Indikator Ekspresi Matematis Analisis Kemampuan Representasi Matematis

Berikut ini contoh jawaban siswa yang menjawab dengan benar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol : Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 2 Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 2 Siswa pada kelas kontrol menjawab dengan membuat cerita yang berbeda dari dua bangun yang dia peroleh dari gambar, siswa tersebut memisahkan gambar itu menjadi dua buah bangun yang berbeda bukan sebuah gabungan, sedangkan siswa pada kelas eksperimen menjawab bahwa bangun tersebut merupakan gabungan dua buah bangun datar yaitu persegi panjang dan trapesium yang menjadi satu. Berdasarkan kedua jawaban itu, kedua siswa benar dalam menyebutkan unsur serta ukuran dari masing-masing bangun datar tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mampu menyebutkan unsur-unsur serta menentukan ukuran sebuah bangun datar, tetapi ketika diminta membuat sebuah cerita dari gambar yang disajikan siswa kelas kontrol masih mengalami kesulitan, ditandai dengan masih banyak siswa yang menjawab kurang tepat untuk soal nomor 2 ini sedangkan untuk kelas eksperimen cenderung lebih baik. Hal ini disebabkan karena pada saat pembelajaran, siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran CMP terutama pada tahap launch terbiasa diberikan masalah-masalah yang berupa soal cerita, teks tertulis maupun gambar, sehingga mereka lebih mampu membuat cerita dari gambar yang diberikan dan pada tahap explore siswa terbiasa menyelesaikan masalah-masalah yang terkait representasi dalam bentuk teks tertulis kata-kata seperti mengubah representasi gambar ke dalam bentuk kata-kata atau sebaliknya. Hal ini yang menyebabkan kemampuan representasi matematis siswa kelas eksperimen untuk indikator teks tertuliskata-kata lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.

2. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak sembilan pertemuan, delapan pertemuan digunakan untuk pemberian perlakuan dan satu pertemuan digunakan untuk pemberian post-test. Kelas VII-C sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran CMP, sedangkan kelas VII-A sebagai kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional. Langkah-langkah pembelajaran CMP yang dilaksanakan pada kelas eksperimen yaitu, pada setiap pertemuannya sebelum memulai pembelajaran, siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 orang dan diminta duduk berdasarkan kelompoknya. Pada setiap pertemuannya, kelompok dibuat berbeda-beda dengan pertemuan sebelumnya dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam masing-masing kelompok tetap merata. Setelah siswa duduk dalam kelompoknya, setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang dijadikan sebagai bahan diskusi. Model pembelajaran CMP meliputi tiga tahaplangkah yaitu launch, explore, dan summarize. Pada tahap launch, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari kemudian guru menyampaikan masalah yang terdapat pada LKS yang akan didiskusikan oleh siswa. Masalah yang diberikan berupa masalah-masalah yang menuntut siswa menggunakan berbagai bentuk representasi dalam menentukan penyelesaiannya. Hal ini bertujuan agar siswa lebih luwes dalam menggunakan berbagai macam representasi untuk mencari solusi dan memecahkan masalah yang diberikan. Pada tahap explore, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka diminta mencari solusi dari masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang telah mereka ketahui sebelumnya dan dihubungkan dengan masalah yang sedang dihadapi. Pada tahap ini, guru berperan membimbing kelompok yang sedang melakukan diskusi, berperan sebagai fasilitator, serta berkeliling kelas membantu siswa yang mengalami kesulitan saat berdiskusi bersama. Guru membantu siswa dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mengonfirmasi apa yang dibutuhkan siswa agar mampu merangsang pengetahuan mereka dalam menemukan solusi yang dibutuhkan. Setelah berdiskusi dalam kelompok, perwakilan siswa dari salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain bertugas untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang mempresentasikan. Pada tahap diskusi ini, siswa diminta menemukan solusi permasalahan yang paling tepat secara bersama-sama. Apabila terjadi perbedaan cara penyelesaian suatu masalah, disinilah peran guru sebagai penengah dalam menentukan solusi permasalahan yang paling tepat dan efisien. Pada tahap summarize, siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Menyimpulkan solusi permasalahan paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dan guru bertugas memberikan penguatan dan penegasan kepada siswa tentang materi yang dipelajari pada pertemuan itu. Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model CMP ini, pada pertemuan awal, siswa merasa bingung dan kesulitan dalam mengerjakan LKS yang diberikan. Mereka belum terbiasa mengerjakan LKS dengan cara mencari sendiri informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, dan siswa masih kesulitan ketika menghubungkan masalah yang diberikan dengan konsep lama yang sebenarnya telah mereka kuasai sebelumnya. Pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas, terlihat siswa masih kesulitan mengungkapkan ide dan gagasannya dengan baik. Hal ini disebabkan karena kebiasaan belajar siswa selama ini yang pasif, lebih banyak sebagai pendengar dan mencatat apa yang ditulis guru serta kurang adanya interaksi antar siswa yang membuat mereka kurang berani dalam

Dokumen yang terkait

Pendekatan Pembelajaran Model Eliciting Activities (Meas) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi Eksperimen Di Smp Negeri 178 Jakarta)

2 25 225

Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

6 49 0

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL IBL (INQUIRY BASED LEARNING) DAN CMP (CONNECTED Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model IBL (Inquiry Based Learning) dan CMP (Connected Mathematics Project) Ditinjau dari Kemampuan Penalaran

0 2 12

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL IBL (INQUIRY BASED LEARNING) DAN CMP (CONNECTED Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model IBL (Inquiry Based Learning) dan CMP (Connected Mathematics Project) Ditinjau dari Kemampuan Penalaran

0 4 17

PENDAHULUAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model IBL (Inquiry Based Learning) dan CMP (Connected Mathematics Project) Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngemplak.

0 2 8

PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP: Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung.

8 43 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP.

1 8 38

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA S

0 0 19

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MAHASIS. pdf

0 0 5

PDF ini MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERFIKIR GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Geometri melalui Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) | WARDHANI | Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak

0 0 9