Analisis Multiplier The Role Investment Of Agricultural Sector In Economic Growth Jambi Provinces: " The Input-Output Approach And Analitycal Hierarchy Process (Ahp)”

satu satuan di suatu sektor tertentu. Tabel 28 menunjukkan bahwa multiplier output sektor pertanian sebesar 1,31, ini berarti jika terdapat peningkatan output akibat adanya peningkatan akhir maka output diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1,31 satuan. Tabel 28. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 9 Sektor No Sektor Multiplier Output Pendapatan Tenaga Kerja 1 Pertanian 1,31 1,47 1,23 2 Pertambangan dan Penggalian 1,02 1,06 1,12 3 Industri Pengolahan 1,38 1,34 4,05 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,27 1,28 1,43 5 Bangunan 1,11 1,05 1,07 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,42 1,61 1,29 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,24 1,32 1,23 8 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 1,26 1,25 1,44 9 Jasa-Jasa 1,08 1,02 1,01 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor diolah. Multiplier pendapatan sektor pertanian sebesar 1,47. Ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir di suatu sektor tertentu sebesar satu satuan, berarti bahwa jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan pendapatan di sektor-sektor lainnya sebesar 1,47 satuan. Dari Tabel 28 dapat diketahui bahwa sektor pertanian mempunyai nilai multiplier tenaga kerja sebesar 1,23. Ini berarti jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor lainnya sebesar 1,23 1 orang. Sektor pertanian yang memiliki nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi adalah sub sektor perkebunan sektor 8 – 14 dengan nilai 9,09; 10,93; 8,81, diikuti oleh sub sektor tabama sektor 1 – 7, sub sektor peternakan sektor 15 – 18, sub sektor perikanan 20 22, dan terakhir sub sektor kehutanan 19. Tabel 29 menunjukkan bahwa multiplier output sub sektor perkebunan sebesar 9,09, ini berarti jika terdapat peningkatan output akibat adanya peningkatan akhir maka output diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 9,09 satuan. Multiplier pendapatan sub sektor perkebunan sebesar 10,93. Ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir di suatu sektor tertentu sebesar satu satuan, berarti bahwa jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan pendapatan di sektor-sektor lainnya sebesar 10,93 satuan. Sub sektor perkebunan mempunyai nilai multiplier tenaga kerja sebesar 8,81. Ini berarti jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor lainnya sebesar 8,81 9 orang. Analisis multiplier memperlihatkan bahwa peningkatan output sub sektor perkebunan memberikan dampak tidak hanya terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang digunakan langsung sebagai input oleh industri perkebunan, tetapi juga memberikan dampak tidak langsung kepada kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Perubahan permintaan terhadap industri perkebunan mempunyai dampak langsung dan tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi. Tabel 29. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor Sektor Angka Pengganda Output Pendapatan Tenaga Kerja 1 1,15 1,15 1,07 2 1,07 1,07 1,03 3 1,12 1,14 1,07 4 1,11 1,17 1,06 5 1,12 1,18 1,06 6 1,05 1,12 1,03 7 1,10 1,20 1,10 8 1,61 1,83 1,55 9 1,23 1,29 1,13 10 1,44 2,75 1,60 11 1,08 1,12 1,04 12 1,11 1,17 1,08 13 1,48 1,59 1,35 14 1,14 1,18 1,06 15 1,27 1,36 1,11 16 1,35 1,40 1,10 17 1,22 1,22 1,06 18 1,45 2,80 1,38 19 1,24 1,34 1,12 20 1,37 1,72 1,24 21 1,13 2,67 1,41 22 1,22 1,41 1,21 23 1,02 1,06 1,11 24 1,18 1,17 1,73 25 1,55 1,45 3,08 26 1,42 1,65 11,90 27 1,36 1,35 4,84 28 1,18 1,30 2,45 29 1,53 2,00 7,67 30 1,46 1,65 5,66 31 1,46 1,73 7,01 32 1,42 1,36 5,77 33 1,24 1,40 3,08 34 1,17 1,10 1,74 35 1,26 1,28 1,42 36 1,10 1,05 1,07 37 1,42 1,66 1,23 38 1,42 1,52 1,44 39 1,23 1,32 1,23 40 1,30 1,34 1,18 41 1,26 1,26 1,44 42 1,08 1,02 1,01 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor diolah. 136

6.6. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Jambi

Guna memberikan gambaran mengenai dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam penelitian ini akan diasumsikan terdapat investasi sebesar Rp 150 milyar kemasing-masing sub sektor pertanian. Asumsi ini diperoleh dari data historis investasi dimana nilai yang ditentukan dengan menjumlahkan persentase nilai investasi masing-masing sektor tahun 2006 – 2010 kemudian dibagi jumlah tahun dan diambil dari nilai persentase dari sektor yang terbesar. Hal ini berguna dalam melihat perubahan masing-masing sub sektor jika dilakukan investasi dari besaran yang diasumsikan sehingga dapat menjawab peranan investasi sektor pertanian di provinsi Jambi sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Sub-sub sektor pertanian tersebut yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan sub sektor perikanan. Nilai tersebut digunakan untuk shock sektor pertanian sebagai perkiraan dana yang mungkin untuk di investasikan pada sektor pertanian di Provinsi Jambi. Menurut penelitian Darsono 2008, Peningkatan investasi di sektor pertanian kurang bisa menggerakkan pertumbuhan di sub sektor tanaman pangan, terutama disebabkan belum bisa menciptakan augmenting industri nilai tambah pada sub sektor tanaman pangan. Peningkatan investasi di sektor pertanian bisa menggerakkan pertumbuhan industri hortikultura cukup besar. Peningkatan laju investasi pada sub sektor peternakan terkendala oleh laju peningkatan harga-harga input dan tenaga kerja yang jauh lebih besar serta input impor. Sehingga peningkatan ouput, lapangan kerja, dan promosi pasar internasional terkendala. 137 Peningkatan investasi pada sub sektor perikanan, yang mencolok adalah terjadi substitusi faktor input barang impor, dan cenderung cepat menjadi padat modal. Sehingga menurunkan lapangan kerja, upah tenaga kerja, dan produktivitas. Peningkatan laju investasi di sektor kehutanan berdampak positif terhadap peningkatan lapangan kerja dan output yang diproduksi. Namun terjadi penurunan permintaan ekspor. Berbeda dengan sub sektor lainnya, peningkatan investasi justru mendorong peningkatan penggunaan primary factor composite dan impor yang mendorong terjadinya peningkatan output. Hal ini disebabkan karena produk kehutanan yang dihasilkan sebagian besar sudah tersedia di alam dalam bentuk kayu bulat, sehingga penggunaan primary factor composite untuk menghasilkan output hanya didominasi oleh kapital yang telah tersedia oleh para investor.

6.6.1. Analisis Simulasi Investasi Pertanian

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran investasi pertanian ditahun 2013, agar penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah kegiatan pembangunan daerah umumnya dan pertanian khususnya di Provinsi Jambi pada tahun 2013. Analisis simulasi investasi pertanian ini dilakukan dengan cara proyeksi permintaan akhir tahun 2012 berdasarkan tahun dasar Input-Output updating Tahun 2010 yang kemudian dilakukan simulasi sebesar Rp 150 milyar untuk melihat dampak investasi sektor pertanian di tahun 2013. Nilai Rp 150 milyar berdasarkan nilai tren atau peningkatan investasi sektor pertanian dari tahun 2006 – 2010.