Suku Status Perkawinan Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Sosiodemografi

6.2.2. Suku

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan suku yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.3. Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.3. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik yang tertinggi adalah suku Batak 77,3 dan yang terendah suku jawa 6,4. Hal ini bukan berarti stroke haemoragik lebih banyak menyerang suku Batak. Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebagian besar suku Batak. Selain itu, penderita stroke haemoragik juga lebih banyak suku Batak karena sudah merupakan penggabungan dari suku Batak Toba, Karo, Simalungun dan Nias. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwin di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 dengan menggunakan desain case series yang menyatakan bahwa penderita stroke non haemoragik yang paling banyak adalah suku Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Batak dengan proporsi 77,4. Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke RS Santa Elisabeth mayoritas suku Batak. 39

6.2.3. Status Perkawinan

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan status perkawinan yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.4. Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.4. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik sebagian besar berstatus kawin 97,5, sedangkan yang belum kawin 2,5. Hal ini dikaitkan dengan jumlah penderita stroke haemoragik yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth sebagian besar berada pada kelompok umur 45 tahun, dimana pada umur tersebut pada umumnya berstatus kawin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwid 2008 di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dengan menggunakan desain case series yang menyatakan bahwa penderita stroke haemoragik paling banyak berstatus kawin dengan proporsi 98,3. 17 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.

6.2.4. Agama