sama belum tentu proporsional, belum tentu pas. Tuturan ini mengimplikasikan keraguan comic terhadap kaum perempuan dalam memahami esensi kesetaraan
gender. Dalam ilustrasinya di atas: seorang wanita di kereta api yang tengah berdiri
karena tidak mendapatkan kursi kosong; wanita itu memandangi comic yang sedang duduk bersama adiknya, dengan harapan comic mempersilakannya
menduduki kursi tersebut. Comic tidak memberikan kursinya untuk ditempati oleh wanita tersebut karena: 1 ia memiliki hak untuk tetap menduduki kursi yang
sudah ditempatinya sejak awal; 2 ia merasa tidak adil jika ia harus berdiri karena memberikan kursi yang didudukinya ditempati oleh wanita tersebut. Dengan kata
lain, wanita itu ingin berusaha mendapatkan haknya untuk menduduki kursi tersebut dengan melanggar atau mengabaikan hak comic menempati kursi itu.
2.5.2 Profesi Perempuan
Wacana 36 mengandung kritikan terhadap profesi perempuan sebagai pelacur.
36 Gua resah banget, resah banget. Sebagai anak muda yang
religius, gua resah, sampai gua bela-belain survei tuh tempat. Survei, serius gua survei. Gua masuk ke dalem ditawarin pakai
foto.
O
1
: Mau yang mana, Mas? O
2
: Yang ini ajalah. Kite masuk ke dalam kamar. Asyik nih. Jablaynya masuk.
O
3
: Bang. O
2
: Iye. O
3
: Mau mulai dari mana? O
2
: Aduh, mulai dari mana. Neng muslim? O
3
: Iya, Bang. O
2
: Ya udah, kita mulai dari surat Al-Isra ayat 32. Wa la
taqrabuz zina. Janganlah kau mendekati zinah.
Ya Allah, tuh jablay bengong. Lima menit dia cabut. O
2
: Eh, mau ke mana, loe? O
3
: Ambil mukenah. David, show 17. Wacana 36 memuat kritikan dan ajakan comic terhadap wanita pelacur
untuk kembali menapaki laku sosial yang baik agar menjadi wanita yang salih. Hal ini diungkapkan melalui tuturan Wa la taqrabuz zina. Janganlah kau
mendekati zinah. Tuturan tersebut merupakan nukilan sebuah ayat pada Al-Quran yang berisi larangan bagi pemeluk Islam untuk berzinah.
Keresahan dan kepedulian comic untuk memartabatkan kembali kaum yang dianggap amoral dan termarginalkan dalam struktur sosial masyarakat ini
didasarkan pada semangat religiusitas yang dimilikinya. Sebagai perbuatan terlarang yang termaktub dalam kepercayaannya, comic ingin mencerahkan dan
menginsafkan kembali budi pekerti dan moral seorang perempuan penjaja syahwat dengan memberikannya semangat spritualitas.
2.5.3 Kecemburuan yang Berlebihan
Wacana berikut berisi kritikan terhadap kecemburuan berlebihan perempuan terhadap pasangan hidupnya.
37 Betawi mah mohon maaf, bukannya kita nggak mau dandan.
Laki-bini di rumah sering berantem gara-gara dandan. Coba, lakinya tadinya kagak rapi, rapi sedikit bininya nyap-nyap.
O
1
: Kampung mane yang baru ade jande?
Nyisir sedikit, bininya nyap-nyap, nyanyi. O
1
: Biasanya tak pakai minyak wangi. Lakinya marah.
O
2
: Eh, loe nyanyi kagak joget. Joget dong. Biasanya tak pakai minyak wangi. David, show 13.
Comic mengkritik sikap wanita Betawi yang sudah menikah yang sering PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kali menaruh cemburu dan curiga berlebih kepada suaminya. Hal ini diungkapkan melalui tuturan Coba, lakinya tadinya kagak rapi, rapi sedikit bininya nyap-nyap
dan Kampung mane yang baru ade jande. Wacana ini bercerita tentang kehidupan sepasang keluarga Betawi yang
bertengkar karena sikap apriori dan skeptis istri terhadap sang suami. Adapun keluarga yang dikisahkan ini diasumsikan sebagai representasi kehidupan
keluarga Betawi. Comic menuturkan, orang Betawi, khususnya pria, termasuk tipikal masyarakat yang tidak suka berdandan dalam kehidupan sehari-harinya.
Kaum pria Betawi yang sudah berumah tangga enggan berpenampilan rapi dan menarik karena selalui dicurigai, diomeli, dan disangka berselingkuh oleh
pasangannya. Kepedulian para pria Betawi pada diri sendiri dan kehendak untuk
menyenangi sang istri dengan berpenampilan rapi, bersih, dan menarik bukan hanya disalahartikan oleh para istri, namun juga sering kali berujung pada
pertengkaran keduanya. Sebagai laki-laki dan masyarakat Betawi, comic pun resah dihadapkan pada kenyataan tersebut. Sindiran berupa ilustrasi yang
dikisahkan comic bermaksud untuk mengajak para wanita Betawi agar dapat mengendalikan kebiasaan curiga dan gampang marah pada pasangannya serta
menghargai dan menghormati tindakan para suami yang berdandan jika memang dimaksudkan untuk membahagiakan istrinya.
2.5.3 Kesadaran Wanita Muslim untuk Berkerudung