Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Tahun Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Hasil CT-Scan,

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Tahun

Proporsi penderita stroke haemoragik yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berdasarkan tahun dapat dilihat pada gambar 6.1. Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan data Tahun 2004-2008 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Berdasarkan gambar 6.1. dapat diketahui bahwa jumlah penderita stroke haemoragik tertinggi pada tahun 2008 sebanyak 98 orang dan terendah pada tahun 2007 sebanyak 61 orang. Kecendrungan penderita stroke haemoragik rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis 9 , 84 1 , 1 + − = x y , frekuensi kasus meningkat sebanyak 4 kasus dengan simple ratio peningkatan 1,04 kali, serta persentase peningkatan kasus sebesar 4,04. Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.

6.2. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Sosiodemografi

6.2.1. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.2. Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.2. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik yang tertinggi pada kelompok umur 45-60 tahun 43,5, dengan proporsi laki-laki 25,2 dan perempuan 18,3. Sex ratio penderita stroke haemoragik pada laki- laki dan perempuan adalah 1,4:1. Pada gambar 6.2. juga dapat dilihat bahwa pada kelompok umur 45 tahun sudah terdapat penderita stroke haemoragik. Hal ini dikaitkan dengan adanya faktor risiko Malformasi Arteri-Vena MAV dan aneurisma, dimana faktor risiko ini merupakan kelainan bawaan yang cenderung terjadi pada remaja dan dewasa muda. 22 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Penderita stroke haemoragik yang paling muda adalah umur 15 tahun sebanyak 3 orang 1,5. Proporsi penderita yang tertinggi pada laki-laki 66,7, memiliki faktor risiko MAV 100, mengalami PIS 100, hemiparesis dextra 66,7, lokasi perdarahan pada serebrum 66,7, lama rawatan paling singkat 9 hari dan paling lama 17 hari, dilakukan tindakan konservatif 100 serta penderita PBJ 66,7. Penderita stroke haemoragik yang paling tua adalah umur 90 tahun sebanyak 1 orang 0,5, jenis kelamin laki-laki, memiliki faktor risiko hipertensi, mengalami PIS, paraparesis, lokasi perdarahan pada batang otak, dirawat selama 5 hari, dilakukan tindakan konservatif serta penderita PAPS. Umur merupakan faktor risiko terjadinya stroke haemoragik. Risiko terkena stroke akan meningkat sejak usia 45 tahun. Hal terjadi karena adanya akumulasi plak yang tertimbun di dalam pembuluh-pembuluh darah. 23 Serangan stroke juga lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan pada semua kelompok umur, dengan sex ratio 2:1. Hal ini terjadi karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang berfungsi sebagai proteksi pada proses aterosklerosis. 23 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwid 2008 di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dengan menggunakan desain case series yang menyatakan bahwa proporsi penderita stroke haemoragik pada kelompok umur 45 tahun 5,6, kelompok umur 45-64 tahun 55,9 dan kelompok umur 64 tahun 38,5, terdiri atas 53,6 laki-laki dan 46,4 perempuan. 17 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.

6.2.2. Suku

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan suku yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.3. Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.3. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik yang tertinggi adalah suku Batak 77,3 dan yang terendah suku jawa 6,4. Hal ini bukan berarti stroke haemoragik lebih banyak menyerang suku Batak. Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebagian besar suku Batak. Selain itu, penderita stroke haemoragik juga lebih banyak suku Batak karena sudah merupakan penggabungan dari suku Batak Toba, Karo, Simalungun dan Nias. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwin di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 dengan menggunakan desain case series yang menyatakan bahwa penderita stroke non haemoragik yang paling banyak adalah suku Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Batak dengan proporsi 77,4. Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke RS Santa Elisabeth mayoritas suku Batak. 39

6.2.3. Status Perkawinan

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan status perkawinan yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.4. Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.4. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik sebagian besar berstatus kawin 97,5, sedangkan yang belum kawin 2,5. Hal ini dikaitkan dengan jumlah penderita stroke haemoragik yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth sebagian besar berada pada kelompok umur 45 tahun, dimana pada umur tersebut pada umumnya berstatus kawin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwid 2008 di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dengan menggunakan desain case series yang menyatakan bahwa penderita stroke haemoragik paling banyak berstatus kawin dengan proporsi 98,3. 17 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.

