Restorasi, Penanaman Kembali, atau Reklamasi

WALHI Indonesian Forum for Environment - - Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 105 jangka panjang terhadap lingkungan atas pembuangan limbah di sekitar sungai oleh pertambangan Ok Tedi: “Ketika kami berencana menutup Ok Tedi, kami tersadar bahwa kami beresiko meninggalkan warisan buruk…Hal itu tidak kami pikirakan masak-masak 25 tahun yang lalu dan sejak saat itu hingga tambang ini ditutup, akibat buruknya bagi lingkungan dan penduduk sekitar, sama sekali terlalu diremehkan. Situasi berkembang menjadi lebih kompleks, jauh lebih sulit. Ahli lingkungan kami sudah memonitor dan melakukan modeling tentang efek sedimentasi, terutama di tengah sungai Fly, ternyata efeknya lebih lama daripada yang dipikirkan. Dan rembesan air asam batuan, produksi sulfur dalam tailings yang teroksidasi, membawa dampak lebih besar daripada yang diperkirakan. Kami juga melihat efek limbah yang sudah teroksidasi di tepi bendungan di tengah sungai Fly. Masalah yang sebenarnya dari oksidasi atau ARD, adalah logam yang terlepas ke lingkungan berpotensi mempengaruhi tanaman dan hewan. Biarpun tidak ada akibat langsung terhadap manusia, tapi terdapat akibat pada ekologi sungai. … Semangat para pekerja, penduduk sekitar dan pemerintah untuk mengembangkan tempat tersebut dan memperoleh keuntungan, dapat membutakan mata para penanam saham akan masalah dan kesulitan yang dibawa dan tertinggal sesudahnya. Tanpa rencana yang menyeluruh, ketika tambang ditutup, maka yang tertinggal atau akan terlihat kemudian adalah warisan kerusakan secara ekonomi, sosial dan lingkungan, yang akibatnya sangat panjang.. … Kita semua tahu bahwa wilayah ini semestinya mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan berkesinambungan selama 25 tahun pertambangan ini ada. Dan jika kita tidak memfokuskan usaha kita dari sekarang, maka tidak akan ada yang berubah ketika tambang ditutup.” FaulknerOk Tedi 2005. Berkaca kepada Ok Tedi, terdapat kurangnya informasi yang diberikan kepada penduduk lokal dan pemerintah Indonesia tentang hal yang rumit ini dan akibat dari join venture Freeport-Rio Tinto dalam menangani pembuangan limbah. Selanjutnya, rencana penutupan tambang dilakukan dalam skala yang sangat terbatas, tanpa konsultasi terinci dengan pemilik tanah dan penanam saham lainnya. Freeport-Rio Tinto menggambarkan rencana penutupan ini akan bersifat ‘dokumen hidup’ dari bentuk aslinya yang “konseptual” PTFI 2005a. Terdapat perubahan dalam laporan perusahaan di bulan Desember 2004, terutama tentang penanganan limbah batuan PTFI 2005a, tapi revisi rencana penutupan tambang ini sepertinya tidak menjadi bahan diskusi para penanam modal dan tidak dapat diakses masyarakat umum.

8.1 Restorasi, Penanaman Kembali, atau Reklamasi

Seperti yang telah dijelaskan di atas, ekosistem alamiah yang dulunya terdapat di area tambang terdiri dari berbagai jenis habitat yang heterogen. Kelompok tumbuhan yang menderita polusi karena pembuangan tailings, berakibat terhadap lingkungan yang lebih luas dan mempengaruhi struktur kimiawi tanah, tidak bisa dikembalikan pada sistem alami hutan hujan tropis yang kompleks dan keseimbangan ekosistem lahan basah. Hal ini digarisbawahi dalam Analisis Kaji Ulang Ok Tedi peer review: WALHI Indonesian Forum for Environment - - Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 106 “Asumsi bahwa area yang tercemar bisa dikembalikan ke kondisi awal adalah hal yang patut dipertanyakan. Mungkin jika tingkat gangguannya cukup parah, maka keterbelakangannya bisa jadi akan permanen. Dan yang paling penting, pola distribusi jenis tanaman akan berbeda dari sebelumnya… Biasanya jenis keseimbangan tanaman yang tercipta berikutnya akan lebih sedikit dari pada sebelum terjadi penambangan… Literatur ekologi internasional tentang kelanjutan berikutnya setelah terjadi gangguan dan keseimbangan komunitas sekunder yang dewasa biasanya berbeda dan sering kali kurang beragam dibanding kelompok yang ada sebelumnya....” Chapman et al 2000 Di samping pengurangan keanekaragaman hanyati dalam kelompok vegetasi sekunder, dalam kasus Freeport, RPT 2002 berpendapat bahwa area yang sudah tercemar tailings tidak akan bisa dipulihkan lagi pada komposisi jenis tanaman yang pernah ada akibat telah berubahnya kondisi tanah akibat tailings. Dalam kasus dengan ADA dimana sebagian besar area akan tertutup tailings dengan kedalaman lebih dari 10 m, permukaan tanah tempat tumbuhnya tanaman tidak hanya akan “terganggu” oleh tailings, tapi akan terdiri dari 100 tailings. Freeport menanggapi kritik di The New York Times tentang dampak lingkungan dari pembuangan tailings dengan pernyataan: ”Bukannya menyebabkan kerusakan lingkungan yang luar biasa mengejutkan, wilayah yang terkena dampak tailings dari tambang kami akan siap ditanami kembali dan tanaman asli akan berkembang secara alami dengan cepat.” Freeport-McMoRan 2006 Pernyataan ini bertentangan dengan apa yang ditemukan ERA bahwa hanya sedikit jenis tanaman asli seperti rumput phragmites yang bisa ditanam kembali di area yang sudah penuh tailings, sementara tanaman ini tidak memiliki kegunaan apa pun dan tidak mencerminkan keragaman spesies dalam kehidupan alami hutan hujan dan sungai di sekitarnya yang rusak akibat ADA Parametrix 2002c. Ketika sudah menerima kenyataan bahwa mengembalikan keadaan alam seperti semula adalah sesuatu yang mustahil, saat mempertimbangkan tindakan yang harus dilakukan terhadap tanah tersebut, maka disiapkanlah beberapa rencana seperti kolam ikan komersial, peternakan hewan dan beberapa ide lain. Tapi apa prioritas bagi masyarakat Kamoro dan kegiatan apa yang cocok dengan budaya serta tradisi mereka? Pilihan untuk melakukan reklamasi seharusnya tidak diambil berdasarkan tindakan termudah yang bisa dilakukan Freeport-Rio Tinto. Ada dua hal yang jelas, area pembuangan tailings tidak akan pernah dapat dipulihkan kepada ekosistem alami sebelumnya; kedua, adalah hal yang tidak dapat diterima jika proses penanaman kembali area hanya sesederhana menanam rumput dan Casuarina, karena orang Kamoro akan kehilangan kegunaan tanah yang dulunya penuh dengan keanekaragaman hayati. Solusi yang paling bisa diterima adalah mereklamasi sesuai kebutuhan penduduk, tapi apa yang mungkin dilakukan dan dipertahankan dalam jangka panjang?

8.2 Kemungkinan Reklamasi Berskala Luas, Jangka Panjang dan Bermanfaat