3.2 Tuturan yang Mematuhi Tiga Maksim, tetapi Tidak Mematuhi Satu
Maksim Tipe I
Tipe ini mencakup tiga subtipe, yaitu Subtipe Ia, Subtipe Ib, dan Subtipe Ic. Berikut ini penjabarannya.
3.2.1 Subtipe Ia
Subtipe Ia adalah tuturan yang mematuhi maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara, tetapi tidak mematuhi maksim kualitas. Berikut
wacana-wacana yang tergolong dalam Subtipe Ia. 83
Jadilah pemilih yang kritis. Gampang belajar kritis mah ama komentator bola tarkam. Ada yang tahu? Antarkampung. Ini
komentator kritis banget. Dia ngenalin pemain nggak cuma namanya. Dia kenal nama sama aibnya.
O
1
: Nomor punggung sepuluh, Zaenudin. Wah, ini bininya tiga nih.
O
1
: Nomor punggung duapuluh, Bambang. Ya elah Bambang, cieh abis ketahuan selingkuh. David, show 6.
84 Saya heran, pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu
dibeda-bedakan. Padahal, kita ini kan satu Ibu Pertiwi, teman- teman, satu Ibu Pertiwi. Saya itu terkadang berpikir itu dengan
frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu Ibu Pertiwi begitu, apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan,
kemudian melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah? Abdur, show 17.
85 Banyak iklan di Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton
bola, tapi nggak ada satupun iklan di Indonesia yang memacu kita untuk sholat tahajud. Bener nggak, sih? Iya, nggak? Emang
di sini ada yang pernah lihat iklan sholat tahajud gitu? Nggak ada, kan? Seharusnya ada, men
, kayak “Extra joss susu jahe untuk menemani sholat tahajudmu
”; atau “Kuku bima religi”; atau “Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”. Dzawin,
show 11. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wacana 83 mematuhi maksim kuantitas karena sumbangan informasi yang memadai. Comic mengharapkan agar masyarakat bersikap kritis dalam
menentukan pilihan politiknya pada Pileg dan Pilpres 2014. Berikut tuturan kuncinya: Jadilah pemilih yang kritis. Untuk menerangkan tuturan tersebut, lebih
lanjut comic memberikan informasi agar masyarakat untuk mencontoh sikap kritis komentator bola antarkampung tarkam dalam memperkenalkan para pemain.
Berikut tuturan kuncinya: Dia ngenalin pemain nggak cuma namanya. Dia kenal nama sama aibnya. Sikap kritis itu pun ditunjukkan comic melalui tuturan O
1
. Berkenaan dengan penjelasan di atas, wacana ini juga mematuhi maksim
relevansi karena adanya pertalian antarinformasi. Hal tersebut ditandai melalui tuturan kunci Ini komentator kritis banget. Dia ngenalin pemain nggak cuma
namanya. Dia kenal nama sama aibnya. Di samping itu, wacana 81 mematuhi maksim cara karena tidak ada tuturan yang taksa dan multiinterpretasi.
Wacana ini tidak mematuhi maksim kualitas karena memiliki tuturan yang tidak benar. Hal tersebut ditandai melalui tuturan kunci berikut ini: 1 Dia kenal
nama sama aibnya; 2 Wah, ini bininya tiga nih; 3 cieh abis ketahuan selingkuh. Informasi pada tuturan tersebut berhasil memicu tawa penonton karena
ketidaklazimannya. Sulit mendapati fakta komentator pertandingan sepak bola antarkampung mengumbar secara langsung di hadapan penonton ihwal aib
kehidupan rumah tangga para pesepak bola yang bertanding. Wacana 84 mematuhi maksim kuantitas karena sumbangan informasi yang
diberikan memadai. Adapun pokok persoalan pada wacana ini yakni perihal diskriminasi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan daerah-daerah di
Indonesia, yang ditandai melalui tuturan kunci Saya heran, pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu dibeda-bedakan. Lebih lanjut, comic pun
menuturkan argumentasi imajinatifnya yang memenuhi pokok pembicaraannya dengan mempertanyakan akar pembedaan perlakuan pemerintah dalam
menjalankan pembangunan, yang ditunjukkan melalui tuturan kunci Padahal, kita ini kan satu Ibu Pertiwi, teman-teman, satu Ibu Pertiwi.
Selain itu, melalui pemaparan tersebut, tuturan comic tidak hanya memadai, tetapi juga informasi-informasi yang terkandung di dalamnya saling bersangkut-
paut relevan. Wacana ini juga mematuhi maksim cara karena tuturan yang disampaikan tidak mengandung informasi yang taksa dan multitafsir.
Wacana 84 tidak mematuhi maksim kualitas karena mengandung tuturan yang tidak benar. Hal ini ditandai melalui tuturan Saya itu terkadang berpikir itu
dengan frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu Ibu Pertiwi begitu, apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan, kemudian melahirkan pulau-
pulau di Indonesia kah? Terminologi Ibu Pertiwi merupakan ungkapan idiomatis yang bermakna „tanah air‟ atau „tanah tumpah darah‟, bukan sosok seorang
perempuan yang bernama Pertiwi yang melahirkan pulau-pulau di Indonesia. Wacana 85 mematuhi maksim kuantitas karena sumbangan informasi yang
diberikan comic memadai. Pokok pembicaraan wacana ini menceritakan tentang keresahan comic terhadap konten iklan komersial di Indonesia yang lebih
mempersuasi masyarakatnya untuk menonton tayangan sepak bola daripada beribadah. Berikut ini tuturan kuncinya: Banyak iklan di Indonesia ini yang
memicu kita untuk nonton bola, tapi nggak ada satupun iklan di Indonesia yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memacu kita untuk sholat tahajud. Lebih lanjut, comic memerikan argumentasinya agar konsep penayangan iklan minuman energi dan makanan
ringan diberi pesan religius, yang ditandai melalui tuturan kunci Extra joss susu jahe untuk menemani sholat tahajudmu, atau Kuku bima religi, atau Jangan
sholat tahajud tanpa kacang garudo. Kontribusi tiap informasi pada tuturan ini pun tidak kurang dan tidak lebih. Di samping itu, mengacu pada penjelasan
tersebut, wacana di atas memenuhi kaidah maksim relevansi: adanya pertautan setiap informasi dengan pokok pembicaraan yang disampaikan comic.
Tuturan-tuturan pada wacana ini juga mematuhi maksim cara karena comic tidak mengungkapkan informasi-informasi yang ambigu. Frasa extra joss susu
jahe, kuku bima, dan kacang garudo yang berhasil menggelakkan penonton mengacu pada produk-produk minuman berenergi dan kacang yang memiliki
nama serupa seperti yang disebutkan comic, kecuali kacang garudo yang dipelesetkan dari nama sebenarnya, yaitu kacang garuda.
Wacana 85 tidak mematuhi maksim kualitas karena terkandung tuturan- tuturan yang tidak benar. Tuturan Extra joss susu jahe untuk menemani sholat
tahajudmu, Kuku bima religi, dan Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo memiliki efek humor karena dianggap sebagai tuturan yang keliru dan tidak logis.
Produk minuman berenergi seperti extra joss dan kuku bima berfungsi untuk menambah energi bagi yang meminumnya, terutama ketika akan melakukan
pekerjaan berat. Demikian juga dengan produk kacang garuda, yang biasanya dimakan saat sedang santai. Produk makanan dan minuman ini pun lazimnya tidak
dikonsumsi saat sedang beribadah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.2.2 Subtipe Ib