6.2.4. Agama

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan agama yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.5. Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.5. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik yang tertinggi adalah beragama Kristen Protestan 51 dan yang terendah beragama Hindu 1,5. Hal ini bukan berarti stroke haemoragik lebih banyak menyerang penganut agama Kristen Protestan dari pada penganut agama lain, hanya menunjukkan bahwa sebagian besar penderita stroke haemoragik rawat inap yang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan beragama Kristen Protestan. Pada gambar 6.5. juga dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke haemoragik yang beragama Islam 19,8 merupakan proporsi agama kedua terbesar setelah agama Kristen Protestan. Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan rumah sakit religi berciri khas agama Katolik, tetapi penderita stroke haemoragik yang datang berobat lebih banyak yang beragama Islam daripada beragama Katolik. Hal ini menunjukkan Rumah Sakit Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Santa Elisabeth memiliki fasilitas pelayanan yang cukup baik yang lebih mengutamakan orang yang paling membutuhkan, tanpa memandang suku, bangsa, agama dan golongan sesuai dengan harkat dan martabat manusia sehingga penderita yang datang bukan hanya yang beragama Kristen saja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erwin di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 yang menyatakan bahwa penderita stroke non haemoragik paling banyak beragama Kristen Protestan dengan proporsi 51,0. Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke RS Santa Elisabeth Medan mayoritas beragama Kristen Protestan. 39

6.2.5. Pekerjaan

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.6. Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.6. dapat diketahui bahwa proporsi pekerjaan penderita stroke haemoragik yang tertinggi adalah wiraswasta 22,8 dan yang terendah adalah pekerjaan lain-lain 4. Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Proporsi penderita stroke haemoragik yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan lebih banyak yang bekerja sebagai wiraswasta hal ini menunjukkan karena Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan Rumah Sakit Swasta yang tidak menerima pasien yang menggunakan layanan askes.

6.2.6. Asal Daerah

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan asal daerah yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.7. Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Asal Daerah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.7. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik sebagian besar berasal dari luar kota Medan 54,0, sedangkan dari dalam kota Medan 46,0. Hal ini dapat disebabkan karena Rumah Sakit Santa Elisabeth memiliki fasilitas pelayanan yang cukup baik, dilengkapi dengan poli spesialis dan dokter spesialis yang berkaitan dengan neurologisaraf, Unit Gawat Darurat UGD, pelayanan penunjang medis seperti laboratorium, CT-Scan, Elektrokardiografi EKG, Elektro encephalografi EEG, fisioterapi dan ruang diagnostik. Stroke haemoragik merupakan suatu penyakit Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. yang cukup serius dan membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, sehingga penderita atau keluarga penderita cenderung lebih memilih rumah sakit ini walaupun mengeluarkan biaya perawatan yang lebih mahal.

6.3. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Faktor Risiko

6.3.1. Faktor Risiko

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan faktor risiko yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.8. Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.8. dapat diketahui bahwa proporsi faktor risiko penderita stroke haemoragik yang tertinggi adalah hipertensi 94,2 dan yang terendah adalah aneurisma 0,5. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke haemoragik. Berdasarkan hasil penelitian M. Adib menyatakan bahwa hampir 70 stroke haemoragik terjadi pada penderita hipertensi. 12 Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak, dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian. 24 Disamping itu, peningkatan tekanan darah yang mendadak dapat menyebabkan pembuluh darah di otak pecah karena tidak tahan menerima tekanan yang tinggi. 12 Hal ini sejalan dengan penelitian Wiwid 2008 di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dengan desain case series yang menyatakan bahwa faktor risiko penderita stroke haemoragik yang paling banyak adalah hipertensi dengan proporsi 49,16. 17 Begitu juga hal nya dengan penelitian yang dilakukan Rizaldy Pinzon 2008 di Rumah Sakit Betesda tahun 2000-2006 menyatakan bahwa faktor risiko yang paling banyak dijumpai pada penderita stroke adalah hipertensi dengan proporsi 71. 40

