Teknik Pengumpulan Data Hipotesis Statistik

keabsahan data yang diperoleh. Selain itu, juga dilakukan taraf kesukaran dan uji pembeda soal. Instrumen yang diujikan terdiri dari sepuluh butir soal berbentuk uraian. Soal diujikan kepada kelas lain yang telah menerima materi bangun datar segi empat yaitu kelas VIII-B SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, Tangerang Selatan yang terdiri dari 30 siswa.

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen valid atau tidak. Validitas dihitung dengan menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut: 2 Keterangan: r xy : koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y n : banyaknya siswa x : skor butir soal y : skor total Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan dengan pada taraf signifikansi 5 dengan kriteria pengujian : Jika , maka soal tersebut valid Jika , maka soal tersebut tidak valid. Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap sepuluh butir soal yang dibuat oleh peneliti, diperoleh hasil sepuluh soal tes kemampuan representasi matematis tersebut valid. Hasil perhitungan uji validitas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010 ,h. 72

2. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen dalam membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Uji pembeda diawali dengan mengelompokkan siswa menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Pembagian kelompok didasarkan pada skor total yang diperoleh siswa. Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut : 3 Keterangan : D : Indeks daya beda : Jumlah skor siswa kelompok atas : Jumlah skor siswa kelompok bawah : Skor maksimum siswa kelompok atas : Skor maksimum siswa kelompok bawah : Proporsi siswa kelompok atas : Proporsi siswa kelompok bawah Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut : 4 Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda Skor D Kriteria 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Sangat Baik 3 Ibid., h. 213 4 Ibid., h. 218 Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda diperoleh hasil dua butir soal memiliki daya pembeda jelek nomor 1a dan 6b, enam soal memiliki daya pembeda cukup nomor 1c, 2, 3b, 4, 5, 6a, dan dua butir soal memiliki daya pembeda baik nomor 1b dan 3a dapat dilihat pada Lampiran 10, pengujian instrumen dilanjutkan dengan uji taraf kesukaran.

3. Uji Taraf Kesukaran

Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui indeks kesukara suatu soal. Soal yang dikatakan baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk mengukur taraf kesukaran suatu soal adalah : 5 JS B P  Keterangan: P = Taraf kesukaran B = Banyaknya skor yang diperoleh siswa disetiap butir soal JS = Jumlah poin maksimal seluruh siswa disetiap butir soal Klasifikasi taraf kesukaran : 6 Tabel 3.6 Klasifikasi Taraf Kesukaran Taraf Kesukaran Kategori Soal 0,00 P ≤ 0,30 Sukar 0,30 P ≤ 0,70 Sedang 0,70 P ≤ 1,0 Mudah Hasil perhitungan statistik untuk taraf kesukaran dari 10 butir soal instrumen yang diujicobakan, diperoleh satu soal dengan kategori mudah nomor 1a, delapan soal dengan kategori sedang nomor 1b,1c, 2, 3a, 3b, 4, 5, 6a dan 1 soal dengan kategori sukar nomor 6b Lampiran 11. Berdasarkan 3 uji prasyarat 5 Ibid., h. 208 6 Ibid., h. 210 instrumen yang telah dilakukan, dari 10 butir soal yang diujikan peneliti memilih 9 butir soal yang akan digunakan dalam tes kemampuan representasi matematis dalam penelitian ini dikarenakan satu soal 1a memiliki daya beda jelek dan soal masuk dalam kategori mudah. Hasil uji coba instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut : Tabel 3.7 Hasil Ujicoba Instrumen Nomor Soal Validitas Daya Pembeda Kesukaran Keterangan 1a Valid Jelek Mudah Tidak digunakan 1b Valid Baik Mudah Digunakan 1c Valid Cukup Sedang Digunakan 2 Valid Cukup Sedang Digunakan 3a Valid Baik Sedang Digunakan 3b Valid Cukup Sedang Digunakan 4 Valid Cukup Sedang Digunakan 5 Valid Cukup Sedang Digunakan 6a Valid Cukup Sedang Digunakan 6b Valid Jelek Sukar Digunakan Langkah selanjutnya adalah dilakukan uji reliabilitas terhadap kesembilan butir soal tersebut.

4. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji ketetapan suatu tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan formula Alpha Cronbach, yaitu 7 : 7 Ibid, h. 109 Keterangan : : koefisien reliabilitas k : banyaknya butir soal : varians skor total : jumlah varians skor tiap-tiap item Kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 Kriteria Derajat Reliabilitas Skor Kriteria 0,80 ≤ 1,00 Sangat baik 0,60 ≤ 0,80 Baik 0,40 ≤ 0,60 Cukup 0,20 ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ 0,20 Sangat rendah Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas, diperoleh koefisien reabilitasnya adalah 0,74 Lampiran 12 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai ketetapan dengan kriteria baik.

F. Teknik Analisis Data

Pada akhir pemberian perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diberikan post-test berupa instrumen tes kemampuan representasi matematis yang telah diujicobakan terlebih dahulu. Kedua kelas eksperimen dan kontrol diberikan tes dengan soal yang sama. Berdasarkan hasil post-test tersebut, didapatlah skor kemampuan representasi matematis dari masing-masing siswa. Kemudian dilakukan analisis skor kemampuan representasi matematis yang diperoleh dari hasil post-test tersebut melalui beberapa uji berikut :

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan menggunakan Chi-Square, dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis H : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H 1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal 2. Menentukan rata-rata dan standar deviasi 3. Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi. Dengan membuat daftar frekuensi observasi fo dan frekuensi ekspektasi fe 4. Menghitung nilai dengan rumus:    E E O f f f 2 2  5. Menentukan 2  tabel pada derajat bebas db = k – 3, dimana k banyaknya kelompok. Dengan taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikan α = 5 6. Kriteria pengujian Jika 2  ≤ 2  tabel maka H diterima Jika 2  2  tabel maka H ditolak 7. Kesimpulan 2  ≤ 2  tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal 2  2  tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. 8 8 Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010, h. 111

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang variansnya sama homogen. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher. Kadir mendefinisikan rumus uji fisher sebagai berikut : 9 Hipotesis statistik Ho : H 1 : Menghitung nilai F dengan rumus Fisher: 2 2 k b S S F  Keterangan: 2 b S = varians terbesar 2 k S = varians terkecil Adapun kriteria pengujian:  Jika F hitung F tabel, maka Ho diterima. Varians kedua kelas homogen.  Jika F hitung F tabel, maka Ho ditolak . varians kedua kelas tidak homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan representasi matematis antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajarn CMP dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil uji prasyarat analisis yang berupa uji normalitas dan uji homogenitas menentukan kriteria pengujian hipotesis yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil uji prasyarat dapat diketahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogeny atau tidak, selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis penelitian sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria pengujian hipotesis tersebut meliputi : 9 Ibid., h. 119 1. Jika data yang diperoleh dari hasil tes normal dan homogen, maka dapat dilakukan uji hipotesis penelitian dengan uji-t menggunakan formula seperti di berikut : 10 dengan dan dk = n 1 + n 2 – 2 Keterangan: : Rata-rata hasil tes kemampuan representasi matematik kelas eksperimen : Rata-rata hasil tes kemampuan representasi matematik kelas kontrol : Varians kelas eksperimen : Varians kelas kontrol : Jumlah siswa kelas eksperimen : Jumlah siswa kelas kontrol. Kriteria pengujian hipotesisnya adalah : Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel , H 1 diterima jika t hitung ˃ t tabel. 2. Jika dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas kedua populasi berdistribusi normal tetapi memiliki simpangan baku yang tidak sama tidak homogen, maka pendekatan perhitungan statistik yang digunakan adala h uji t’sebagai berikut : 11 10 Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005,h. 239 11 Ibid., h. 240-241. dengan derajat kebebasan Kriteria pengujian hipotesisnya adalah : Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel , H 1 diterima jika t hitung ˃ t tabel. 3. Jika uji normalitas menunjukkan data kelas eksperimen danatau kelas kontrol tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik non-parametrik. Adapun jenis uji statistik non- parametrik yang digunakan adalah Uji Mann-Whit ney Uji “U”. Rumus Uji Mann- Whitney Uji “U” yang digunakan yaitu: 12 U = n 1 n 2 + 2 1 n n 1 1  - R 1 Keterangan : U : Statistik Uji Mann Whitney n 1, n 2 : Ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2 R 1 : Jumlah ranking pada sampel dengan ukuran n 1 n terkecil Untuk sampel berukuran besar n 20, dapat digunakan pendekatan ke distribusi normal dengan bentuk statistik sebagai berikut : Z hitung = 12 1 2 2 1 2 1 2 1    n n n n n n U 12 Kadir,op.cit., h.275 Z hitung = u u U    Kriteria pengujian hipotesisnya adalah : H diterima jika Z hitung ≤ Z tabel H 1 diterima jika Z hitung Z tabel.

