Subtipe IIe Tuturan yang Mematuhi Dua Maksim, tetapi Tidak Patuh pada Dua

sama memiliki unsur “tumbuhan”. Akan tetapi, baik secara tekstual maupun kontekstual, set up dan punch line ini tidak saling terkait, karena yang menjadi inti wacana di atas ihwal model kerudung kontemporer.

3.3.5 Subtipe IIe

Subtipe IIe adalah tuturan yang mematuhi maksim cara dan maksim relevansi, tetapi tidak mematuhi maksim kuantitas dan maksim kualitas. Perhatikan kedua wacana yang tergolong ke dalam Subtipe IIe di bawah ini. 100 Capres menurut gua yang paling terpenting adalah harus tahu sejarah. Karena kemarin ada capres deklarasi, salah milih tempat sejarah. Dia deklarasi di Rumah Si Pitung. Padahal dia nggak tahu dulu rumah sejarahnya si Pitung gimana. Pak, Pitung mah kagak pernah punya rumah. Lah, seumur hidup dikejar Belande, gimana mau punya rumah, Pak? Entuh rumah yang dirampok Pitung sejarahnye . Ini orang katanya, “Biarin, saya deklarasi di sini, biar menularkan semangat si Pitu ng.” Semangat ape? Ngerampok? David, show 17. 101 Menurut gua, kondom itu nggak ada gunanya karena sudah gagal memenuhi fungsinya untuk mencegah pertambahan penduduk. Kenapa bisa gagal? Alasannya simpel: karena iklan kondom ditaroh jam 1 malam. Ini yang mau nonton siapa? Setan? Ini mungkin makanya di zaman modern nggak ada lagi film horor beranak dalam kubur, karena setannya udah pakai kondom. Coki, pre show 1. Wacana 100 mematuhi maksim relevansi karena setiap informasi di dalam tuturan ini saling terkait. Adapun intisari wacana ini berisi tentang kesalahan salah satu capres pada Pilpres 2014 dalam memilih tempat pendeklarasiannya. Berikut tuturan kuncinya: Capres menurut gua yang paling terpenting adalah harus tahu sejarah. Karena kemarin ada capres deklarasi, salah milih tempat sejarah. Lebih lanjut, comic membeberkan alasannya mengapa ia menganggap capres tersebut salah dalam memilih tempat deklarasi. Tuturan kuncinya sebagai berikut: Pak, Pitung mah kagak pernah punya rumah. Lah, seumur hidup dikejar Belande, gimana mau punya rumah, Pak? Entuh rumah yang dirampok Pitung sejarahnye. Selain itu, wacana di atas juga mematuhi maksim cara karena tidak ada satupun tuturan yang bersifat ambigu. Bagian wacana 100 yang tidak mematuhi maksim kuantitas ditandai dalam tuturan kunci ini yang juga menjadi punch line-nya: Semangat ape? Ngerampok? Kontribusi tuturan ini dianggap berlebihan karena tidak informatif dan hanya merupakan opini comic yang mempertanyakan memojokkan pernyataan capres tersebut yang terdapat pada tuturan berikut: Biarin, saya deklarasi di sini, biar menularkan semangat si Pitung. Sementara itu, tuturan yang tidak mematuhi maksim kualitas terdapat pada bagian wacana berikut: Pitung mah kagak pernah punya rumah. Lah, seumur hidup dikejar Belande, gimana mau punya rumah, Pak? Tuturan ini dapat menghasilkan lebih dari satu interpretasi, yang disebabkan oleh beragamnya versi cerita tentang sejarah hidup Pitung. Tuturan ini bisa jadi menimbulkan efek humor jika diasumsikan bahwa penonton menganggap informasi pada tuturan tersebut tidak benar. Terlepas dari perdebatan kepemilikan Rumah Pitung –apakah itu kediaman asli Pitung atau bukan –, tuturan comic yang mengungkapkan bahwa Pitung sama sekali tidak memiliki rumah selain Rumah Pitung, dapat menimbulkan keraguan bagi penonton karena dianggap tidak logis. Wacana 101 mematuhi maksim cara karena tuturan yang disampaikan tidak mengandung informasi yang taksa. Wacana di atas juga mematuhi maksim PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI relevansi. Pokok pembicaraan wacana ini berisi tentang kritik comic atas kegagalan kondom dalam memenuhi fungsinya sebagai pencegah pertambahan jumlah penduduk. Lebih lanjut, comic pun menerangkan opininya alasan gagalnya fungsi kondom yang bertalian dengan masalah pada pokok pembicaraannya. Sementara itu, bagian wacana 101 yang tidak mematuhi maksim kuantitas diterangkan dalam tuturan kunci berikut: Ini yang mau nonton siapa? Setan? Ini mungkin makanya di zaman modern nggak ada lagi film horor beranak dalam kubur, karena setannya udah pakai kondom. Tuturan ini menimbulkan efek humor karena kontribusi informasinya berlebihan. Idealnya, wacana di atas berakhir pada tuturan Karena iklan kondom ditaroh jam 1 malam. Wacana ini juga tidak mematuhi maksim kualitas karena comic menyampaikan informasi yang tidak benar. Melalui imajinasinya, comic beropini atau menduga bahwa iklan kondom yang ditayang pada tengah malam hanya ditonton oleh setan, sehingga kondom lebih banyak dipakai oleh setan-setan tersebut ketimbang manusia. Imbasnya, eskalasi pertumbuhan manusia terus meningkat, sedangkan angka reproduksi setan menjadi berkurang –hal itu tampak pada minimnya keberadaan film horor yang mengisahkan tentang mayat wanita yang beranak di dalam kubur. Secara fungsional dan logika, yang hanya menggunakan kondom adalah manusia dan yang mampu bereproduksi atau berkembang biak adalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Dengan demikian, tuturan si comic tidak memiliki nilai kebenaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.4 Tuturan yang Mematuhi Satu Maksim, tetapi Tidak Mematuhi Tiga