Menurut Hukum Pidana Positif

42 a. Pertama, kelompok orang-orang yang perbuatannya disebutkan dalam pasal 55 ayat 1, yang dalam hal ini disebut dengan para pembuat mededader, adalah mereka: 1 Pihak yang melakukan plegen, orangnya disebut dengan pembuat pelaksana pleger 2 Pihak yang menyuruh melakukan doen plegen, orangnya disebut dengan pembuat penyuruh doen pleger, Doen plegen atau menyuruh melakukan adalah seseorang yang menyuruh orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana, syarat yang terpenting adalah bahwa yang disuruh adalah orang yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seperti dalam pasal 44 dan 48 KUHP. 3 Pihak yang turut serta melakukan made plegen, orangya disebut dengan pembuat peserta mede pleger, Medeplegen atau turut melakukan: adalah seseorang pelaku dan seseorang atau lebih pelaku yang turut melakukan tindak pidana yang dilakukan oleh pelakunya. Bersama-sama melakukan suatu tindak pidana. 4 Mereka yang sengaja menganjurkan uitlokken, orangnya disebut sebagai pembuat penganjur uitlokker. 59 Uitloken atau menggerakkan orang lain melakukan tindak pidana: adalah orang yang dengan sengaja menggerakan orang lain yang dapat dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri untuk 59 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. III Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 79. 43 melakukan suatu tindak pidana dengan mengunakan cara-cara yang telah ditentukan oleh undang-undang karena telah bergerak, orang tersebut kemudian telah dengan sengaja melakukan tindak pidana yang bersangkutan. b. Kedua, yakni orang yang disebut dengan pembuat pembantu medeplichtige kejahatan, Medeplichtigheid atau membantu melakukan tindak pidana adalah seseorang yang dengan sengaja membantu melakukan kejahatan, atau orang yang dengan sengaja membantu dengan cara memberikan cara untuk mempermudah orang lain melakukan kejahatan, bantuan yang diberikan dapat berupa materi seperti memberikan senjata pada orang yang akan mengeksikusi korban, dapat juga berupa intelektual misalnya meberikan kesempatan pada orang lain untuk mencuri barang-barang yang berada di dalam pengawasanya, yang dibedakan menjadi: 1 Yang membantu waktu kejahatan dilakukan; 2 Yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan, sebelum kejahatan dilakukan. 44

BAB III TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

DAN SANKSI HUKUMANYA

A. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan

1. Menurut Hukum Pidana Islam

Definisi pembunuhan menurut hukum pidana Islam yaitu perbuatan seseorang yang menghilangkan kehidupan, yang berarti menghilangkan jiwa anak Adam oleh perbuatan anak Adam yang lain. Dalam bahasa Arab, pembunuhan berasal dari kata لتق yang sinonimnya ت ام ا dalam istilah, pembunuhan didefinisikan oleh Abdul Qodir Audah sebagai berikut: Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nyawa manusia dengan perbuatan manusia lainya. 60 Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur jarimah pembunuhan adalah: a. Menghilangkan nyawa manusia b. Adanya perbuatan, baik perbuatan itu aktif maupun pasif. Maksud dari aktif adalah adanya perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan sehingga meninggalnya seseorang, misalnya menusuk seseorang dengan pisau. 60 Abdul Qodir Al-Audah, Al- Tasri‟ Al-jinaiy Al-Islami Juz 1 Beirut: Dar Al-Kitab, t.th, h. 6. 45 Perbuatan pasif, misalnya seorang ibu tidak mau menyusui anaknya yang sedang lapar sehingga anak tersebut meninggal, tidak ada perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan tetapi karena tidak berbuat itu mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Adapun definisi pembunuhan dalam hukum Islam, menurut Wahbah Al- Zuhaili yaitu: Pembunuhan adalah perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa atau mematikan jiwa atau perbuatan dari sebagian manusia yang menyebabkan hilangnya kehidupan, maksudnya perbuatan tersebut dapat merusak hakikat kemanusiaan. 61 Tindak pidana pembunuhan sering juga disebut dengan al- jinayah „ala an- nafs al-insaniyyah yang berarti kejahatan terhadap jiwa manusia, 62 ulama fiqh mendifinisikan pembunuhan dengan “perbuatan manusia yang berakibat hilangnya nyawa seseorang”. Jenis pembunuhan dalam hukum Islam ada dua macam. Yaitu pembunuhan yang diharamkan. Adapun maksud dari pembunuhan yang diharamkan yaitu setiap pembunuhan yang didasari dengan niat pelaku untuk melawan hukum. Jenis pembunuhan lainnya yaitu pembunuhan secara legal. Artinya, setiap pembunuhan tanpa ada niat melawan hukum, seperti membunuh 61 Wahbah Al-zuhaili, Al-fiah Al-Islam Wa Adillatuhu Damsik: Dar Al-Fikr, 1989, cet. ke-3, h. 217. 62 Abdul Aziz Dahlan, et. Al, Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1996, h. 1379.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

0 13 21

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

Tindak pidana penyertaan pembunuhan Perspektif hukum islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 k/pid/2012)

0 6 116

SKRIPSI Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 4 14

PENDAHULUAN Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

0 2 14

OVERMACHT DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Overmacht Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Studi Komparatif Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

1 7 21

KAJIAN TERHADAP ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DAN TERDAKWA DALAM PERKARA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Nomor : 1429 K/Pid/2010).

0 0 13

BAB IV PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Remisi dalam Hukum Positif - PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDAN

0 0 50

Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Perbandingan Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Mengenai Pembunuhan Berencana - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89