Faktor Risiko Stroke Haemoragik a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol

lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda. 23 Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20. 29 Pengamatan yang dilakukan di Rumah Sakit Santo Vincentius A. Paulo Surabaya tahun 2002 menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke hemoragik sebanyak 122 kasus. kelompok usia 60-69 tahun yaitu sebanyak 32,79 penderita. Proporsi penderita laki-laki sebesar 63,11 sedangkan pada penderita perempuan proporsi sebesar 36,89. CFR pada penderita stroke hemoragik cukup tinggi, yaitu sebanyak 31,97 yang terdiri dari 69,23 laki-laki dan 30,77 perempuan. 30

2.3.2. Faktor Risiko Stroke Haemoragik a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol

a.1. Usia Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. Setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20. 3 Risiko untuk terkena stroke pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun sebesar 40 dan pada orang yang berusia dibawah 45 tahun sebesar 13. Hal disebabkan karena terjadinya akumulasi plak yang tertimbun di dalam pembuluh-pembuluh darah. 23 Yayasan Stroke Indonesia Yastroki menyebutkan, insidens stroke mencapai 63,52 per 100.000 penduduk pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan prevalensi stroke 20 per 1000 pada tingkat umur 45-54 tahun, 60 per 1000 pada golongan umur 65-74 tahun dan 95 per 1000 pada golongan umur 75-85 tahun. 22 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. a.2. Jenis Kelamin Para pria memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan para wanita, dengan sex ratio 2:1. Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai menopause. Hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa hormon berperan dalam hal ini, yang melindungi para wanita sampai mereka melewati masa-masa melahirkan anak. Pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intraserebral lebih tinggi sekitar 20 daripada wanita. Namun, wanita usia berapapun memiliki resiko perdarahan subarachnoid sekitar 50 lebih besar. 23 Berdasarkan data dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI di RSCM tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 522 pasien stroke yang dirawat 64,6 diantaranya adalah laki-laki. 31 a.3. Ras dan suku bangsa Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Faktor ini sangat penting bagi orang kulit hitam untuk melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap semua faktor risiko yang masih dapat diubah. 3,23 a.4. Riwayat Keluarga dan herediter Riwayat keluarga berperan penting dalam meningkatkan resiko terjadinya stroke. Faktor keturunan yang biasanya terjadi adalah faktor penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, kadar kolesterol yang tinggi, yang semuanya bisa diwariskan dalam keluarga penderita. Anggota keluarga dekat anak dari orang yang penah mengalami perdarahan subarachnoid memiliki peningkatan risiko 2-5 terkena perdarahan subarachnoid. 23 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. a.5. Malformasi Arteri-Vena AVM Malformasi arteriovenosa merupakan kelainan bawaan, tetapi baru diketahui keberadaannya jika telah menimbulkan gejala. Perdarahan dari malformasi arteriovenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan pingsan dan kematian. Malformasi arteriovenosa merupakan kelainan anatomis di dalam arteri atau vena di dalam atau di sekitar otak, dimana tidak terbentuknya sistem kapiler sehingga aliran darah dari arteri masuk langsung ke vena. Karena adanya hubungan langsung arteri vena, aliran darah tersedot ke anomaly hingga daerah lain mengalami kekurangan iskemik. Selain itu malformasi arteri vena bisa berkembang terus sehingga terjadi semacam gumpalan jaringan dengan efek penekanan langsung pada jaringan otak yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. 32

b. Faktor yang dapat dikontrol