wacana humor pada umumnya masih ditinjau berdasarkan aspek ketidakpatuhan prinsip kerja sama. Melalui kajian ini, peneliti tidak hanya akan mengkaji proses
penciptaan wacana humor SUCI 4 berdasarkan ketakpatuhan tuturannya pada prinsip kerja sama, tetapi juga akan mengkajinya berdasarkan kepatuhan
tuturannya tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siapa sasaran kritik dan apa hal yang dikritik dalam WHKS SUCI 4?
2. Bagaimana kepatuhan dan ketakpatuhan tuturan dalam WHKS SUCI 4 pada
prinsip kerja sama Grice?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan siapa sasaran kritik dan apa hal yang dikritik dalam WHKS
SUCI 4. 2.
Mendeskripsikan kepatuhan dan ketakpatuhan tuturan dalam WHKS SUCI 4 pada prinsip kerja sama Grice.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian berjudul “Wacana Humor Kritik Sosial dalam Stand Up PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Comedy Indonesia Season 4 di Kompas TV : Tinjauan Pragmatik” adalah deskripsi
tentang: 1 sasaran kritik dan hal yang dikritik dalam WHKS SUCI 4; serta 2 kepatuhan dan ketakpatuhan tuturan dalam WHKS SUCI 4 pada prinsip kerja
sama Grice. Adapun manfaat hasil penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.
1.4.1. Manfaat Teoretis
Secara pragmatis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan penjelasan bagaimana mengkaji mengungkap sasaran kritik dan hal yang dikritik dalam
wacana humor kritis verbal serta proses penciptaan WHKS pada SUCI 4 berdasarkan kepatuhan dan ketakpatuhan tuturannya pada prinsip kerja sama
Grice. Sejauh penelusuran peneliti, kajian perihal aspek-aspek penciptaan wacana humor verbal pada umumnya hanya berdasarkan ketakpatuhan tuturannya pada
prinsip kerja sama dan kesopanan saja. Oleh karena itu, penelitian ini, secara khusus kajian ihwal penciptaan humor berdasarkan kepatuhan tuturannya pada
prinsip kerja sama, dapat menjadi informasi atau referensi bagi penelitian- penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan secara praktis agar dapat melakukan kritikan yang jenaka dan tidak menyinggung perasaan orang yang dikritik.
Penelitian ini juga dapat dipakai sebagai salah satu acuan bagi untuk melakukan SUC dengan memanfaatkan prinsip-prinsip pragmatik.
1.5 Tinjauan Pustaka
Kajian tentang wacana humor yang berkaitan dengan linguistik pernah dilakukan oleh Sudarsono 2013, Cahyaprasetya 2015, Wati 2013, Sari
2012, Fadilah 2015, dan Wijayanti 2015. Sudarsono 2013, melalui skripsinya “Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia: Kajian Struktural,
Pragmatis, dan Kultural”, melihat penciptaan humor dalam wacana gombal melalui proses berikut ini. Pertama, pemanfaatan aspek kebahasaan dari tataran
yang rendah hingga tataran yang tinggi, yaitu 1 aspek fonologi, berupa permainan fonem dan penambahan suku kata, 2 aspek sintaksis, berupa pertalian
kata dalam frasa dan pertalian antarklausa, 3 aspek semantik, berupa polisemi, homonimi, idiom, peribahasa, hiperbola, elipsis, metafora, dan personifikasi, dan
4 aspek wacana, berupa pantun, silogisme, dan entailmen. Kedua, proses penciptaan humor dalam wacana gombal dilakukan dengan membelok dari prinsip
kerja sama untuk menghasilkan nilai rasa gombal. Wujud pelanggaran prinsip kerja sama berupa sumbangan informasi yang berlebihan, kurang logis, keluar
dari konteks, dan ambigu. Cahyaprasetya 2015, dalam skripsinya: “Pelanggaran Prinsip Kerja Sama
dan Prinsip Kesopanan dalam Acara Tatap Mata Trans 7 sebagai Wahana Menciptakan Humor Verbal Lisan”, menemukan hasil kajiannya sebagai berikut.
Pertama, ditemukan wujud pelanggaran prinsip kerja sama sebagai wahana penciptaan humor dalam acara Tatap Mata Trans 7, yang meliputi: 1 maksim
kuantitas berupa informasi yang berlebihan dan informasi yang kurang informatif, 2 maksim kualitas berupa informasi yang salah dan informasi tidak logis, 3
maksim relevansi berupa informasi tidak relevan dengan masalah pembicaraan, dan 4 maksim pelaksanaan berupa kesalahan dalam menafsirkan mitra tutur,
informasi implisit. Kedua, ditemukan wujud pelanggaran prinsip kesopanan, yaitu 1 maksim kebijaksanaan berupa perintah yang mempermalukan mitra tutur dan
informasi yang membingungkan mitra tutur, 2 maksim kemurahan berupa pemanfaatan ketidaktahuan mitra tutur dan permintaan sesuatu kepada mitra tutur,
3 maksim penerimaan berupa merendahkan mitra tutur dan mencela mitra tutur, 4 maksim kerendahan hati berupa bangga terhadap diri sendiri, 5 maksim
kecocokan berupa informasi tidak sebenarnya, dan 6 maksim kesimpatian berupa sikap antipati terhadap kesusahan mitra tutur.
