Satwa Liar dan Logam Berat

WALHI Indonesian Forum for Environment - - Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 70 pada akhirnya mengganggu pertumbuhan akar yang menyebabkan keanekaragaman flora dan fauna menjadi berkurang. Masalah re-vegetasi ADA dibahas dalam bagian pasca-penutupan di bawah ini. Namun demikian, perlu dicatat bahwa tailings murni, yang meliputi hampir 230 km persegi ADA area, telah meningkatkan konsentrasi logam berat, kurang mengandung karbon organik maupun beberapa nutrisi penting lainnya, dan tidak memiliki kapasitas penyimpanan water holding air yang cukup. Beberapa percobaan telah menunjukkan bahwa tailings murni tidak bisa mendukung pertumbuhan atau penyerbukan yang memadai dari tanaman asli tanpa pemberian pupuk yang intensif, kompos danatau tanah alam yang didatangkan dari tempat lain Parametrix 2002c.

5.3 Hewan Dataran Rendah

Parametrix 2002c mengutip sumber lain seperti survei keanekaragaman hayati pada tahun 1999 yang dilakukan oleh PT. Hatfindo untuk mendeskripsikan margasatwa di area dataran rendah. Sekitar lebih dari 700 spesies burung yang menarik tercatat hidup di daerah Timika, termasuk beberapa spesies “burung dari surga” yang cukup terkenal “Cenderawasih”, yang kemudian dijadikan nama Universitas Cenderawasih di Papua, beberapa spesies kakaktua, beo, merpati, burung dara, beberapa spesies burung besar seperti burung enggang, megapodes dan salah satu spesies burung terbesar yang ada di dunia yaitu kasuari selatan. Selain itu, banyak juga burung- burung kecil pemakan serangga dan madu bunga, dan juga spesies karnivora seperti kites burung layang-layang, burung hantu, elang laut dan kingfishers yang menangkap ikan dari sungai yang bermeander. Selain Komodo, kadal terbesar lainnya di dunia hanya terdapat di Papua, yaitu V. sallvadorii yang memiliki panjang sekitar 3-4 m. Kadal ini ditemukan di wilayah Timika dan hidup di pepohonan di sekitar sungai dan memakan mamalia kecil, burung dan telurnya, kodok dan juga berbagai binatang melata kecil. Selain itu, terdapat juga kura-kura dan penyu, 42 spesies tokek dan beberapa jenis ular termasuk dua spesies ular boa dan empat spesies ular piton. Mamalia yang tinggal di hutan termasuk beberapa spesies kangguru pohon, kuskus, beberapa spesies kelelawar dan juga “pendatang baru” babi serta tikus yang sekarang merupakan bagian dari ekosistem hutan. Spesies serangga yang ditemukan di wilayah ADA termasuk diantaranya enam dari delapan spesies kupu-kupu sayap burung yang langka yang terdaftar dalam IUCN. Banyak reptil besar dan burung-burung yang disebutkan sebelumnya dilindungi oleh undang- undang Indonesia ataupun undang-undang internasional.

5.3.1 Satwa Liar dan Logam Berat

Selain wilayah ADA yang pada akhirnya akan dipenuhi oleh tailings setinggi beberapa meter, area hutan dan kanal di luar ADA tertutup oleh lapisan tipis tailings ketika tepian sungai Ajkwa runtuh sebelum dibangun sistem tanggul pada tahun 1997. Peningkatan logam berat yang diakibatkan oleh tailings dalam area tersebut memiliki potensi risiko terhadap kehidupan satwa liar. Berbagai hewan dapat terkena dampak paparan langsung terhadap tailings, serta perusakan dan perubahan habitat yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia kandungan logam berat yang tinggi, bahan organik dan nutrisi yang rendah dan karakteristik fisik dari tailings ukuran partikel, masalah retensi air, dan proses pengendapan proses penyumbatan terhadap komunitas tumbuhan dan WALHI Indonesian Forum for Environment - - Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 71 hewan invertebrata air. Logam berat dari tailings juga bisa meresap ke air permukaan dan air tanah, keluar dari kawasan ADA dan menciptakan rute paparan sekunder Parametrix 2002c. Penilaian Risiko untuk Tumbuhan dan Satwa Liar menunjukkan bahwa seluruh spesies tumbuhan yang diperiksa mengandung setidaknya satu logam berat ketika ditanam dalam tailings dari penambangan Freeport-Rio Tinto jika dibandingkan dengan yang ditanam dalam tanah dari hutan yang tidak terkontaminasi. Beberapa hasil pengamatan ini bisa dilihat pada Figure 27 di atas. Sebagai akibatnya, satwa liar asli bisa terpapar logam ketika mencari makanan pada dedaunan, biji, buah dan madu dari tumbuhan, atau secara tidak langsung dari memangsa invertebrata yang mengkonsumsi tanaman-tanaman tersebut. ERA mengidentifikasi rantai makanan yang sederhana untuk ekosistem hutan di wilayah Timika Figure 28, yang menunjukkan bahwa masing-masing dari ke-tujuh “kelompok makanan” bisa terpapar terhadap logam-logam yang terkandung dalam tailings melalui akumulasi makanan mereka. Diantara tanaman yang diperiksa dalam Plant and Wildlife ERA, bayam air, cyperus, kubis Cina, ubi jalar dan daun singkong mengandung tembaga dari tailings Freeport sejumlah lebih dari 30 mgkg, yang artinya cukup berbahaya bagi satwa liar yang secara khusus memakan vegetasi ini. Untuk hewan dengan paparan tinggi terhadap logam dari tailings karena hanya mencari makan di daerah tailings, Plant and Wildlife ERA memperkirakan beberapa risikorisiko berikut: Tidak mengalami peningkatan risikorisiko karena terpapar logam dari tailings: • Predator tingkat atas seperti elang atau buaya; • Burung omnivora seperti egrets sejenis bangau. Mengalami sejumlah peningkatan risikorisiko karena terpapar logam dari tailings: • kingfishers dan burung pemakan ikan lainnya; • brush turkey, fantail sejenis kalkun dan beberapa jenis burung lainnya yang memakan invertebrata di tanah atau dedaunan; • kasuari dan burung besar pemakan buah lainnya; Mengalami peningkatan risikorisiko yang tinggi karena terpapar logam dari tailings: • mamalia seperti kalong atau hewan seukuran lainnya yang mengkonsumsi buah dan makanan lainnya, atau hanya mengkonsumsi buah saja; • mamalia seperti kelelawar yang hanya memakan invertebrata pada dedaunan; • mamalia seperti kuskus yang makan tanaman; • mamalia omnivora besar seperti babi. Parametrix 2002c. WALHI Indonesian Forum for Environment - - Environmental Impacts of Freeport-Rio Tinto 72 Figure 28. Rantai makanan untuk ekosistem hutan di wilayah Timika. Dari Parametrix 2002c.

5.3.2 Perusakan Habitat Satwa Liar dan Kerusakan Fungsi Ekologis