Rumusan Masalah Keaslian Penelitian Nilam Pogostemon cablin

dengan berbagai bahan Salager, 2002. Optimasi dilakukan pada Tween 80 dan Span 80 karena kedua bahan ini berperan penting dalam stabilitas emulsi. Optimasi Tween 80 dan Span 80 menggunakan desain faktorial. Desain faktorial digunakan agar diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas lotion. Setelah diketahui faktor yang paling berpengaruh, dapat diketahui daerah optimum komposisi Tween 80 dan Span 80 pada lotion minyak nilam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Tween 80 dan Span 80 terhadap sifat fisik viskositas dan daya sebar lotion minyak nilam? 2. Berapa komposisi Tween 80 dan Span 80 pada daerah optimum sehingga dihasilkan lotion dengan sifat fisik yang diinginkan? 3. Bagaimana kestabilan lotion minyak nilam selama masa penyimpanan 30 hari dan setelah freeze thaw cycle? 4. Bagaimana aktivitas repelan yang diberikan lotion minyak nilam terhadap nyamuk Aedes aegypti? 5. Apakah sediaan lotion minyak nilam tidak iritatif berdasarkan metode HET- CAM?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait minyak nilam dan formulasi lotion yang pernah dilakukan ialah : 1. “Pemanfaatan Minyak Nilam Patchouly Oil sebagai Bahan Lotion Anti Nyamuk Repellent Ramah Li ngkungan” yang dilakukan oleh Amaliatul Choiriah pada tahun 2009. Penelitian ini mengenai ekstraksi, pengidentifikasian komponen minyak nilam dan pengujian aktivitas penolakan nyamuk terhadap nyamuk Culex fatigans. 2. “Efek Span 80 dan Tween 80 sebagai Emulgator terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral AM Ekstrak Etanol Buah Pare Momordica charantia L.:Aplikasi Desain Faktorial” yang dilakukan oleh Lia Yumi Yusvita pada tahun 2010. Penelitian ini mengenai optimasi Span 80 dan Tween 80 pada sediaan oral ekstrak etanol buah pare dengan tinjauan desain faktorial. Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang formulasi lotion minyak nilam dengan Tween 80 dan Span 80 sebagai surfaktan dengan menggunakan desain faktorial belum pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai bentuk sediaan lotion yang memiliki bahan aktif minyak nilam dengan menggunakan Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator

2. Manfaat praktis

Menghasilkan bentuk sediaan lotion minyak nilam yang memiliki aktivitas repelan dan dapat diterima masyarakat.

E. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui formula lotion minyak nilam yang stabil selama peyimpanan, memiliki efek repelan, dan dapat diterima masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh Tween 80 dan Span 80 terhadap sifat fisik lotion minyak nilam b. Mengetahui komposisi Tween 80 dan Span 80 pada daerah optimum sehingga dihasilkan lotion minyak nilam dengan sifat fisik yang diinginkan c. Mengetahui kestabilan lotion minyak nilam selama masa penyimpanan 30 hari dan setelah freeze thaw cycle d. Mengetahui aktivitas repelan lotion minyak nilam terhadap nyamuk A. aegypti e. Memastikan tingkat keamanan lotion minyak nilam dengan metode HET- CAM. 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Nilam Pogostemon cablin

