Lotion Formulasi lotion minyak nilam dan uji aktivitas repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti.

Salah satu cara untuk mencegah gigitan nyamuk ialah dengan pengunaan repelan. Repelan bekerja dengan cara menghalangi kemampuan antena nyamuk untuk mendeteksi asam laktat dan CO 2 Luukinen et al., 2008. Repelan merupakan suatu produk yang ditujukan untuk mengurangi gigitan arthropoda hematophagy. Secara umum, repelan serangga paling efektif dalam fase uap Debboun, Frances, and Strickmann, 2007.

C. Lotion

Lotion merupakan sediaan topikal yang memiliki nilai viskositas yang kecil. Lotion dapat berupa suspensi atau emulsi. Tipe emulsi lotion biasanya tipe MA tapi emulsi dengan tipe AM juga diproduksi Troy and Beringer, 2006. Emulsi merupakan sistem dua fase yang mengkombinasikan dua larutan yang tidak saling campur, salah satu larutan terdispersi seragam dalam globul- globul kecil ke dalam larutan lain Troy and Beringer, 2006. Kedua larutan yang tidak saling campur ini membutuhkan suatu agen pengemulsi yang dapat menurunkan tegangan antarmuka kedua larutan tersebut sehingga salah satu larutan akan terdispersi secara sempurna ke dalam medium dispers Allen, 2014. Surfaktan merupakan agen pengemulsi yang memiliki nilai HLB antara 3-6 atau 8-18. Agen pengemulsi mengurangi tegangan antar-muka antara air dengan minyak dan energi bebas permukaan sehingga globul fase dispers tidak bersatu. Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus polar dan non polar Allen, 2014. Agen pengemulsi sering dikombinasikan dengan agen pengemulsi lainnya untuk menghasilkan emulsi yang semakin stabil. Pengkombinasian agen pengemulsi digunakan untuk menentukan nilai HLB yang dibutuhkan emulsi Felton, 2013. Tipe agen pengemulsi yang digunakan mampu mempengaruhi sifat fisik emulsi. Menurut Sheikh et al. 2005, campuran Tween 80 dan Span 80 mampu meningkatkan viskositas, memperkecil ukuran droplet, dan meminimalisir pemisahan fase minyak dan air pada krim Haruan dibandingkan dengan Tween 80 atau Span 80. Krim Haruan yang menggunakan campuran Tween 80 dan Span 80 stabil selama masa penyimpanan, 6 bulan dan stabil dalam berbagai macam suhu 5 o C, 25 o C, dan 45 o C. Emulsi memiliki berbagai macam tipe. Tipe emulsi yang sederhana ada dua yaitu MA minyak dalam air ketika droplet minyak terdispersi ke dalam fase air dan AM air dalam minyak ketika fase air terdispersi ke dalam minyak. Tipe emulsi ganda terdiri dari M1AM2 dan A1MA2, M1 maupun A1 menunjukkan fase internal sedangkan M2 maupun A2 menunjukkan fase eksternal. Biemulsi merupakan emulsi yang memiliki 2 fase internal yang berbeda. Nielloud et al., 2000. Tipe-tipe emulsi ditunjukkan pada gambar 2. Surfaktan yang memiliki nilai HLB antara 3-6 bersifat lipofilik dan baik untuk memproduksi emulsi dengan sistem MA, sedangkan surfaktan yang memiliki nilai HLB antara 8-18 bersifat hidrofilik dan baik untuk memproduksi emulsi dengan sistem AM Allen, 2014. Hubungan nilai HLB dengan aktivitas surfaktan dapat dilihar pada tabel I. Gambar 2. Tipe emulsi Nielloud et al., 2000 Tabel I. Nilai HLB Aktivitas Nilai HLB Antifoaming 1 – 3 Agen pengemulsi AM 3 – 6 Wetting agents 7 – 9 Agen pengemulsi MA 8 – 18 Solubilizers 15 – 20 Deterjen 13 – 16 Allen, 2014 Sifat fisik yang dipengaruhi oleh komposisi bahan lotion minyak nilam antara lain organoleptis, viskositas, daya sebar, ukuran droplet, pH 1. Organoleptis Uji ini dilakukan untuk melihat fisik emulsi secara visual. Dalam uji ini yang diamati antara lain warna, bau, tekstur, dan homogenitas Muzzafar, Singh, and Chauhan, et al., 2013. 2. Pengukuran pH Muzzafar et al. 2013 melaporkan bahwa kulit manusia memiliki pH dalam rentang asam, antara 4,5-6,5. Apabila suatu sediaan topical memiliki pH di atas pH kulit maka kulit akan menjadi kering sedangkan di bawah pH kulit maka kulit akan teriritasi. 3. Tipe emulsi Pengujian tipe emulsi dilakukan untuk memastikan fase luar dan fase dalam suatu emulsi. Metode pembuktian tipe emulsi dapat dilakukan dengan metode pengenceran, metode pewarnaan, dan metode konduktivitas. Metode pengenceran menggunakan air dan minyak. Ketika emulsi dilarutkan ke dalam air dan emulsi larut ke dalam air maka fase luar dari emulsi tersebut ialah fase air, namun ketika dilarutkan ke dalam minyak dan emulsi larut dalam minyak maka fase luar dari emulsi tersebut ialah minyak. Metode pewarnaan menggunakan reagen larut air dan reagen larut minyak untuk mewarnai emulsi. Pengamatan metode pewarnaan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Reagen larut air digunakan terlebih dahulu, apabila reagenmewarnai fase luar maka emulsi yang terbentuk tipe MA. Reagen larut minyak digunakan apabila reagen larut air tidak mewarnai fase luar, apabila reagen larut minyak mewarnai fase luar maka emulsi yang terbentuk tipe AM. Metode konduktivitas memiliki prinsip apabila emulsi tipe MA memiliki konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan emulsi tipa AM. Lampu yang terhubung dengan elektroda akan menyala ketika elektroda dimasukkan ke dalam emulsi dengan tipe MA namun ketika lampu tidak menyala ketika elektroda dimasukksn ke dalam suatu emulsi maka dapat diamsusikan emulsi yang terbentuk merupakan tipe AM Troy dan Beringer, 2006. 4. Ukuran droplet Droplet emulsi berukuran 1-100 µm. Penampilan emulsi dipengaruhi oleh ukuran droplet fase terdispersi. Semakin besar ukuran droplet maka emulsi yang terbentuk berwarna putih susu dan semakin kecil ukuran droplet maka emulsi yang terbentuk semakin transparan Lieberman, Rieger, Banker, and Dekker, 1996. Pengaruh ukuran droplet terhadap penampilan emulsi dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. Pengaruh ukuran droplet terhadap penampilan emulsi Ukuran droplet µm Penampilan 1 Putih 0,1 – 1 Biru-putih 0,05 – 1 Opak, semitransparan 0,5 Transparan Lieberman et al., 1996 5. Viskositas Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi suatu viskositas maka semakin besar tahanan suatu cairan. Semakin tinggi nilai viskositas maka nilai daya sebar akan menurun tetapi waktu retensi sediaan akan meningkat Martin et al., 1993. 6. Daya sebar Daya sebar sediaan terkait dengan kontak antara sediaan topical dengan tempat pengaplikasian yang berhubungan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar berpengaruh terhadap keseragaman dosis Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002.

D. Desain Faktorial