Perilaku Korupsi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

09291224051Survei.Insis.Publik.Makin.Tak.Puas.pada.Kinerja.DPR. Survei Poltracking Institute juga memperlihatkan tingkat ketidakpuasan responden sebesar 61,68 persen http:nasional.tempo.coreadnews20131020 078523131lagi-hasil-survei-kinerja-dpr-buruk. Alhasil, kebiasaan tidur anggota DPR saat rapat –yang seharusnya membahas kebijakan-kebijakan publik– sudah barang tentu membuat masyarakat Indonesia semakin berang. Comic memberikan ide yang inovatif untuk mencegah rasa kantuk yang dialami anggota DPR saat rapat. Pemimpin rapat harus melakukan tindakan atraktif, seperti menyapa para anggota rapat layaknya seorang biduan menyapa para penontonnya. Hal ini diyakini oleh comic dapat meningkatkan antusiasme para peserta rapat untuk terus terjaga saat sidang atau rapat berlangsung. Namun, anggapan itu lantas dipatahkan oleh rasa skeptis comic bahwa tabiat anggota DPR ini tidak dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Alhasil, pada akhir wacana di atas comic menuturkan bahwa anggota DPR tetap pada kebiasaannya: tidur saat rapat.

2.3.3 Perilaku Korupsi

Wacana 26 berikut ini berisi kritikan terhadap perilaku koruptif anggota DPR. 26 Biasa ke kantor pakai Camry, ini jalan kaki. Pas lagi jalan ketemu preman. Tapi, nggak akan dipalak. Ya, kali preman pasar malak preman negara? Loe tahu kan preman pasar itu. O 1 : Woi, siapa loe? O 2 : Tukang daging, bang. O 1 : Duit, duit O 1 : Woi, siapa loe? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI O 2 : Anggota dewan. O 1 : Duit. O 2 : Kenapa, kok saya nggak jadi dipalak? O 1 : Maaf nih ya, Pak. Saya preman biasa malak duit halal. Kalau saya malak Bapak, dosanya dobel. Dzawin, show 6. Wacana berikut ini mengandung kritikan terhadap perilaku korupsi anggota DPR. 27 Saya itu selalu bingung. Kita itu selalu bingung kalau pemilihan. Kita selalu bingung memikirkan caleg. Padahal caleg tidak pernah bingung memikirkan kita. Caleg tidak pernah bingung memikirkan kita. Padahal seperti ini. Mereka juga tidak mengingat kita. Maksud saya, ingatlah kita, ingat kita, apalagi kalau kalian sudah korupsi. Ingat, bagi-bagi hasil korupsi. Dan begini, kalau misalnya. Tapi, jangan kalian pilih caleg yang seperti itu. Itu tidak baik. Yang harus kalian pilih itu caleg yang jujur. Jujur kalau butuh uang rakyat. Sri, show 6. Pada wacana 26, comic mengeluhkan tindakan korupsi yang marak terjadi di lingkungan pejabat DPR. Hal ini ditunjukkan dalam tuturan Saya preman biasa malak duit halal. Kalau saya malak Bapak, dosanya dobel. Di dalam tuturan kunci tersebut, diceritakan bahwa seorang preman enggan memalak salah seorang anggota DPR karena curiga dan takut uang yang dimiliki oleh pejabat legislatif itu adalah hasil korupsi. Tuturan ini mengimplikasikan tabiat buruk anggota DPR ihwal perilaku koruptif. Tempo.co 23914 mengungkapkan, berdasarkan data KPK, terdapat 466 politikus yang terjerat kasus korupsi. Ada sembilan partai politik yang kadernya melakukan tindakan korupsi https:m.tempo.coreadnews20140923 063609068anas-dan-466-politikus-yang-dijerat-kasus-korupsi. Pada pemberitaan tersebut, tidak dijelaskan rentang waktu korupsi itu terjadi. Pada wacana 27, comic mengkritisi tindakan korupsi yang dilakukan para anggota DPR. Hal ini ditunjukkan dalam tuturan Ingat, bagi-bagi hasil korupsi dan Jujur kalau butuh uang rakyat. Tuturan ini mengimplikasikan sifat ketidakjujuran anggota DPR yang menyelewengkan uang negara, dan dipakai untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Menjelang pemilihan umum, para pemilih sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan politik untuk menentukan siapa caleg yang pantas menduduki kursi jabatan tersebut. Hak suara yang digunakan oleh para pemilih adalah simbol pencurahan harapan dan mimpi kepada para calon anggota terpilih untuk membawa para konstituennya dan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas mendapat kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi, pada kenyataannya, kinerja para anggota DPR ini memprihatinkan. Sikap skeptis pun berkembang di masyarakat. Sebagai bentuk kekecewaannya, comic lantas mengasosiasikan anggota DPR dengan sifat koruptif, ketidakjujuran, dan tamak.

2.4 Anggota Organisasi Kemasyarakatan