJIAN TERHADAP ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DAN TERDAKWA DALAM PERKARA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Nomor : 1429 K/Pid/2010).

0 0 13

BAB IV PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Remisi dalam Hukum Positif - PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDAN

0 0 50

Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Perbandingan Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Mengenai Pembunuhan Berencana - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89