6.3.2. Faktor Risiko Kombinasi

Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan faktor risiko kombinasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 6.9. Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Faktor Risiko Kombinasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Berdasarkan gambar 6.9. dapat diketahui bahwa proporsi faktor risiko kombinasi penderita stroke haemoragik yang tertinggi adalah hipertensi dan pernah stroke 11,5 dan yang terendah adalah diabetes mellitus dan pernah stroke 1,6. Riwayat stroke dan hipertensi adalah faktor risiko yang penting bagi terjadinya stroke. Adanya riwayat stroke memiliki risiko yang besar untuk terjadinya stroke berikutnya. Serangan stroke ulang berkisar antara 30-43 dalam waktu 5 tahun. Setelah serangan otak sepintas, 20 pasien mengalami stroke dalam waktu 90 hari, dan 50 di antaranya dalam waktu 24-72 jam. 40 Hipertensi merupakan masalah yang umum dijumpai pada pasien stroke, dan menetap setelah serangan stroke. Tekanan darah yang tinggi tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya stroke ulang. 40 Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin, dkk di beberapa Rumah Sakit di Makassar kurun waktu Januari – September tahun 2000 dengan desain case series menyatakan bahwa faktor risiko stroke terbanyak adalah hipertensi dengan proporsi 89, sedangkan faktor risiko pernah stroke proporsi 18. 41

6.4. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Hasil CT-Scan,

Letak Kelumpuhan dan Lokasi Perdarahan Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan hasil CT-Scan, letak kelumpuhan dan lokasi perdarahan yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Hasil CT-Scan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Letak Kelumpuhan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Haemoragik Berdasarkan Lokasi Perdarahan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 Berdasarkan gambar 6.10. dapat diketahui bahwa proporsi penderita stroke haemoragik yang tertinggi mengalami Perdarahan Intraserebral PIS 80,7. Pada gambar 6.11. dapat diketahui bahwa proporsi letak kelumpuhan penderita stroke haemoragik tertinggi pada hemiparesis dextra 48,5. Pada gambar 6.12. dapat diketahui bahwa proporsi lokasi perdarahan penderita stroke haemoragik tertinggi dijumpai pada basal ganglia 47,5 . Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bambang Madiyono yang menyatakan bahwa dari seluruh stroke haemoragik, yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral proporsi 75. 3 Lokasi perdarahan PIS yang paling sering terjadi ialah pada basal ganglia khususnya putamen 30-50. Tanda khas perdarahan adalah perubahan sensori, visual dan tabiat serta penderita mengalami kesukaran untuk memulai gerak yang diingini. 20,44 Penelitian yang dilakukan oleh Wiwid 2008 di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dengan desain case series juga menyatakan hal yang sama bahwa penderita stroke haemoragik paling banyak mengalami Perdarahan Intraserebral dengan proporsi Roinda Napitupulu : Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009. 50,8. 17 Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Erpinz 2002 di Rumah Sakit Betesda yang menyatakan bahwa letak kelumpuhan yang paling banyak dijumpai pada penderita stroke adalah hemiparesis dextra dengan proporsi 54,8. 42 Dan penelitian yang dilakukan oleh Ardik Lahdimawan 2009 di RSUD Ulin Banjarmasin yang menyatakan bahwa lokasi perdarahan intrakranial paling banyak dijumpai pada basal ganglia dengan proporsi 50. 43 Selain itu, penelitian yang dilakukan H. Kalim di Rumah Sakit Santo Vincentius A. Paulo Surabaya tahun 2002 menemukan bahwa basal ganglia merupakan lokasi perdarahan kedua yang paling sering ditemui pada penderita stroke haemoragik dengan proporsi 25,4 setelah perdarahan lobar proporsi 34,43. 30

6.5. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Stroke Haemoragik