WALHI Indonesian Forum for Environment - -
Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 78
Figure 32. Distribusi kepekaan spesies yang diperkirakan untuk tingkat racun akut dan kronis dari tembaga yang terlarut terhadap organisme air tawar. Pengurangan racun untuk kadar
kekerasan air 150 ppm ditemukan di Sungai Ajkwa. Diadaptasi dari Parametrix 2002a.
5.7 Pengaturan Rute dan Fungsi Sungai
Sistem Sungai Aghawagon – Otomona – Ajkwa telah berubah secara radikal dari bentuk alaminya dan tidak lagi menjalankan fungsi tradisionalnya. Dulu sistem sungai ini memiliki nilai penting
bagi masyarakat dataran tinggi Amungme dan masyarakat dataran rendah Kamoro yang memanfaatkan sungai ini di sepanjang sungai ini untuk memancing, minum, mandi, mencuci,
irigasi dan transportasi. Air sungai sekarang tidak dapat lagi digunakan untuk mandi dan mencuci karena telah penuh dengan tailings. Air sungai tidak dapat digunakan untuk memancing karena
sudah tidak ada ikan yang hidup di dalamnya. Air sungai tidak cocok lagi untuk digunakan untuk minum karena sudah kotor oleh partikel tailings dan juga karena adanya tingkat tembaga terlarut
yang tinggi. Sistem sungai Otomona-Ajkwa tidak bisa digunakan untuk transportasi karena jika dulu aliran sungai lancar sampai ke laut, maka sekarang terdapat penghalang berupa dataran banjir
buatan yang dipenuhi dengan padatan yang berasal dari tailings. Sungai Ajkwa tidak dapat lagi mengalir mengikuti jalur aliran alaminya, dan jalur bagian bawahnya terpotong oleh tanggul barat
yang mengering sebagaimana yang dapat dilihat dalam rangkaian gambar-gambar Landsat dari tahun 1996 sampai 2004 yang dibuat oleh Paull et al 2006.
WALHI Indonesian Forum for Environment - -
Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 79
Figure 33. Jalur sungai alami, hutan hujan dan ekosistem pair di sekitar Sungai Ajkwa telah digantikan oleh kawasan pembuangan Ajkwa ADA yang meluas. foto: ELSHAM Feb 2006
Proses pengalihan aliran sungai Ajkwa telah direncanakan sejak tahun 1990-an, PTFI 1997 dan diselesaikan pada tahun 2005, sebagaimana yang terlihat pada Figure 16. Air dari sungai Ajkwa
River, yang sebelumnya mengalir secara alami ke laut sekarang terhambat oleh suatu kanal yang terletak di antara dua tanggul di sebelah barat area pembuangan tailings. Mudah-mudahan
pengalihan “kanal” buatan ini dapat mengembalikan beberapa fungsi yang hilang sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Namun selama beberapa tahun mendatang, kualitas air akan
menurun akibat erosi dan pemindahan tailings yang sebelumnya ditimbun di sebelah barat dari ADA. Sama halnya dengan Sungai Otomona yang direncanakan untuk dialihkan alirannya ke
sebelah timur setelah proses penambangan berhenti pada tahun 2041 dan tidak lagi digunakan untuk lajur transportasi tailings ke hulu ADA Parametrix 2002a.
WALHI Indonesian Forum for Environment - -
Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 80
6 Dampak Lingkungan: Muara
Bagian hilir ADA yaitu Muara Ajkwa memberikan lingkungan daratan dan air dengan keanekaragaman habitat yang luar biasa, terbagi dalam berbagai zona berdasarkan ketinggian di
atas permukaan laut, kadar garam, jenis tanah dan drainase, dan beberapa faktor lainnya Figure 34.
Bagian akhir dari hilir ADA terdiri dari hutan rawa air tawar lahan basah sagu. Ke arah laut, komunitas tumbuhan air tawar ini bergeser menjadi hutan rawabakau air laut dan komunitas
palem nipah Nypa fruticans. Di luar itu, sebagian besar kawasan Muara Ajkwa yang lain merupakan ekosistem bakau yang matang, penuh dengan hutan pohon tinggi dengan kanopi
setinggi 25-30 m yang terdiri dari dua komunitas bakau; yang pertama didominasi oleh Bruguiera spp yang berada di muara bagian atas dan yang satunya didominasi oleh Rhizophora spp yang
terletak pada area di bagian bawah muara dengan tingkat kadar garam yang lebih tinggi. Spesies pemula Sonneratia caseolaris dan Avicennia spp ditemukan di sepanjang tepian kanal-kanal muara,
tempat terjadinya endapan Brunskill et al 2004. Figure 34. Jenis komunitas tumbuhan pada Muara Ajkwa sekitar tahun 1997, dipetakan oleh
Ellison pada Brunskill et al 2004
WALHI Indonesian Forum for Environment - -
Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 81
Diagram konsep rantai makanan dari ERA dapat dilihat pada Figure 35. Fauna invertebrata bentos perairan dari area muara diantaranya adalah moluska, krustasea, dan polisaeta seperti
tiram, kepiting, remis, dan cacing. Terdapat juga beberapa spesies ikan kecil yang menjadi penghuni tetap dari ekosistem bakau, dimana spesies ikan dan udang muda menggunakan
lingkungan bakau sebagai tempat untuk berkembang biak. Fauna invertebrata daratan terdiri dari spesies pemakan daun dan kayu seperti kumbang dan rayap, juga spesies predator dan parasit.
Invertebrata dan ikan kecil ini merupakan makanan bagi banyak varietas burung seperti pemakan lebah bee-eaters, sun-birds, ibis, spoonbill, herons, egrets, dan pelikan yang sedang bermigrasi. Ada juga
burung pemakan madu di kawasan bakau, dan spesies pemakan buah dan biji seperti burung dara, enggang S, beo dan kakaktua yang hidup di kawasan lahan basah palem nipah di daerah muara
bagian atas. Beberapa spesies lain yang ditemukan di area muara antara lain spesies ular, kura-kura, dan dua
spesies buaya, yaitu spesies air tawar dan air laut. Terdapat juga beberapa tikus bakau, kadal bakau, dan kalong yang mencari makan dan tinggal di kawasan bakau.
Figure 35. Rantai makanan untuk ekosistem bakau di wilayah Timika. Dari Parametrix 2002c
WALHI Indonesian Forum for Environment - -
Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 82
6.1 Dampak terhadap Tumbuhan Daratan dan Satwa Liar