1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus demam berdarah dengue yang terjadi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan. Sejak tahun 1968 hingga 2009, kasus DBD menyebar dari
dua kota yang terdapat di dua provinsi dan kemudian menyebar ke 382 kabupaten yang ada di 32 provinsi. Kasus DBD yang terjadi naik dari 58 kasus pada tahun
1968 menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 Subdirektorat Arbovirus, 2010. Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa
oleh nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris. Vektor utama virus Dengue ialah nyamuk Aedes aegypti A. aegypti. Nyamuk dapat
menjadi vektor virus Dengue apabila nyamuk menghisap darah penderita demam berdarah. Virus yang sudah masuk ke dalam nyamuk akan bereplikasi dalam
hemocoelum dan akhirnya menuju ke air liur untuk siap ditularkan Soewondo,
1998. Salah satu cara pencegahan gigitan nyamuk dengan pengunaan repelan.
Repelan bekerja dengan cara menghalangi kemampuan antena nyamuk untuk mendeteksi asam laktat dan CO
2
Luukinen, Buhl, and Stone, 2008. Salah satu bahan yang diketahui memiliki kemampuan repelan ialah minyak nilam.
Hasil penelitian
Trongtokit, Rongsriyam,
Komalamisra, dan
Apiwathnasorn 2005 menunjukkan minyak nilam memiliki daya proteksi sebesar 100 terhadap nyamuk A. aegypti selama 120 menit. Senyawa kimia pada
minyak nilam yang memiliki aktivitas repelan paling baik terhadap nyamuk A. aegypti
ialah patchouli alcohol. Patchouli alcohol mampu memberikan daya proteksi sebesar 100 terhadap nyamuk A. egeypti selama 280 menit
Gokulakrishnan, Kuppusamya, Shamugam, and Kaliyamoorthi, 2013. Repelan digunakan pada seluruh tubuh sehingga diperlukan suatu sediaan
yang memiliki daya sebar yang luas. Sediaan yang memiliki nilai daya sebar yang luas ialah sediaan yang memiliki viskositas yang kecil. Lotion merupakan sediaan
topikal yang memiliki nilai viskositas yang kecil. Lotion dapat berupa emulsi Troy and Beringer, 2006. Tipe emulsi lotion yang dipilih ialah minyak dalam air
MA disesuaikan dengan lipofilisitas minyak nilam. Selain itu, tipe ini dipilih karena mampu mencegah penguapan minyak nilam sehingga waktu penolakan
nyamuk dapat semakin lama. Lotion
terdiri dari fase minyak dan fase air yang disatukan oleh emulgator. Emulgator memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas lotion.
Emulgator sering dikombinasikan dengan agen pengemulsi lainnya untuk menghasilkan emulsi yang stabil. Pengkombinasian agen pengemulsi digunakan
untuk menentukan nilai HLB yang dibutuhkan emulsi Felton, 2013. Tween 80 dan Span 80 merupakan agen pengemulsi yang berperan penting dalam
menyatukan fase minyak dan fase air. Tween 80 dan Span 80 termasuk ke dalam golongan surfaktan nonionik di mana memiliki toksisitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan surfaktan jenis lainnya Nielloud, 2000. Selain itu, sifat Tween 80 dan Span 80 yang tidak terionisasi membuat mereka dapat dicampurkan
dengan berbagai bahan Salager, 2002. Optimasi dilakukan pada Tween 80 dan Span 80 karena kedua bahan ini berperan penting dalam stabilitas emulsi.
Optimasi Tween 80 dan Span 80 menggunakan desain faktorial. Desain faktorial digunakan agar diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap sifat
fisik dan stabilitas lotion. Setelah diketahui faktor yang paling berpengaruh, dapat diketahui daerah optimum komposisi Tween 80 dan Span 80 pada lotion minyak
nilam.
B. Rumusan Masalah