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah : Ho : : Keterangan : : rata-rata kemampuan representasi matematis kelas eksperimen : rata-rata kemampuan representasi matematis kelas kontrol Tingkat signifikasi yang diambil dalam penelitian ini adalah taraf kepercayaan 95 dan = 5 . 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, dengan mengambil dua kelas secara acak sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII-C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-A sebagai kelas kontrol. Pada penelitian ini kelas eksperimen yang terdiri dari 36 orang siswa diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Connected Mathematics Project CMP, sedangkan kelas kontrol terdiri dari 36 orang siswa diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Kemampuan yang diteliti adalah kemampuan representasi matematis siswa dan materi yang dipelajari adalah bangun datar segi empat. Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda, kedua kelas diberikan tes akhir yang sama yang berupa tes kemampuan representasi matematis dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan representasi matematis siswa pada materi bangun datar segi empat. Tes yang diberikan berupa tes uraian sebanyak 9 butir soal. Sebelum soal tes diberikan kepada kedua kelas, dilakukan uji coba sebanyak 10 butir soal yang dilakukan di kelas VIII-B SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, kemudian dilakukan analisis instrumen soal yang berupa uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda soal. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh 10 butir soal yang valid dengan reliabilitas soal sebesar 0,74. Berdasarkan perhitungan uji taraf kesukaran butir soal diperoleh 1 soal berkriteria mudah nomor 1a, 8 soal berkriteria sedang nomor 1b, 1c, 2, 3a, 3b, 4, 5, 6a, dan 1 soal berkriteria sukar nomor 6b, sedangkan dari perhitungan uji daya pembeda butir soal diperoleh 2 butir soal dengan kriteria jelek nomor 1a dan 6b dan 6 butir soal dengan kriteria cukup nomor 1c, 2, 3b, 4, 5, 6a, dan 2 butir soal dengan kriteria baik nomor 1b dan 3a. Peneliti memutuskan hanya menggunakan 9 butir soal dikarenakan 1 butir soal yaitu nomor 1a mempunyai kriteria mudah dan mempunyai daya beda yang jelek. Perhitungan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya beda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai dengan 13. Tes akhir diberikan kepada kedua kelas untuk mengetahui bagaimana kemampuan representasi matematis mereka. Setelah tes akhir kemudian dilakukan uji prasyarat analisis dan pengujian hipotesis untuk mencari tahu apakah terdapat pengaruh model Connected Mathematics Project CMP terhadap kemampuan representasi matematis siswa pada materi bangun datar segi empat. Berikut ini akan disajikan data hasil perhitungan tes kemampuan representasi matematis siswa dari kedua kelas setelah pembelajaran dilaksanakan.