Nilam Pogostemon cablin merupakan semak yang tumbuh di daerah tropik. Tanaman ini dapat ditemukan di China, Indonesia, Malaysia, dan Brazil Mahanta, Chutia, and Sharma, 2007. Nilam sudah dikembangkan di berbagai daerah Indonesia yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Jawa Tengah Santoso, 1990. Taksonomi tanaman nilam adalah sebagai berikut : Kerajaan : Plantae Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Lamiales Keluarga : Lamiaceae Marga : Pogostemin Desf. Jenis : Pogostemon cablin Chakrapani et al. 2013 Tanaman nilam tumbuh dengan ketinggian 0,3 – 1,3 meter, berakar serabut, berbatang lunak dan berbuku buku. Buku batang nilam menggembung dan berair. Batang tanaman nilam berwarna hijau kecokelatan. Daun nilam merupakan daun tunggal, berbentuk bulat telur, melebar di tengah, meruncing ke ujung, dan memiliki tepi yang bergerigi. Bunga nilam berwarna putih dan tersusun di tangkai. Di alam bebas, nilam tumbuh tidak teratur dan mengarah ke arah sinar matahari, namun di kebun pertanaman nilam dapat tumbuh tegak ke atas dan merumpun pendek Santoso, 1990. Miyazawa, Okuno, Nakamura, dan Kosaka 2000 melaporkan 5 macam flavonoid pada tanaman nilam yaitu kumatakenin, 7,4‟-di-O-methyleriodictyol, ombuine, 7, 3‟,4-tri-O-methyleriodictyol, 3,7, 4‟-tri-O- methylkaempferol, dan pachypodol. Guan, Quan, Xu, and Cong 1994 mengisolasi friedelin, epifriedelinol, retusine, oleanolic acid, beta-sitostero, dan daucostero untuk pertama kali. Kandungan kimia pada minyak nilam yang berasal dari India adalah patchouli alcohol 22.62, α-bulnesene 19,49, α-guaiene 15,45, patchoulene 12.88, γ- patchoulene 11,72, α-patchoulene 3,58, t- β-elemenone 2,74, β-caryophyllene 2,54, aromadendrene oxide 1.57, farnesol 1.55, nonadecane 1.48, eremophilene 1,36, δ-elemene 1,32, α-pinene 0,46, dan β-bisabolene 0,22 Gokulakrishnan et al., 2013. Gambar 1. Struktur molekul patchouli alcohol Bunrathep et al., 2006 Struktur molekul patchouli alcohol sebagai kandungan kimia utama minyak nilam dapat dilihat pada gambar 1. Minyak nilam yang berasal dari Vietnam mengandung patchouli alcohol 37,8 , α-bulnesene δ-guaiene 14,7, guaiene 13,4, α-patchoulene 8,0, seychellene 7,5, β- patchoulene 3,2, β-caryophyllene 2,8, pogostol 2,4, cadinene 1,2, dan β-elemene 0,7 Dung, Leclercq, Thai, and Moi, 1989. Minyak nilam merupakan salah satu contoh dari minyak atsiri Santoso, 1990. Minyak atsiri merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman dan mudah menguap. Minyak atsiri termasuk ke dalam metabolit sekunder yang diproduksi dalam jumlah sedikit dan berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan dari luar seperti serangga dan mikroorganisme. Tanaman yang memiliki sel glandula yang dapat memproduksi minyak atsiri Istianto, 2009. Minyak nilam didapatkan dari daun nilam yang dipanen pada saat musim hujan dan dikeringkan selama beberapa hari Chakrapani, et al., 2013. Salah satu cara untuk mendapatkan minyak nilam ialah destilasi uap. Destilasi uap adalah cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan atau dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan Santoso, 1990. Selain destilasi uap, metode hydro distillation, destilasi microwave, supercritical CO2, dan ultrasound dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak nilam. Namun destilasi uap tetap menjadi pilihan produsen untuk mendestilasi minyak nilam karena sederhana dan kemurnian terjamin karena bahan yang digunakan hanya air Ramya et al., 2011. Minyak nilam mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a sukar tercuci, b sukar menguap dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya, c dapat larut dalam alkohol dan d dapat dicampur dengan minyak atsiri lainnya. Oleh karena itu, minyak nilam banyak digunakan sebagai fiksatif unsur pengikat pada industri wewangian Santoso, 1990. Manfaat yang dimiliki minyak nilam ialah sebagai parfum, antifungi, antimutagen, antibakteri, dan pencegah emphysema pada tahap pemulihan setelah operasi Trongtokit et al., 2005. Menurut Chakrapani et al. 2013, minyak nilam digunakan sebagai anti depresan, diuretik, deodoran, fungisida, insektisida, stimulan, dan antiseptik. Minyak nilam dengan konsentrasi 100 memiliki kemampuan sebagai repelan terhadap Aedes aegypti dengan waktu perlindungan selama 120 menit. Waktu perlindungan yang diberikan minyak nilam dengan konsentrasi 50 ialah 60 menit sedangkan dengan konsentrasi 10 tidak memberikan perlindungan Trongtokit et al., 2005. Senyawa kimia minyak nilam yang memiliki efek repelan paling baik terhadap nyamuk A. aegypti ialah patchouli alcohol dengan daya proteksi sebesar 100 selama 280 menit Gokulakrishnan et al., 2013.

B. Nyamuk Aedes aegypti