Indonesia. Wacana 68 diungkapkan melalui frasa Wasit Indonesia. Wacana 69
ditandai melalui tuturan 1 bola itu penuh dengan provokasi, 2 Materazzi, dan
3 Zidane. Ketiga tuturan tersebut mengimplikasikan kasus provokasi berbau isu suku, agama, ras, dan antargolongan SARA yang dilakukan oleh pemain
bertahan timnas Italia, Marco Materazzi terhadap Zinedine Zidane, gelandang sekaligus kapten timnas Perancis pada babak final Piala Dunia 2006.
Hal yang dikritikkan kepada persepakbolaan nasional dan internasional adalah sebagai berikut. Pertama, kualitas permainan timnas sepak bola Indonesia.
Kedua, kualitas wasit sepak bola Indonesia. Ketiga, tindakan provokasi dalam sepak bola.
2.11.1 Kualitas Permainan Timnas Indonesia
Wacana 70 mengandung kritikan terhadap kualitas permainan kualitas timnas Indonesia.
70 Selain jadi comic, gua juga seneng sepak bola. Di sini ada fans
Barcelona? Gua kasih tahu, Barcelona ini memiliki taktik yang nggak dimiliki sama klub-klub lain: tiki-taka. Tiki-taka ini
permainan dari kaki ke kaki, dari Xavi ke Iniesta, Iniesta ke Messi, gol. Keren kan. Dan, sebenarnya Indonesia memiliki
taktik juga, tapi nggak dimiliki sama negara-negara lain: teka-teki. Karena dia nggak bakal tahu ngoper ke mana.
Pras Teguh, pre show 1.
Comic mengkritisi strategi dan kualitas permainan timnas sepak bola Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dalam tuturan Sebenarnya Indonesia memiliki
taktik juga, tapi nggak dimiliki sama negara-negara lain: teka-teki. Karena dia nggak bakal tahu ngoper ke mana.
Indonesia seret prestasi dalam kancah persepakbolaan internasional sejak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dua dekade terkini. Terakhir kali timnas sepak bola Indonesia meraih juara yakni dalam ajang SEA Games pada 1991. Comic berasumsi bahwa penyebab kegagalan
sepak bola Indonesia karena salah menerapkan strategi permainan dan bahkan telah menjadikannya sebagai identitas sepak bola tanah air. Comic menamai taktik
itu teka-teki. Menurut comic, taktik ini layaknya menebak sebuah enigma: penuh misteri, rahasia, terkaan, dan pertanyaan. Demikian halnya dengan permainan
sepak bola Indonesia: antarpenggawa timnas Indonesia menyimpan teka-teki, dan menebak-nebak ke arah mana atau kepada siapa bola yang sedang dalam kendali
rekan timnya akan dituju. Bola operan pun tidak jarang jatuh pada kubu lawan atau bahkan meninggalkan lapangan pertandingan.
2.11.2 Kualitas Wasit Indonesia
Wacana berikut ini berisi kritikan terhadap kualitas wasit sepak bola Indonesia.
71 Tapi, emang menurut gua, wasit itu harus tegas. Loe lihat di
Piala Dunia, kalau ngasih kartu kuning ya ngasih aja. Wasit Indonesia ragu-ragu. Pelanggaran:
O
1
: Hei Aduh kasih nggak ya? Kasih nggak ya? O
2
: Apa, kartu? O
1
: Ha? Enggak, gatel. Pras Teguh, show 15. Comic mengkritisi kualitas wasit sepak bola Indonesia dalam memimpin
dan menjalankan pertandingan. Hal tersebut ditunjukkan melalui kalimat Wasit Indonesia ragu-ragu. Tuturan ini mengimplikasikan ketidaktegasan sikap wasit
Indonesia dalam mengambil sebuah keputusan pada pertandingan sepak bola. Dalam perhelatan kompetisi sepak bola nasional pada setiap divisi,
kepemimpinan wasit selalu dikeluhkan oleh para peserta kompetisi. Tidak jarang penampilan wasit di atas lapangan pun memicu perdebatan bagi tim yang
bertanding. Keputusannya pun sering kali mengernyitkan dahi pemain, pelatih, hingga kubu pendukung. Rendahnya kualitas penyelenggaraan sepak bola
Indonesia sebagai salah satu dampak dari minimnya kompetensi para wasit. Akibatnya, pertandingan yang bergulir pun tidak jarang jauh dari rasa adil dan
bersih. Sebagai contoh, comic menyoroti kualitas wasit Indonesia melalui dialog.
Pada dialog tersebut, O
1
wasit digambarkan tidak tegas dalam menentukan sikap untuk memberi kartu kuning pada O
2
pemain yang melakukan pelanggaran. Akibat mendapat intimidasi O
2
, O
1
menjadi takut. Lantas, O
1
pun mengurungkan niatnya untuk memberi hukuman pada O
2
.
2.11.3 Tindakan Provokasi