1. Kemampuan Representasi Matematis Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil tes akhir kemampuan representasi matematis kelas eksperimen, didapat nilai tertinggi adalah 94 dan nilai terendah adalah 36. Data hasil tes kemampuan representasi matematis kelas eksperimen disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen No. Interval Frekuensi Frekuensi Kumula tif ≥ f i f Fk fk 1 36-45 3 8.33 36 100.00 2 46-55 3 8.33 33 91.67 3 56-65 8 22.22 30 83.33 4 66-75 11 30.56 22 61.11 5 76-85 6 16.67 11 30.56 6 86-95 5 13.89 5 13.89 Jumlah 36 100 Pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa nilai terbanyak yang didapat oleh siswa kelas eksperimen adalah pada rentang 66-75 dengan jumlah sebanyak 10 siswa atau 30,56 dari total siswa kelas eksperimen, dan nilai yang paling sedikit didapat siswa ada pada rentang 36-45 dan 46-55 masing-masing sebanyak 3 siswa atau 8,33. Nilai tertinggi berada pada rentang 86-95 sebanyak 4 siswa dengan persentase 13,89 dan nilai terendah berada pada rentang 36-45 sebanyak 3 siswa dengan persentase 8,33. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 68,56, median sebesar 69,18, dan modus sebesar 69,25 Lampiran 19. Berdasarkan data di atas terdapat 20 siswa atau sekitar 55,56 siswa dari kelas eksperimen mendapat nilai di atas rata-rata. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata adalah 16 orang dengan persentase 44,44. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran CMP sebagian besar siswa mendapatkan nilai di atas rata-rata. Sebaran dari hasil tes kemampuan representasi matematis pada kelas eksperimen ditunjukan dengan skor varians adalah 204,68, skor simpangan baku adalah 14,31, kemiringan sebesar -0,05 dan ketajamankurtosis sebesar 0,228 kurang dari 0,263 artinya kurva relatif rendah atau platikurtis dengan distribusi data cenderung mengelompok diatas rata-rata. Perhitungan lengkap skor varians, simpangan baku, kemiringan, dan ketajaman dapat dilihat pada Lampiran 19. Secara visual penyebaran data hasil tes kemampuan representasi matematis siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CMP dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut : Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Siswa Kelas Eksperimen Ditinjau dari indikator kemampuan representasi matematis kelas eksperimen diperoleh rata-rata secara keseluruhan sebesar 2,68 dengan skor ideal adalah 4. Skor tertinggi diperoleh pada indikator ekspresi matematis sebesar 3,01 dan skor terendah ada pada indikator teks tertulis yaitu sebesar 2,50. Deskripsi data kemampuan representasi matematis kelas eksperimen berdasarkan masing- masing indikator disajikan pada Tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Data Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Representasi Matematis No Indikator N Skor Ideal Mean Persentase 1 Visual 36 4 2.53 63.19 2 Ekspresi Matematis 36 4 3.01 75.35 3 Teks Tertulis 36 4 2.50 62.50 Rata-rata 2.68 67.01 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat tiga indikator kemampuan representasi matematis yang diukur yaitu indikator visual, ekspresi matematis dan teks tertulis. Pada kelas eksperimen, persentase tertinggi pada indikator ekspresi matematis yaitu 75,35 dan persentase terendah terdapat pada indikator teks tertulis yaitu 62,50, sedangkan untuk persentase rata-rata kemampuan representasi matematis kelas eksperimen sebesar 67,01.

2. Kemampuan Representasi Matematis Kelas Kontrol

Berdasarkana hasil tes akhir kemampuan representasi matematis kelas kontrol, diperoleh nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 33. Data hasil tes kemampuan representasi matematis kelas kontrol disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Dokumen yang terkait

Pendekatan Pembelajaran Model Eliciting Activities (Meas) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi Eksperimen Di Smp Negeri 178 Jakarta)

2 25 225

Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

6 49 0

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL IBL (INQUIRY BASED LEARNING) DAN CMP (CONNECTED Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model IBL (Inquiry Based Learning) dan CMP (Connected Mathematics Project) Ditinjau dari Kemampuan Penalaran

0 2 12

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL IBL (INQUIRY BASED LEARNING) DAN CMP (CONNECTED Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model IBL (Inquiry Based Learning) dan CMP (Connected Mathematics Project) Ditinjau dari Kemampuan Penalaran

0 4 17

PENDAHULUAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model IBL (Inquiry Based Learning) dan CMP (Connected Mathematics Project) Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngemplak.

0 2 8

PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP: Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung.

8 43 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP.

1 8 38

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA S

0 0 19

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MAHASIS. pdf

0 0 5

PDF ini MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERFIKIR GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Geometri melalui Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) | WARDHANI | Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak

0 0 9