Wati 2013 mengkaji humor SUC dalam skripsinya yang berjudul “Bahasa Humor Pertunjukan: Kajian Prinsip Kerja Sama terhadap Pertunjukan Stand Up
Comedy Show di Metro TV ”. Penelitian ini membahas bentuk pendayagunaan
maksim-maksim dalam prinsip kerja sama Grice dan implikatur tuturan humor yang mendayagunakan prinsip kerja sama dalam SUC Show di Metro TV. Berikut
ini adalah hasil penelitiannya. Pertama, pendayagunaan maksim kualitas pada terbagi atas sembilan jenis: pelesetan, pemahaman yang salah, dianggap salah
oleh comic, generalisasi yang salah, tidak masuk akal, tidak didukung bukti-bukti, hal yang belum tentu benar, pemikiran yang menyimpang atau tidak lazim, dan
kombinasi tidak masuk akal dan dianggap salah oleh comic. Kedua, pendayagunaan maksim cara terdiri atas penuturan yang tidak jelas, kabur, dan
tidak langsung. Ketiga, pendayagunaan maksim relevansi terdiri dari selipan, ketidaksinambungan dengan pernyataan sebelumnya dalam satu topik
pembicaraan, ketidaksinambungan karena ambiguitas, ketidaksinambungan karena tuturan yang kurang lengkap, dan penggunaan kata yang kurang tepat.
Sari 2012, dalam skripsi berjudul “Humor dalam Stand Up Comedy oleh Raditya Dika Kajian Tindak Tutur, Jenis, dan Fungsi”, mengkaji tentang jenis
tindak tutur dan penerapan prinsip kerja sama beserta penyimpangan yang terjadi dalam humor SUC oleh Raditya Dika serta mengetahui jenis dan fungsi humor
yang digunakan. Adapun hasil penelitiannya sebagai berikut. Pertama, jenis tindak tutur dalam humor SUC oleh Raditya Dika yang menimbulkan kelucuan adalah
tindak tutur lokusi naratif, deskriptif, dan informatif; ilokusi asertif, direktif, deklaratif, dan ekspresif; serta tindak tutur perlokusi. Kedua, ditemukannya
penerapan dan penyimpangan maksim-maksim prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun dalam tuturan untuk memancing tawa penonton. Ketiga, jenis humor
yang terdapat dalam SUC oleh Raditya Dika adalah guyonan parikena, satire, sinisme, plesetan, analogi, unggul-pecundang, dan apologisme. Keempat, fungsi
yang termuat di dalam SUC oleh Raditya Dika adalah fungsi 1 membantu pendidikan anak muda, 2 meningkatkan solidaritas suatu kelompok, 3 sebagai
sarana kritik sosial, 4 memberikan suatu pelarian yang menyenangkan dari kenyataan, dan 5 mengubah pekerjaan yang menyenangkan menjadi permainan.
Fadilah 2015, melalui skripsinya: “Humor dalam Wacana Stand-up Comedy Indonesia Season 4 di Kompas TV
”, mengemukakan hasil penelitiannya sebagai berikut. Pertama, penciptaan humor SUCI 4 menggunakan teknik
praanggapan, teknik implikatur, dan teknik dunia kemungkinan. Kedua, tuturan humor SUCI 4 berfungsi sebagai penyalur keinginan dan gagasan, pemahaman
diri untuk menghargai orang lain, pemahaman kritis terhadap masalah yang ada, penghibur, penyegaran pikiran, dan peningkatan rasa sosial.
Wijayanti dalam tesisnya: “Analisis Wacana Stand Up Comedy Indonesia Session 4 Kompas TV” menemukan bahwa struktur wacana SUCI 4 terdiri atas
struktur wajib, yaitu isi lawakan yang terdiri atas pengantar dan punch line, serta unsur opsional yang terdiri atas salam pembukan, pertanyaan kabar, kalimat
penutup, dan penyebutan nama. Selain itu, kepaduan antarpremis dalam wacana ditemukan wacana yang kohesif saja, kohesif dan koheren, serta tidak kohesif dan
koheren. Wijayanti juga menemukan berbagai fenomena kebahasaan dalam acara
SUCI 4 untuk menimbulkan efek humor, yaitu permainan bunyi yang terdiri atas penggantian bunyi pada kata dan suku kata, ambiguitas yang terdiri dari
ambiguitas gramatikal kata majemuk, frasa, amfipoli dan ambiguitas leksikal polisemi dan homonimi, relasi leksikal hiponimi dan kohiponimi, meronimi,
kolokasi, sinonimi, antonimi, permainan unsur pembatas, metonimi, hiperbola, simile, visualisasi referen, dan entailment. Fungsi komunikatif SUCI 4 yaitu
untuk bercanda, menertawakan diri sendiri, menyindir, mengkritik, mempengaruhi penonton, dan menginformasikan budaya.
Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka di atas, kebaruan yang ditemukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penciptaan wacana humor
secara pragmatis, terutama humor dalam SUCI 4, tidak hanya dapat dilakukan dengan tidak mematuhi prinsip pragmatik saja, tetapi juga dengan mematuhi
prinsip pragmatik tersebut. Penelitian ini melengkapi tesis Wijayanti 2015 yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya mengkaji humor dalam SUCI 4 secara struktural dan skripsi Fadilah 2015 yang hanya mengkaji proses penciptaan humor dengan teknik praanggapan, teknik
implikatur, dan teknik dunia kemungkinan. Kedua, entitas wacana SUCI 4 adalah komunikasi verbal. Di dalam pragmatik, kegiatan berbicara berorientasi pada
maksud dan tujuan. Humor dalam pertunjukan SUC tersebut tidak semata-mata untuk menghibur para penonton, tetapi juga menyingkap banyak persoalan sosial
masyarakat Indonesia. Di atas panggung, para comic menyuarakan kritikan dan aspirasi melalui lawakan-lawakannya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
akan membahas secara komprehensif siapa sasaran kritik dan apa hal yang dikritik oleh comic di dalam SUCI 4. Pembahasan ini tidak ditemukan di dalam penelitian
pada tinjauan pustaka di atas.
1.6 Landasan Teori