Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

melena stress ulcer, dan seringkali disertai peninggian kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG. 19,33,34

2.4.3. Perdarahan Subdural

Penderita mengeluh nyeri kepala yang lambat laun menghebat, biasanya di daerah dahi. Dapat disertai mual dan muntah, kemudian penglihatan mulai kabur akibat membengkaknya papil. 22

2.5. Diagnosis Stroke Haemoragik

1,2,22,35

2.5.1. Anamnesis

Pengambilan anamnesis dilakukan melalui wawancara kepada penderita ataupun keluarga yang mengerti tentang penyakit yang diderita. Tujuan anamnesis adalah untuk mendapatkan riwayat perjalanan penyakit penderita. Dengan anamnesis yang teliti dan terarah dapat ditentukan proses alamiah serangan penyakit, misalnya tentang timbulnya serangan, penyebab, pencetus serta manifestasi klinis yang terjadi.

2.5.2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditelusuri adanya gangguan saraf, bentuk gangguan saraf serta semua penyakit yang dapat mempengaruhi perjalanan stroke. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum yaitu penilaian tingkat kesadaran, pernapasan, suhu, tekanan darah, denyut nadi, gizi, anemi, paru dan jantung, pemeriksaan neurologi dan neurovaskular. Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.

2.5.3. Pemeriksaan Penunjang

Dengan majunya teknologi kedokteran, maka pemeriksaan penunjang bertambah besar peranannya dalam menangani stroke. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain : pemeriksaan laboratorium hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit, gula darah, ureum, kreatinin, urin lengkap, Elektrokardiografi EKG, Elektro encephalografi EEG, Computed Tomography Scanning CT-Scan, Magnetic Resonansing Imaging MRI. Pemeriksaan CT-Scan dan MRI dapat membantu membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik. Dengan CT-Scan, dapat ditentukan lokasi infark, perdarahan dan menyingkirkan penyebab lain seperti tumor, hematoma subdural yang dapat menyerupai gejala infark atau perdarahan di otak. Pemeriksaan CT dengan kontras dapat mendeteksi malformasi vaskuler dan aneurisma. Sementara pemeriksaan MRI lebih sensitif mendeteksi infark, terutama yang di batang otak dan serebelum. MRI mempunyai keunggulan bagi pasien dengan iskemia vertebrobasiler atau infark yang kecil yang letaknya dalam. Namun karena terbatasnya alat-alat tersebut di Rumah Sakit, untuk mendiagnosis stroke dilakukan dengan sistem skoring. Sistem skoring dapat membedakan stroke haemoragik dan non haemoragik dengan ketepatan yang cukup memadai. Cara penggunaan sistem skoring adalah dengan menentukan berbagai variabel yang berhubungan dengan kejadian stroke dan memberikannya bobot tertentu. Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.

2.6. Letak Kelumpuhan