WALHI Indonesian Forum for Environment - -
Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 31
3 Mengatur Freeport-Rio Tinto
3.1 Undang-Undang Pembuangan Limbah Cair
Pembuangan limbah tailings ke sungai adalah pelanggaran hukum illegal menurut UU lingkungan Indonesia sejak 1990. Pada Desember 2001, larangan ini diperkuat oleh PP 822001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. Dalam surat yang dikirim pada tanggal 12 Juni 2001, Badan Pengawasan Dampak Lingkungan
Bapedal memperingatkan joint venture Freeport-Rio Tinto bahwa:
• Pembuangan tailings ke sungai adalah pelanggaran langsung terhadap peraturan yang melarang pembuangan limbah cair maupun padat ke dalam atau ke sekitar sungai Pasal
27 Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 mengenai pengelolaan sungai; dan
• Apabila lumpur tailings dianggap sebagai limbah cair, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat dari Gubernur Irian Jaya 5402102SET, maka pembuangan tailings ke sungai
adalah juga merupakan pelanggaran langsung terhadap larangan pembuangan limbah cair ke sungai, yang diatur dalam:
o Pasal 263e PP 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air; dan
o Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 Lampiran C
KEPMENLH 511995 Menyusul surat bulan Juni tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR RI
meratifikasi Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pasal 42 dari peraturan ini dalam kaitannya dengan Penjelasan
Resmi berikut, secara tegas melarang pembuangan tailings ke sungai: [Pasal 42: Setiap orang dilarang membuang limbah padat dan atau gas ke dalam air dan sumber air.
Penjelasan Resmi PP 822001: “Pengertian limbah padat termasuk limbah yang berwujud lumpur dan atau slurry. Contoh dari pembuangan limbah padat misalnya pembuangan atau penempatan material sisa usaha dan
atau kegiatan penambangan berupa tailing, ke dalam air dan atau sumber air.”] Peraturan yang sama juga melarang pembuangan batuan limbah oleh Freeport-Rio Tinto ke
Danau Wanagon. Tanggapan Freeport adalah bahwa mereka memiliki ijin yang tertuang dalam surat Gubernur
Propinsi Irian Jaya. Surat ini menyatakan bahwa pemerintah memberi ijin untuk membuang limbah tambang tailings ke sistem Sungai Aghwagon-Otomona-Ajkwa. Menteri Lingkungan
Hidup RI saat itu, Sonny Keraf, kemudian menulis kepada Gubernur untuk memberitahukan bahwa izin tersebut tidak berlaku, dan Gubernur harus meninjaunya kembali. Surat Menteri ini
mencantumkan Undang-Undang Otonomi Daerah 2001 dan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan 1997 yang dalam Pasal 20 yang melarang pembuangan limbah industri tanpa izin
pemerintah. Izin ini hanya bisa dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
WALHI Indonesian Forum for Environment - -
Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 32
[Pasal 20: 1 Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.
… 3 Kewenangan menerbitkan atau menolak permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berada pada
Menteri.]
3.2 Peraturan Kualitas Air Tawar