fasilitator, berkeliling kelas, mengamati semua siswanya, menuntun mereka untuk dapat menemukan solusi. Guru membantu pekerjaan siswa dengan
mengajukan pertanyaan dan mengkonfirmasikan apa yang dibutuhkan siswa. 3.
Summarize Tahap Summarize dimulai ketika semua siswa telah selesai
mengumpulkan data dan mulai mendapatkan progres dalam menemukan solusi pemecahan masalah. Pada tahap ini, siswa berdiskusi tentang cara atau
strategi mereka dalam memecahkan masalah, mengumpulkan data dan mendapatkan solusi dari permasalahan. Berdasarkan hasil diskusi,
disimpulkan strategi pemecahan masalah yang paling tepat dan siswa diminta saling mengaitkan apabila terjadi perbedaan strategi yang digunakan siswa
sedangkan guru bertugas membantu menguatkan pemahaman siswa serta memperbaiki strategi pemecahan masalah yang digunakan oleh siswa agar
lebih efektif dan efisien. Jadi, inti dari pembelajaran CMP adalah siswa diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri dengan cara menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan baik secara
individu, berpasangan, maupun kelompok dengan diakiri diskusi bersama dalam kelas untuk menguatkan pemahaman serta mendapatkan solusi yang lebih efektif
dan efisien. Sementara guru hanya sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan pengetahuannya sendiri.
3. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional diartikan sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di sekolah dimana penelitian ini dilaksanakan.
Pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru di sekolah penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode ekspositori sehingga model pembelajaran
konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan metode ekspositori. Pembelajaran ekspositori menekankan
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa. Materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu.
24
Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru teacher centered approach. Hal ini disebabkan
dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan
materi yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama pembelajaran ini adalah pencapaian akademik hasil belajar siswa.
25
Karakteristik pembelajaran ekspositori antara lain : 1.
Penyampaian materi secara verbal. Artinya penyampaian materi secara lisan merupakan alat utama dalam pembelajaran ini, oleh karena itu pembelajaran
ini sering disebut juga dengan metode ceramah. 2.
Konsep dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3.
Tujuan utamanya adalah penguasaan materi pembelajaran. Guru menilai penguasaan
materi siswa
berdasarkan kemampuan
siswa dalam
mengungkapkan kembali materi yang telah diberikan.
26
Pembelajaran dengan menggunakan ekspositori sama seperti pembelajaran matematika lainnya, memiliki kelemahan dan keunggulan. Keunggulan metode ini
antara lain, guru dapat mengontrol urutan penyampaian materi secara mutlak, guru dapat menyampaikan materi dengan waktu yang relatif singkat dan dapat
digunakan untuk jumlah siswa dengan ukuran yang besar.
27
Kelemahan metode ini antara lain tidak efektif untuk kelompok siswa dengan kemampuan menyimak yang rendah dan karena pembelajaran berpusat
pada guru sangat bergantung pada kemampuan dan kecakapan yang dimiliki guru. Kelemahan utama pembelajaran ini adalah desain dan cara penyampaiannya yang
membuat siswa menghapal konsep atau materi yang disampaikan yang membuat siswa tidak terangsang untuk berpikir sehingga menyebabkan penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep matematika cenderung bersumber dari hapalan bukan pemahaman. Hal ini menyebabkan siswa tidak mendapatkan banyak kesempatan
24
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Kencana, 2009, h.179.
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Ibid., h.190-191.
untuk menyampaikan idegagasan yang mereka miliki ke dalam berbagai bentuk representasi.
Tabel 2.2 Perbedaan Model CMP dan Ekspositori
No. CMP
Ekspositori
1. Siswa sebagai subyek dalam
pembelajaran, guru
hanya sebagai fasilitator.
Siswa menjadi objek yang hanya menerima materi yang disampaikan
guru. 2.
Siswa aktif dalam pembelajaran, berdiskusi,
bertanya, dan
menyelesaikan masalah
yang diberikan oleh guru.
Siswa pasif dalam pembelajaran, hanya mendengarkan dan mencatat
apa yang disampaikan oleh guru.
3. Siswa
diberikan kesempatan
mengungkapkan idegagasan
mereka sendiri
melalui penyelesaian
masalah yang
diberikan oleh guru Siswa tidak diberikan kesempatan
menyampaikan idegagasan sendiri hanya mengikuti contoh-contoh yang
diberikan guru.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Ristontowi. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam
Pembelajaran Connected Mathematics Project siswa SMP N 3 Bengkulu. Pada penelitian Ristontowi, pembelajaran Connected Mathematics Project
CMP menerapkan teori Glenda Lappan 2001. Pada penelitian ini, peneliti menerapakan pembelajaran CMP yang relevan dengan Ristontowi
menggunakan teori Glenda Lappan 2001. Perbedaannya terletak pada kemampuan yang di teliti. Ristontowi melakukan penelitian tentang
kemampuan pemecahan
masalah matematis
sedangkan peneliti
menggunakan kemampuan representasi matematis siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran CMP memberikan pengaruh positif
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Dedi Rohendi dan Jojon Dulpaja. Connected Mathematics Project CMP
Model Based on Presentation Media to the Mathematical Connection
Ability of Junior High School Student. Dedi dan Jojon menggunakan model CMP dalam penelitiannya dengan variabel terikatnya adalah
kemampuan koneksi matematis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan koneksi siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran CMP lebih tinggi daripada kemampuan siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
3. Viera Avianutia. Pembelajaran Menggunakan Strategi Heuristik Vee
untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Siswa. Pada penelitiannya, Viera menggunakan indikator kemampuan representasi
matematis yang disampaikan Mudzakkir 2006 yang mengelompokkkan indikator kemampuan representasi matematis dalam tiga indikator yaitu
visual, ekspresi matematis, dan teks tertulis kata-kata. Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan indikator yang sama yang digunakan oleh
Viera dalam penelitiannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Viera menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan representasi
matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi Heuristik Vee.
C. Kerangka Berpikir
Representasi matematis adalah ungkapan dari gagasan dan ide-ide matematis yang ditampilkan siswa dalam bentuk benda kongkrit, gambar, grafik,
dan simbol-simbol yang dapat membantu siswa menuangkan pikirannya untuk mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sedangkan kemampuan
representasi matematis adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan idegagasan yang berupa benda kongkrit, gambar, grafik, dan simbol-simbol dan
lain-lainya untuk memperjelas masalah matematis dan membantu menemukan solusinya.
Kemampuan representasi merupakan salah satu kemampuan kognitif dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Kemampuan ini
memiliki peran yang penting dalam pembelajaran matematika, representasi membantu siswa memahami konsep-konsep matematika dan membantu siswa
menemukan solusi pemecahan masalah yang sesuai dari permasalahan matematis yang dihadapi oleh siswa. Apabila kemampuan representasi siswa rendah, maka