LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan definisi operasional.

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya Purwadi, 2005: 1. Tradisi Jawa adalah kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat Jawa Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003. Terdapat berbagai macam tradisi yang ada di Jawa, salah satunya adalah ruwatan. Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya Herawati 2010: 3. Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional khususnya di wilayah Yogyakarta yang dilakukan sebagai upaya pembebasan diri seseorang dari sukerta bahaya, kesialan, pengaruh jahat yang dianggap mengganggu keselamatan hidup seseorang. Dalam tradisi ruwatan terdapat empat kegiatan yaitu upacara siraman, acara inti pertunjukkan wayang dengan lakon “Murwakala”, upacara srah-srahan dan ucapan terimakasih. Tradisi ruwatan memiliki nilai-nilai luhur yaitu nilai ketuhanan dan nilai sosial. Nilai ketuhanan terlihat saat seseorang yang akan diruwat bersujud di hadapan orangtuanya dan berdoa untuk memohon kepada Tuhan agar acara dapat berjalan dengan lancar. Nilai sosial terlihat ketika masyarakat bergotongroyong dalam persiapan penyelenggaraan acara, melihat pertunjukkan wayang, dan makan bersama. Tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan. Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan atau kelompok yang khas- baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 28. Apabila dilihat dari karakter kebangsaan yang terdapat dalam Pancasila, maka tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai dalam tiga sila yaitu, sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Nilai-nilai pendidikan karakter yang juga terkandung dalam tradisi ruwatan diantaranya adalah olah hati, olah pikir, olah ragakinestetika, serta olah rasa dan karsa. Olah hati meliputi bertakwa kepada Tuhan yang ditunjukkan ketika seseorang yang akan diruwat meminta restu kepada kedua orang tua dengan cara bersujud di hadapannya dan ketika dalang membacakan doa untuk meminta kepada Tuhan agar acara dapat berjalan dengan lancar. Olah pikir meliputi rasa ingin tahu dan berpikir kritis yang ditunjukkan ketika seorang anak bertanya mengenai tradisi ruwatan dan hal-hal yang berhubungan dengan tradisi tersebut. Olah ragakinestetika meliputi bersih dan sehat yang ditunjukkan ketika seseorang yang telah selesai diruwat maka orang tersebut sudah terbebas dari marabahaya, kesialan, atau dosa. Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan yang ditunjukkan ketika pelaksanaan ruwatan, dan ketika orang-orang bergotong royong untuk menyiapkan acara yang akan diselenggarakan. Peneliti merasa prihatin karena berdasarkan penelitian, saat ini masyarakat Yogyakarta tidak mengenal tradisi yang ada di Jawa. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa anak dan dewasa untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai tradisi ruwatan. Dari hasil wawancara kepada beberapa orang mulai dari anak-anak hingga dewasa, ternyata mereka tidak memahami kekhasan dari ruwatan yang ternyata memiliki nilai-nilai yang khas dari bangsa Indonesia khususnya tradisi ruwatan. Seharusnya anak-anak mengetahui dan ikut melestarikan tradisi yang ada di Jawa karena tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai yang baik dan bermanfaat untuk membentuk karakter anak. Melihat permasalahan yang ada, peneliti membagikan kuesioner kepada 18 siswa kelas IV di SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta pada hari Jumat, 4 Desember 2015. Kuesioner tersebut dibagikan dengan tujuan untuk menganalisis kebutuhan anak atau mengetahui sejauh mana pemahaman anak mengenai tradisi ruwatan. Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa, peneliti mendapatkan data bahwa sebesar 89 anak tidak mengetahui definisi dari ruwatan, 89 anak memerlukan buku tentang ruwatan dan 78 anak memerlukan buku dalam bentuk buku cerita bergambar mengenai tradisi ruwatan. Data tersebut membuktikan bahwa anak kurang memahami tradisi ruwatan dan memerlukan buku cerita bergambar mengenai tradisi ruwatan. Berdasarkan data tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berjudul Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan. Buku cerita atau prototipe tersebut berisi empat kegiatan dalam tradisi ruwatan yang berisi sepuluh gambar dan menjadi efektif karena sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu operasional konkret untuk penanaman pendidikan karakter dan melestarikan tradisi ruwatan. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1